32.5 C
Jakarta

Monster-monster Berjubah Agama

Artikel Trending

KhazanahOpiniMonster-monster Berjubah Agama
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Agama adalah ajaran dan sistem yang berperan mengatur keimanan dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Agama diturunkan oleh Tuhan kepada Nabi juga memiliki fungsi dalam kehidupan manusia. Menata kehidupan agar terarah, mengataur bagaimana tata cara bergaul di dunia, dan mengatur segala bentuk tingkah laku manusia terhadap lingkungan sekitar.

Pendapat lain mengatakan, tujuan agama diturunkan adalah sebagai bentuk peribadatan, atau pengabdian terhadap kekuatan Yang Mahadahsyat di luar diri manusia. Kekuatan dahsyat tersebut mengarah pada Tuhan Yang Maha Esa. Sedang dalam kehidupan manusia istilah Tuhan memiliki banyak sekali versi. Semuanya tergantung terhadap agama apa yang mereka anut.

Lantas apa jadinya jika seandainya agama tidak ada di dunia ini? Semua akan memiliki pendapat yang sama. Tanpa agama, kehidupan manusia tidak akan terarah serta budi pekerti manusia tidak akan teratur. Artinya, kehidupan tanpa agama ibarat setetes air yang ada di atas daun talas; tidak memiliki tujuan dan arah yang tertentu. Nabi Muhammad saw bersabda dalam senuah hadis yang diriwayatkan al-Baihaqi.

انما بعثت لأتمم مكارم الأخلاق

Artinya:”Sesungguhnya aku (Muhammad Saw.) diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak.” (HR: Al-Baihaqi)

Jika kita menghayati sabda Nabi Muhammad Saw. di atas, maka kita dapat mengambil sebuah poin, yakni manusia tanpa agama, maka akhlaknya tidak akan tertata. Namun, ketika agama jatuh kepada tangan yang salah, maka agama dapat dijadikan sebagai tunggangan untuk meraih kepentingan pribadi seperti, kekuasaan, harta, tahta bahkan wanita.

Mereka menjadikan agama sebagai jubah untuk melindungi kesalahannya. Seperti kisah Mahabharata, sang penculik Dewi Sinta menggunakan jubah agama sebagai pelindung agar identitas aslinya sebagai moster tidak tercium. Hal ini adalah fakta bukan hanya omong kosong belaka.

Monster Agamis

Lantas siapakah sebenarnya moster-monster berjubah agama tersebut? Dengan melihat fenomena yang terjadi pada akhir-akhir ini dapat menjadi sebuah bukti yang konkret. Kita dapat mengetahui bahwa monster berjubah agama memang benar adanya. Adapun fenomena-fenomena tersebut mencakup beberapa hal.

Pertama, radikalisme. Yakni salah satu gerakan politik Islam garis keras yang menginginkan perubahan besar-besaran terhadap suatu negara. Tujuan mereka adalah mendirikan sistem pemerintahan khilafah dengan syariat Islam sebagai dasar negara.

Padahal jika kita mau menengok ke belakang, sejarah telah mencatat semua perjalanannya yang jauh. Nilai kebaikan serta syariat Islam yang para monster tersebut bawa sangat jauh berbeda dengan syariat Islam yang Nabi Muhammad saw. ajarkan.

Sebagai contoh negara yang menjadi dampak keganasan radikalisme adalah Afghanistan. Kudeta yang dilakuhkan oleh Taliban yakni, salah satu kelompok yang menginginkan sistem pemerintahan khilafah berdiri di atas negara Afghanistan. Berbagai cara digunakan agar mereka mampu menguasai Negara tersebut.

Salah satunya adalah sembunyi di balik jubah agama. Mereka menjanjikan kepada seluruh masyarakat bahwa jika dunia berada pada komando khilafah, maka mereka akan sejahtera dan pasti masuk surga.

Kelompok tersebut menyembunyikan identitas monsternya di balik jubah agama. Namun setelah mereka berkuasa, identitas monsternya mulai terlihat. Mereka melaksanakan syariat Islam yang jauh dari kata benar serta tidak mencerminkan akhlak yang mulia. Tidak menghargai perbedaan, menghancurkan patung, dan melarang perempuan melanjutkan pendidikannya ketika umur sudah mencapai di atas 10 tahun.

BACA JUGA  Manifesto Perbedaan Hari Raya Idulfitri, Masih Perlukah Penetapan?

Kedua, ACT. Ini fenomena lama, sebenanya. Mereka adalah kelompok yang bertujuan mengumpulkan uang sebagai dana bantuan untuk mereka yang terkena musibah, seperti bencana alam dan lain-lain.

Sekilas aksi ACT terkesan heroik. Namun, kelompok tersebut sama saja, yakni menjadikan agama sebagai tunggangan mencapai tujuan pribadinya. Mereka menukar ayat-ayat Al-Qur’an dengan harta dunia. Mereka dengan modus yang sama menyembunyikan dirinya di balik jubah agama agar, identitas monsternya tidak kelihatan.

Ketiga, pencabulan. Ini juga kasus lama. Waktu itu media dihebohkan atas tindakan pencabulan terhadap para santriwati yang sedang menempuh jenjang pendidikan di pondok pesantren. Ironisnya pelaku dari tindakan keji tersebut adalah pengasuh pesantren itu sendiri.

Sungguh amat disayangkan lembaga pendidikan pondok pesantren yang dari dulu dinilai mencetak kader-kader yang berakhlak mulia. Namun jatuh pada monster yang sembunyi di balik jubah agama menjadikan marwah pesantren terutama pengasuhnya menjadi tidak punya harga diri lagi.

Pelaku pencabulan terhadap santriwati tersebut menggunakan doktrin bahwa patuh kepada kiai adalah suatu kewajiban. Memang opini tersebut benar adanya, namun mereka menggunakan opini tersebut sebagai alat untuk memuaskan nafsu birahinya. Pelaku tidak pandang bulu meskipun korbanya mayoritas masih di bawah umur.

Jika kita amati baik-baik kasus kekerasan seksual yang menimpa para santriwati tersebut, maka jawabannya tetap sama, yakni pelaku menggunakan jubah agama untuk menyembunyikan identitas monsternya.

Keempat, dukun berkedok agama. Sempat juga media sosial dihebohkan atas konflik dua orang terkenal, yakni Samsuddin Jadabdan Marcel pesulap merah. Tindakan para dukun-dukun palsu yang sangat merugikan masyarakat awam membuat pesulap merah ingin mengedukasi masyarakat awam agar jangan mudah percaya dengan dukun, apalagi para spiritual yang berkedok agama.

Para dukun palsu banyak melancarkan aksinya terhadap para pasiennya dengan mengenakan jubah agama. Seperti pengobatan, rukyah, menangkal santet, mengusir jin dan lain-lain yang tujuannya untuk membantu masyarakat yang sedang mengalami kesulitan.

Sekilas memang tindakan tersebut sangat mulia, namun ternyata para pasien yang datang untuk berobat hanya dijadikan sebagai bijakan untuk meraup keuntungan.

Manipulator Islam

Melihat dari beberapa fenomena tersebut, kita dapat melihat siapa sebenarnya monster-monster berjubah agama itu. Kita dapat memahami bahwa monster berjubah agama ialah mereka-mereka yang menggunakan agama sebagai alat untuk mencapai tujuan pribadinya, dan menjual ayat-ayat Al-Qur’an demi mendapatkan harta dunia.

Dengan mengetahui siapa sebenarnya monster berjubah agama, setidaknya dapat membantu kita agar lebih berhati-hati dalam memilih organisasi agama, berhati-hati dalam bersedekah, dan berhati-hati dalam memilih pesantren. Juga agar lebih berhati-hati terhadap mereka yang menggunakan agama sebagai kedok pengobatan alternatif.

Lalu, hari ini, yang lagi booming, siapa monster-monster berjubah agama itu? Ada beberapa ekor, yakni Bahar Smith, Fuad Plered, hingga Panji Gumilang. Semuanya bikin gaduh negara, memantik perpecahan sesama Muslim, hingga ada yang mengutak-atik ajaran Islam.

Fuad Efandi
Fuad Efandi
Sarjana di STAI Darussalam Lampung. Pengajar di Pondok Pesantren Al-Ishlah Mataram Baru.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru