30.8 C
Jakarta

Begini Kepura-Puraan Khilafah Atas Nasip Muslim Dunia

Artikel Trending

Milenial IslamBegini Kepura-Puraan Khilafah Atas Nasip Muslim Dunia
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Semakin tidak jelas konsep khilafah ini. Mereka selalu ingin mengandalkan jihad sebagai representasi kemuliaan untuk mendapatkan keharmonisan muslim dunia. Secara terang dan tanpa malu-malu mengklaim bahwa masalah muslim bisa diselesaikan dengan cara jihad.

Tiga Alasan Kepura-Puraan

Kemudian mereka memberi tiga alasan. Misalnya dalam konteks persahabatan dengan non-muslim. Mereka mengatakan bahwa Islam telah mengharamkan berdamai dan bersahabat dengan entitas yang memerangi kaum muslim. Oleh karena itu, apa pun bentuk perdamaiannya, apalagi solusi, adalah haram.

Kedua, dalam konteks Israel-Palestina, mereka tidak percaya kepada penangangan dunia. Menurut mereka, siapa pun yang masih waras akan melihat kemustahilan mengakhiri penjajahan zionis Yahudi lewat jalur politik.

Alasannya, katanya, karena berbagai kutukan dan resolusi PBB, termasuk kecaman dari para pemimpin Dunia Islam, juga tidak berpengaruh apa pun terhadap kaum Yahudi. Badan Hak Asasi Manusia PBB (UNHCR) sejak 2006 sudah mengeluarkan 45 resolusi menentang kaum Yahudi. Namun, tidak ada satu pun yang digubris.

Ketiga, syariat Islam telah mewajibkan jihad fi sabilillah atas kaum muslim ketika mereka diperangi musuh. Yang menjadi alasan mereka adalah jihad solusi bagi agresi zionis Yahudi atas tanah Palestina. Mereka mengandaikan negeri-negeri muslim lainnya bersatu. Dengan izin Allah, kekuatan entitas Yahudi akan hancur lebur.

BACA JUGA  Mengembalikan Identitas dan Karakter Bangsa

Salah Kaprah Memaknai Jihad

Namun yang masalah adalah, pembacaan mereka terhadap jihad itu sendiri. Selalu saja jihad diandaikan sebagai perang atau saling bunuh membunuh. Tidak heran sebenarnya, karena pemahaman mereka terhadap jihad memanglah seperti itu. Fakta di lapangan membuktikan bahwa kebanyakan dari aktivis khilafah ini setuju dengan pengeboman atas nama agama.

Dilihat dari konteks ini, sesungguhnya mereka menawarkan sikap ekstremisme. Sikap keras yang diandaikan dapat menjadi solusi umat, negara dan bangsa. Padahal pilihan ini sungguh sangat membahayakan. Lalu apa solusinya?

Strategi Mencegah Ekstremisme

Untuk itu, butuh strategi dan cara untuk mencegah ektremisme, radikalisme dan terorisme. Misalnya, pertama, membangun pemahaman bersama tentang bahaya ekstremisme; kedua, membangun kesamaan persepsi melalui forum koordinasi di semua level terkait bahaya ekstremisme berbasis kekerasan sebagai ancaman mendesak.

Ketiga, mengarusutamakan pencegahan kekerasan ekstrem melalui pengalokasian anggaran, perencanaan kegiatan, pelaksanaan program. Keempat, strategi pencegahan untuk mencegah individu yang akan menjadi bagian dari kelompok ekstrim kekerasan dengan mengamati lingkungan yang memungkinkannya untuk berkembang. Dengan cara ini, setidak-tidaknya terorisme bisa landai.

Agus Wedi
Agus Wedi
Peminat Kajian Sosial dan Keislaman

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru