32.5 C
Jakarta

Menyikapi Zionis sebagai Terorisme Global

Artikel Trending

EditorialMenyikapi Zionis sebagai Terorisme Global
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Aksi bakar diri Aaron Bushnell, tentara AU Amerika Serikat, sebagai protes atas genosida di Palestina mengejutkan dunia. Ratusan orang berunjuk rasa di depan Kedubes Israel di Washington DC. Mereka membakar bendera Israel di lokasi tewasnya Bushnell. Untuk diketahui, Bushnell yang berusia 25 tahun membakar diri sambil berteriak “Free Palestine” pada Minggu (27/2), yang disiarkan live di medsos Twitch.

Protes atas kebrutalan zionis Israel di Palestina sebenarnya bukan kali pertama terjadi. Pada 16 Maret 2003 silam, Rachel Corrie, seorang aktivis perdamaian AS, secara tragis terlindas hingga tewas oleh buldoser lapis baja Israel ketika secara damai memprotes pembongkaran rumah-rumah warga Palestina di Gaza. Kematian Corrie juga mengguncang dunia—bagaimana warga AS muda dibunuh oleh sekutu setia negaranya sendiri: Israel.

Sekarang mari lihat kaitannya dengan Arab Spring dan fenomena terorisme. Dunia tengah dihadapkan pada kenyataan menyakitkan tentang kompleksitas geopolitik di Timur Tengah: Palestina, dan dampaknya yang mencapai dimensi global. Insiden yang mencengangkan kemarin menegaskan perlunya pendekatan yang lebih holistis dan lebih mendalam terhadap masalah terorisme dan konflik di wilayah tersebut.

Revolusi Arab Spring pada awalnya muncul sebagai perjuangan untuk kebebasan, martabat, dan demokrasi di negara-negara Timur Tengah yang diperintah otoriter. Namun, apa yang dimulai sebagai gerakan progresif tersebut menjelma menjadi instabilitas nasional dan semaraknya ekstremisme. Kelompok-kelompok teroris memanfaatkan situasi tersebut untuk mendirikan Daulah. Kebangkitan ISIS adalah contoh paling mencolok ihwal bagaimana ketegangan regional dan geopolitik merusak perjuangan atas demokrasi.

Di sisi lain, tragedi 9/11 di AS tahun 2001 memberikan pukulan besar bagi stabilitas global dan menandai awal war on terror global. Serangan tersebut menimbulkan dampak traumatis yang luar biasa tidak hanya pada AS tetapi juga seluruh dunia. Tidak saja memunculkan tanggapan keras terhadap terorisme internasional, tetapi juga menyoroti ketidakadilan dan kekurangan sistem global hingga memantik radikalisme-ekstremisme.

Dalam kedua kasus tersebut, Zionisme dan konflik Israel-Palestina memainkan peran penting dalam memicu dan memperpanjang ketegangan dan konflik. Pertanyaan yang penting adalah bagaimana kita menyikapi masalah tersebut secara efektif dan berkelanjutan tanpa menambah lebih banyak kekerasan dan penderitaan? Faktanya, Zionis adalah teroris sebenarnya yang telah membangunkan sel-sel teroris seperti ISIS dan sejenisnya.

BACA JUGA  Strategi Kontra-Radikalisasi Berbasis Keadilan Hukum

Untuk itu, kita mesti mengakui kompleksitas politik, sosial, dan budaya yang melatarbelakangi konflik terorisme itu sendiri. Selanjutnya, upaya rekonsiliasi dan perdamaian didasarkan pada keadilan, kesetaraan, dan penghormatan terhadap hak asasi manusia. Jika tidak, terorisme akan terus menjadi lingkaran setan yang tidak habis-habis. Bagaimanapun, kekejaman Zionis Israel tidak dapat ditolerir sama sekali.

Langkah-langkah konkret yang dapat diambil termasuk meningkatkan dialog dan kerja sama antarpihak yang terlibat. Pemerintah, kelompok masyarakat, dan pemimpin agama harus turun tangan—terutama AS yang melempem. Diplomasi berbasis keadilan dan kesetaraan harus didorong, dengan fokus pada penciptaan negara Palestina yang merdeka. Jika itu mustahil, maka memelihara Zionis sama saja dengan membudidayakan terorisme.

Terorisme tidak bisa diatasi secara militer semata. Langkah-langkah keamanan yang kuat mesti melindungi masyarakat dari ancaman kekerasan. Solusi jangka panjang harus mencakup pembangunan sosial-ekonomi yang inklusif, pemenuhan kebutuhan dasar, dan penciptaan peluang bagi rakyat untuk berpartisipasi secara konstruktif dalam proses politik. Apakah Indonesia juga perlu ambil peran? Jawabannya: jelas.

Di tengah-tengah kompleksitas masalah terorisme dan konflik di Palestina, penting untuk menjaga ketenangan dan tetap berpegang pada prinsip-prinsip kemanusiaan dan keadilan. Hanya dengan pendekatan holistis untuk memerangi Zionisme, terorisme juga akan ikut teratasi. Dari sini jelas, bahwa sikap paling krusial untuk mengentaskan terorisme global adalah dengan melawan Zionis.

Apakah pemerintah Indonesia sudah bersuara? Tentu. Menlu Retno Marsudi telah memperjuangkan hal tersebut sejak lama, namun AS selalu memveto rekonsiliasi di sidang PBB. Artinya saat ini negara-negara di dunia, termasuk Indonesia, sedang melawan lingkaran setan terorisme, yaitu Zionis. Selama itu tidak dilawan bersama, sampai kapan pun kelompok-kelompok teror akan bermunculan dan merongrong perdamaian global.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru