31.5 C
Jakarta

Radikalisme di Kalangan Mahasiswa, Seberapa Bahaya?

Artikel Trending

KhazanahOpiniRadikalisme di Kalangan Mahasiswa, Seberapa Bahaya?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Apa yang ada di pikiran Anda ketika mendengar kata “mahasiswa”? Ya, Anda pasti akan menganggap bahwa mahasiswa adalah kaum muda intelektual yang digadang-gadang menjadi ujung tombak perubahan peradaban. Mahasiswa dengan segudang intelektualitas dan pemikiran kritisnya diharapkan menjadi ujung tombak perubahan di era mendatang.

Di tengah gempuran peradaban global postmodern, mahasiswa selalu digempur dengan sederet problematika yang ada. Keterbukaan informasi, transformasi politik, iklim lingkungan, hingga perang ideologi masih menjadi momok yang terus menghantui generasi mahasiswa. Terlebih lagi soal pencarian jati diri, pasar spiritual hingga gelombang asmara yang sedang bergejolak di tengah tumbuh kembang mahasiswa.

Selain seputar mencerdaskan kehidupan bangsa, ada persoalan serius yang patut juga diwaspadai di kalangan akademik. Betul, tantangan gelombang radikalisme. Sebenarnya hakikat radikalisme itu apa sih? Apakah sama dengan kritis? Kenapa selalu dipandang sebagai sesuatu yang menakutkan? 

Jika kita analisis secara mendalam, radikalisme asal muasalnya adalah berasal dari kata “radix” yang artinya adalah akar. Esensi dari radikalisme adalah sikap jiwa dalam mengusung perubahan. Namun, tuntutan dan gerakan perubahan yang ingin dilakukan oleh kaum radikalisme selalu menuntut perubahan drastis dengan apa yang sedang berlaku. Mereka menggunakan segala cara hingga buih-buih kekerasan itu muncul.

Jelas hal ini tidak sejalan dengan visi agama yang menjunjung tinggi kasih sayang dan cinta damai. Segala bentuk kekerasan apa pun pasti akan menimbulkan konflik dan mengganggu stabilitas nasional negara. Radikalisme sebagai gerakan sosial, menolak secara menyeluruh tertib sosial yang sedang berlangsung. Radikalisme ditandai oleh kejengkelan moral yang kuat untuk menentang dan bermusuhan dengan kaum yang memiliki hak-hak istimewa dan berkuasa.

Pertanyaan sekarang adalah bagaimana radikalisme di kalangan mahasiswa? Radikalisme di kalangan mahasiswa menyebar melalui berbagai kegiatan hingga gerakan sosial. Biasanya mereka secara terselubung tumbuh di berbagai universitas negeri, swasta maupun PTKIN. Para agen radikalisme masuk mengambil jabatan penting di kampus hingga mendekati pengambil kebijakan organisasi maupun gerakan kemahasiswaan.

Mungkin awalnya tidak disadari, mereka secara perlahan memengaruhi mahasiswa dengan doktrin seperti hijrah, jihad hingga perang. Atas keadaan tersebut mahasiswa muncul dalam bentuk gerakan sosial karena meluasnya ketidakpuasan atas situasi yang ada. Gerakan mahasiswa ini mengaktualisasikan potensinya melalui sikap-sikap dan pernyataan yang bersifat imbauan moral, mereka mendorong perubahan dengan mengetengahkan isu-isu moral sesuai sifatnya yang bersifat ideal. 

Jika kita petakan seberapa bahaya gerakan radikalisme di kalangan mahasiswa maka akan tergambar dalam beberapa poin berikut. Pertama intoleran, mereka mahasiswa yang sudah terdoktrin radikalisme cenderung tidak mau menerima masukan dan pendapat orang lain. Mereka akan mengkotak-kotakan suku, agama, ras, dan golongan. Hal inilah asal muasal dari beberapa perpecahan konflik yang sering terjadi.

Kedua fanatisme, inilah bahaya lain radikalisme di kalangan mahasiswa. Mereka selalu merasa benar sendiri dan menganggap orang lain salah. Mereka yang fanatik cenderung melihat dunia ini hitam-putih. Fanatisme terhadap ideologi sangat berbahaya. Sebab, masyarakat akan membuat garis baru antara kelompok satu dengan kelompok lainnya.

BACA JUGA  Pilpres, Momentum Berbaik Sangka Sesama Bangsa

Ketiga eksklusivitas, yaitu membedakan dengan kelompok yang lain. Mereka cenderung memisahkan diri dengan lingkungan dan tidak mau bergabung dengan masyarakat. Hal ini berbahaya apabila seseorang hanya mendapat pengetahuan dan perkembangan diri hanya dari sepihak saja, apalagi yang dikonsumsi adalah doktrin radikal. Di tengah masyarakat dinamis tentu seseorang perlu mendapatkan pemahaman baru seputar apa yang sedang terjadi. 

Keempat ancaman keamanan, pada beberapa kasus yang ekstrem radikalisme muncul sebagai akar dari kejadian terorisme di kampus. Hal ini jelas tidak hanya nyawa saja yang dipertaruhkan, tetapi keamanan dan rasa takut akan membuat lingkungan kampus dan masyarakat sekitar menjadi tidak aman.

Kelima polarisasi sosial, bahaya radikalisme di kalangan mahasiswa dibarengi dengan hilangnya toleransi yang ada di lingkungan kampus. Polarisasi memperbesar jarak dan menciptakan jurang ketegangan sosial. Dampaknya juga beragam, sebut saja konflik kekerasan. Polarisasi yang meningkat dapat mengarah pada konflik terbuka dan tindakan kekerasan antar kelompok. 

Keenam pengaruh pola pikir dan masa depan mahasiswa, radikalisme pada mahasiswa akan merusak reputasi serta mahasiswa akan terlibat dalam aktivitas radikal yang berujung pada kekerasan. Hal ini akan menghambat proses pembangunan bangsa dan generasi mendatang akan mudah sekali sentimen terhadap kekerasan.

Apa yang Harus Kita Lakukan?

Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman suku, budaya, ras, dan agama. Keanekaragaman tersebut menjadikan Indonesia dikenal sebagai bangsa yang majemuk. Ketika perbedaan-perbedaan yang ada dalam masyarakat dipadukan dalam suatu ruang integritas, akan membentuk solidaritas yang kuat. Pola pikir dan nilai inilah yang harus ditanamkan pada mahasiswa.

Bahwa sejatinya perbedaan harus dikelola dengan baik dan doktrin radikal yang menghantui mahasiswa harus diperangi. Kita harus menguraikan bahwa kemajemukan di Indonesia adalah kekayaan dan nilai luhur nenek moyang bangsa. Kita tidak boleh lupa akan cinta tanah air dan sikap melawan doktrin radikal terus dilaksanakan. 

Sebagai mahasiswa hakikatnya harus paham betul dengan bahaya doktrin ini. Mahasiswa sebagai garda terdepan penerus para intelektual bangsa harus berhati-hati dan melakukan deteksi dini radikalisme. Mengidentifikasi tanda-tanda yang berbau radikal dan melakukan intervensi yang tepat untuk mencegah eskalasi lebih lanjut.

Mahasiswa juga bisa menciptakan ruang diskusi yang terbuka untuk membahas isu-isu sensitif secara konstruktif, dengan kolaborasi bersama aparat keamanan dan melakukan dialog antarumat beragama untuk memperkuat jaringan dan ketahanan melawan radikalisme. Radikalisme di kalangan mahasiswa memang sangat berbahaya dan serius, namun dengan pendekatan yang tepat masalah ini dapat diatasi dan diberantas hingga ke akar-akarnya. Lawan!

Yusup Nurohman
Yusup Nurohman
Santri di Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak, Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru