27.6 C
Jakarta

Radikalisme di Kampus dan Otoritas yang Hilang

Artikel Trending

Milenial IslamRadikalisme di Kampus dan Otoritas yang Hilang
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Kampus penting dalam membentengi dari paham radikalisme dan terorisme. Karena, kampus menjadi wadah bagi semaiannya generasi penerus bangsa. Untuk itu, perlu ada pencegahan dini yang berarti di dalam tubuh kampus.

Sejak dasawarsa terakhir, kampus secara tidak sadar telah dimasuki oleh kelompok radikal. Mereka mencoba menggerogoti bangsa dari hulu: kampus. Maka yang terjadi, mahasiswa-mahasiswi telah pernah menjadi korban dengan mengebom kantor polisi dan gereja.

Apalagi kini, di beberapa kampus, baru menyelenggarakan penerimaan mahasiswa baru. Di mana, mereka sama sekali belum tahu tentang organisasi dan kelompok-kelompok yang punya ambisi untuk melakukan radikalisasi dan terorisasi.

Mahasiswa Baru Korban Empuk

Mahasiswa baru adalah umpan paling mudah untuk dijadikan korban. Karena mahasiswa-mahasiswi ini, adalah seseorang yang ingin tahu banyak hal tentang kampus. Mereka ini ingin menjalani proses atau mencari jati diri sebagai mahasiswa yang ideal di dalam kampus atau kehidupan sosial.

Oleh karena itu, mereka tertarik untuk ikut organisasi apa saja, yang penting menantang dan meyakinkan. Ambisi meledak-ledak demikian yang akan dimanfaatkan oleh kelompok radikal. Secara gampang, kelompok radikal merekrut mereka. Pada akhirnya, mahasiswa ini akan masuk pada kelompok radikal ini.

Dan kita sudah bisa membayangkan setelah mereka masuk pada organisasi hitam ini. Pertama, mereka akan menjadi anggota dan menjadi penerus. Kedua, mereka akan menjadi korban amaliah daripada paham radikal ini, sebagai salah satu pembutian keroyalan. Mereka bisa ngebom dan atau berangkat ke Afghanistan.

Jika demikian, maka kampus sudah menjadi ladang dalam terorisasi. Kampus menjadi tani baru bagi para kelompok radikalisme untuk merekrut anggota baru menjadi teroris. Kampus bisa menjadi pabrik teroris.

Tentu, kita tidak ingin kampus berubah menjadi bangunan tua yang di dalamnya berisi manusia-manusia hitam. Kita ingin sebisa mungkin hal itu tidak pernah dan tidak akan pernah terjadi. Lalu bagaimana caranya?

BACA JUGA  Tahun 2024: Masihkah Ada Harapan Baik Bagi Bangsa Indonesia?

Yang Perlu Disiapkan

Hal yang perlu disiapkan dalam menghadapi adanya ekspansi ideologi transnasional di tengah perkembangan teknologi, bagi mahasiswa baru, adalah melalui program di dalam kampus itu sendiri. Pertama-tama dosen dan pegawainya harus dibantengi terlebih dahulu dari virus radikalisme.

Karena, dosen dan pegawai kampus adalah berperan sangat vital dalam transmisi ilmu pengetahuan, wawasan, dan character building bagi para mahasiswa/I di kampus. Bisa dikatakan, dosen dan pegawai kampus adalah banteng hulunya. Jika dosen dan para pegawainya sudah terkena paham teroris dan radikalisme, kampus sudah terkena jantung terdalam dan pertahanan terkuatnya.

Sementara itu, kampus juga harus segan dalam memecat siapa pun yang masih menjalani dan beraktivitas berpaham radikalisme, termasuk adalah mahasiswa, takmir masjid kampus, dan tukang parkir. Karena jika dibiarkan, hal itu yang akan menjadi penyakit bagi perkembangan kampus. Kampus menjadi mandek. Kampus menjadi tidak becus dan berbahaya. Manusia kampus bisa memusuhi negara.

Pertaruhan Kampus

Maka itu, yang perlu dilakukan adalah bagaimana menguatkan kampus dari tantangan adanya paham radikalisme dan terorisme. Sekarang untuk membantu mencegah tumbuh kembangnya radikalisme di lingkungan kampus, bisa melalui penguatan pemahaman ketahanan nasional, revitaslisasi nilai-nilai Pancasila, serta moderasi beragama. Ini harus masuk dalam kurikulum dan juga ditatarkan kepada organisasi mahasiswa.

Kemudian selanjutnya, kampus harus mampu mengemban amanah menjadi lembaga yang bisa mencerdaskan kehidupan bangsa. Bukan lembaga yang mengotori atau menjadi beban bangsa di mana akademisinya hanya tidur dan melakukan korupsi waktu dan duit. Artinya, kampus harus bersih dari radikalisme dan korupsiisme. Jika kampus lepas dari ini, maka kita yakin kampus masih bisa dipertaruhkan keberadaan dan manfaatnya.

Agus Wedi
Agus Wedi
Peminat Kajian Sosial dan Keislaman

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru