27.4 C
Jakarta

Politik Kebhinekaan, Bukan Politik Perpecahan

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanPolitik Kebhinekaan, Bukan Politik Perpecahan
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Sejak diumumkannya calon wakil presiden dari calon presiden Anies Baswedan pada beberapa hari kemarin, Surya Paloh menyampaikan bahwa politik pada hari ini telah beralih atau berganti dari politik Cebong-Kampret menuju politik kebhinekaan. Perubahan arah politik ini menunjukkan bahwa politik pada hari ini mengalami perbaikan dibandingkan politik pada hari-hari yang sebelumnya karena politik pada hari-hari yang sebelumnya menghadirkan nuansa perpecahan yang di dalamnya ada dua kubu yang saling berselisih.

Politik kebhinekaan yang digaungkan oleh Surya Paloh merupakan langkah perbaikan politik menuju Indonesia lebih baik ke depan. Maka, politik yang semacam ini harus didukung penuh demi tegaknya persatuan di negeri ini. Karena politik bukan soal kalah menang tetapi politik bagaimana bisa merekatkan perbedaan yang terbentang di tengah bangsa ini tanpa menghadirkan perpecahan dan perselisihan sebab perpecahan ini adalah bukti bahwa negeri ini sedang dalam kondisi yang tidak baik-baik saja.

Tulisan ini tidak bermaksud mengkampanyekan Kubu Anis-Cak Imin yang dideklarasikan oleh Surya Paloh atau lebih tepatnya koalisi kebhinekaan yang di dalamnya terdapat Koalisi Partai NasDem, PKB, dan PKS. Akan tetapi, tulisan ini ingin membahas kebhinekaannya yang digaungkan oleh Surya Paloh ketika menyampaikan sambutan pada deklarasi calon tersebut.

Berbicara mengenai masalah kebhinekaan maka kita akan disadarkan bahwa negara Indonesia berdiri di atas kebhinekaan. Di dalamnya terdapat perbedaan agama, suku, atau pemikiran. Perbedaan-perbedaan semacam ini hendaknya disikapi dengan pendekatan kebhinekaan sebab tanpanya perbedaan akan disebut sebagai perpecahan.

Pentingnya menyikapi perbedaan dengan baik dan benar dapat diperhatikan dari pesan agama bahwa perbedaan itu adalah rahmat. Maksudnya perbedaan itu merupakan anugerah bagi semua manusia sebab tanpa perbedaan manusia tidak akan lahir ke dunia ini. Perbedaan ini mengajarkan kedewasaan kepada bangsa ini di mana mereka dituntut untuk selalu berangkulan tanpa harus merendahkan yang lain.

BACA JUGA  Pesan Orang di Kampung Bagi Pemudik, Apa Itu?

Menyikapi perbedaan dengan baik pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw. ketika dihadapkan dengan masyarakat Quraisy yang berbeda keyakinan dengan beliau. Nabi tidak pernah merendahkan dengan mencela keyakinan orang lain yang berbeda dengannya melainkan menghormati perbedaan itu meskipun apa yang diyakini oleh orang Quraisy pada waktu itu tidak benar dalam pandangan Islam. Nabi menyimpan ketidaksukaan terhadap keyakinan orang lain guna menghindari perseteruan di tengah-tengah mereka.

Maka, di tengah pesta politik yang bakal berlangsung pada Februari 2024 bangsa ini hendaknya selalu mengingat pentingnya kebhinekaan di tengah perbedaan arah politik. Sehingga dengan kesadaran ini bangsa tidak mudah dikirim oleh hawa nafsu yang mendorong kepada hal-hal yang negatif seperti ujaran kebencian, aksi-aksi kekerasan, dan lain sebagainya.

Bangsa ini hendaknya berpolitik dengan akal sehat dan hati nurani yang dengannya mereka dibimbing dengan politik kebhinekaan yang menghendaki persatuan bukan perpecahan. Politik kebhinekaan bukanlah mencari kemenangan saja tetapi menghendaki kebaikan negeri di masa depan. Maka tentu untuk kebaikan suatu negeri tidak bakal diraih tanpa dibarengi dengan niat yang tulus yang di dalamnya terdapat misi positif yang diperintahkan oleh semua agama yang ada di Negara Indonesia. Semua agama menghendaki bersatu di tengah perbedaan yang dikenal dengan kebhinekaan. [] Shallallahu ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru