27.6 C
Jakarta

Narasi Keislaman Abu Janda dan Label NU-nya

Artikel Trending

KhazanahTelaahNarasi Keislaman Abu Janda dan Label NU-nya
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Permadi Arya alias Abu Janda, nama yang beberapa hari belakangan ini sempat menjadi perbincangan hangat di dunia Twitter bukanlah sekali melakukan hal-hal kontroversial dalam dunia maya. Sebuah twit “Islam Arogan” serta kasus ujaran kebencian yang bersifat rasial kepada mantan Komisioner Komnas HAM, Nataligus Pigai yang menjadi viral beberapa hari terakhir ini.

“Islam memang agama pendatang dari Arab, agama asli Indonesia itu Sunda Wiwitan, Kaharingan dll. Dan memang arogan, mengharamkan tradisi asli, ritual orang dibubarkan pake kebaya murtad, wayang kulit diharamkan. Kalau tidak mau disebut arogan, jangan injak2 kearifan lokal @awemany,’ kicaunya lewat akun @permadiaktivis1, Senin (25/1).

Cuitan yang kemudian menjadi kontroversial langsung trending dalam twitter dengan tagar #kamibersamapermadiarya. Banyak netizen yang membela sosok Abu Janda, bahkan para tokoh NU dan Muhammadiyah turut memberikan komentar atas twit yang dilontarkan oleh Abu Janda ini.

Sebelum kasus ini, Abu Janda juga pernah mengetwit persoalan cadar yang dianggap sebagai simbol muslimah rela dipoligami, bahkan ia menyebut cadar sebagai penindasan pemikiran dan bertentangan dengan emansipasi. Seolah tidak berhenti ber-ulah, tampaknya kehadiran dalam dunia maya selalu menimbulkan keresahan publik, ungkapan tanpa dasar, kedangkalan ilmu agama, intoleran dan pemecah belah selalu didengungkan oleh Permadi.

Abu Janda Bukanlah Bagian dari Poros Gerakan NU

Meski demikian, selama ini Abu janda, panggilan bekennya selalu memakai atribut banser (Barisan Ansor Serbaguna). Ini menandakan bahwa ia adalah bagian dari banom NU, bagian dari NU. Padahal selama ini tokoh-tokoh NU tanpa terkecuali, narasi Islam moderat selalu menjadi pegangan kaum nahdliyin. Bahkan sosok Abu Janda dengan segala atribut NU yang menempel dalam dirinya sangat tidak menggambarkan poros gerakan NU yang selama dikenal.

Ini sangat meresahkan, sebab masyarakat justru akan menanggapi bahwa sosok influencer yang sering bikin gaduh ini tidak lain mewakili suara Banser, bagian dari NU, dll. Keresahan tersebut juga ditanggapi oleh Alissa Wahid, Koordinator Jaringan Gusdurian. Ia menyebutkan bahwa orang-orang semacam Abu Janda itu sangat mengganggu karena bukan bagian dari kelompok atau oros NU, tapi seringkali bicara soal agama. Dengan kata lain, Abu Janda sesungguhnyatidak punya otoritas untuk, misalnya mengatakan bahwa Islam adalah agama arogan. (NU Online)

BACA JUGA  Menerapkan Sikap Toleran dalam Menghadapi Pemilu

“Dia (Abu Janda) tidak benar-benar menguasai ilmu agama, artinya kita nggak pernah melihat dia sebagai bagian dari kelompok atau poros-poros NU. Jadi dia kan bukan bagian dari poros-poros NU, pesantren juga enggak,” Jelas Alissa Wahid.

Permadi Arya adalah sosok yang tidak merepresentasikan gerakan-gerakan NU yang selama ini dikenal. Sebab selama ini narasi keislaman yang disebarkan oleh NU tidak arogan, tidak mencaci maki, tidak menghakimi dll.

Ini menjadi tugas bersama bagi kaum nahdliyin bahwa sosok Abu Janda menjadi racun tersendiri bagi NU. Sebab selama ini narasi keislaman yang dibawa olehnya sangat tidak menggambarkan esensi ajaran Islam yang ramah, damai, justru sebaliknya. Orang-orang seperti Abu Janda memang membutuhkan sosok yang bisa menemaninya mengaji, mengkaji ajaran Islam, mengkaji Keindonesiaan agar tidak sering bikin kacau dan memecah belah.

Tidak hanya itu, orang-orang macam Abu Janda juga ditegaskan dalam Al-Quran karena kedangkalan ilmunya yang berbicara agama. Allah ta’ala berfirman:

“Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan, dan hati, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya.” (Q.S. al Isra’: 36).

Ayat tersebut dijadikan salah satu dalil oleh para ulama atas diharamkannya berbicara tentang agama tanpa dasar ilmu. Bahkan para ulama mengategorikannya sebagai salah satu dosa besar. Al-Hafizh Ibnu ‘Asakir meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:

“Barangsiapa berfatwa (bicara agama) tanpa ilmu, maka ia dilaknat oleh para malaikat di langit dan di bumi.” (H.R. Ibnu ‘Asakir).

Kewajiban agar tidak terprovokasi oleh ungkapan yang dilontarkan oleh Abu Janda ini harus dilakukan, sebab jika kita masih terprovokasi dengan ungkapannya lalu menanggapi dengan hal sama, sama saja kita bagian dari Abu Janda. Wallahu a’lam

Muallifah
Muallifah
Aktivis perempuan. Bisa disapa melalui Instagram @muallifah_ifa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru