Harakatuna.com – Banyaknya kasus di pendidikan di Indonesia katanya akibat dari pembentukan karakter pelajar yang berasaskan sekularisme. Manurut aktivis khilafah, penguatan karakter profil pelajar Pancasila yang digadang-gadang mampu menjadi solusi atas krisis moral generasi seolah jauh panggang dari api.
Bahkan Pancasila dan kurikulum merdeka hanya menjadi jargon yang usang. Efektivitas kurikulum merdeka dalam rangka menghapuskan salah satu dari tiga dosa besar pendidikan, termasuk di dalamnya perundungan atau bullying, hanya menjadi sumbalit dan menjadi tertawaan belaka.
Jalan Satu-satunya
Padahal, jalan satu-satunya memperbaiki sumber daya manusia, alam, akal budi, dan politik-sosial adalah pendidikan. Pendidikan adalah institusi terbaik yang berfungsi membentuk kompas, arah dan tujuan yang jelas, bukan hanya dalam praktik rutinitas kehidupan sosial melainkan mengubah paradigma berpikir manusia yang tidak membebani dan mempersulit kehidupan umat.
Pendidikan satu-satunya jalan pengaman politik manusia. Pendidikan yang merupakan penemuan terbesar umat manusia ini, membantu proses produksi untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dan dalam hal ini memperkuat integrasi sosial dalam kelompok dan kancah dunia.
Jika anak-anak bisa baca tulis, makin cerdas maka peradaban makin maju. Namun, mata telanjang kita melihat ketidaksinkronan antara kecerdasan dan kemajuan. Kita masih melihat anak-anak terjerumus pada lubang pendidikan yang mengajarkan radikalisme.
Arah Kemunduran?
Kemajuan di satu sisi menjadi titik penting bagi kehidupan modern, tapi di sisi lain, kemajuan telah menyebabkan krisis spirit kemanusiaan, krisis lingkungan, akal budi, dan akhlak. Ada yang tidak tuntas dari pendidikan kita.
Ketidaktuntasan itu adalah ketidaksinkronan dan keterpecah-pecahan di atas. Bisakah problem di atas bisa diamputasi dari produk atau program pendidikan yang baru, katakanlah yang menghasilkan anak didik yang cakap secara demografi dan tidak anti-sosial serta yang berakhlakul karimah?
Untuk ini banyak kiranya tawaran yang terlontar dari banyak pihak, salah satunya adalah dari Bapak Umar. Tawaran dia terekam dalam buku Bapak Madrasah Indonesia: Testimoni Atas Kinerja Dr. H. A. Umar, M.A (2021). Dengan semua tawaran konsep dan programnya, Sekolah Madrasah akan menghasilkan “wujud” yang baru. Potensi dilihat dari dalam, hingga akhirnya melahirkan generasi hebat bermartabat. Berkarakter Islami dan berjiwa NKRI.
Sebagai sebuah contoh, di bawah arahan Bapak Umar, semua sekolah dan kepala sekolah di Indonesia dapat merasakan dampak baiknya. Ia menjadi sosok atau sang inovator, inspirator, dan motivator dari gerakan sekolah madrasah bermartabat berkelas dunia.
Program Demi Program
Salah satu program seperti Program Indonesia Pintar (PIP) bagi peserta didik miskin berprestasi dan pembelajaran berbasis e-learning madrasah, sangat memberi kesan berarti. Karena, saat beberapa lembaga pendidikan mencari formula pembelajaran di masa pandemi, madrasah justru telah siap lebih dulu dengan aplikasi e-learning madrasah yang sampai saat ini kebermanfaatannya sangat terasakan.
Program yang terberikan oleh Bapak Umar menginspirasi semua kepala sekolah madrasah di Indonesia. Dengan tangan hangatnya banyak terobosan inspiratif yang membantu sesama dan mewujudkan madrasah bermanfaat bagi orang banyak. Dengan kesederhanaan dan jiwa abdinya tak jemu mengajarkan atau menceritakan pengalaman dan gagasannya tiap melayat ke sekolah-sekolah madrasah di Indonesia. Dedikasinya tak henti menginspirasi untuk kemajuan madrasah.
Ia juga sangat berperan aktif dalam meningkatkan madrasah-madrasah di akar rumput. Lontaran arahan-arahan beliau, bagi banyak orang menjadi obat penyemangat dan motivasi untuk terus berjuang membangun madrasah agar anak didik tumbuh secara cerdas dan berakal budi.
Hasil Inovatif
Tak berhenti pada gagasan, namun sosok Bapak Umar merupakan sosok yang tangguh dan gigih untuk mendaratkan apa arti kelola dan menata sebuah lembaga madrasah. Baginya, gagasan dan paradigma pendidikan menjadi satu kesatuan tak terpisahkan. Ia menjadi poros strategi mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi pengetahuan yang ditransfer itu juga menjadi unsur dalam pembentukan kepribadian siswa atau peserta didik dan masyarakat.
Menurutnya, keilmuan madrasah bukan saja menyajikan produk ilmu pengetahuan, melainkan bagaimana ilmu pengetahuan dan akhlak itu diproduksi, baik lewat sikap kreatif, inovatif, kritis, dan kemampuan heuritis yang imajinatif.
Dengan pendaratan kebijakan dan program di atas, terbuktilah beberapa sekolah madrasah memenangkan lomba nasional dan internasional dan mencetak generasi hebat bermartabat. Segalanya itu menjadi energi positif untuk kemajuan-kemajuan pendidikan madrasah di Indonesia. Tak terkecuali pada tingkat dunia.
Jadi jika ada madrasah yang dikelola dengan cara sekularisme, sungguhlah tidak benar. Namun yang berteriak seperti ini malah banyak yang mengelola sekolah dengan cara-cara di luar dugaan, yaitu melalui basis khilafahisme.