28.4 C
Jakarta

Menjadi Pribadi yang Bertakwa di Bulan Ramadhan Nanti, Gimana Caranya?

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanMenjadi Pribadi yang Bertakwa di Bulan Ramadhan Nanti, Gimana Caranya?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Kemarin saya bahas dalam sebuah tulisan seputar menjadi umat terbaik pada malam Nisfu Sa’ban yang sudah berlangsung beberapa hari yang lalu. Bahas tentang Nisfu Sa’ban, tak lepas dari membahas tentang Ramadhan. Pada tulisan ini saya coba menguraikan seputar Ramadhan yang beberapa hari lagi umat Islam ini memasukinya.

Memasuki bulan Ramadhan, umat Islam dihadapkan perintah puasa selama sebulan. Puasa ini menjadi kewajiban bagi seluruh umat Islam selain mereka yang masih muda (belum baligh/dewasa), orang gila, dan perempuan yang hamil serta menyusui. Mereka terlepas dari kewajiban ini sebab mereka terhitung belum mampu mengemban amanah itu.

Perintah puasa ini memiliki tujuan yang cukup mulai. Allah menyebutkan dalam surah al-Baqarah ayat 183 bahwa tujuan puasa Ramadhan adalah untuk menghadirkan ketakwaan dalam diri seseorang. Ketakwaan ini merupakan tujuan yang paling mulai dalam hidup. Seseorang yang bertakwa akan selalu merasa dilindungi oleh Allah sehingga ia tidak gampang melakukan sesuatu sesuai dengan nafsunya.

Perasaan selalu diawasi oleh Allah akan meningkatkan keimanan seseorang. Ia tidak bakal melakukan kemungkaran seperti ujaran kebencian, aksi-aksi terorisme, dan masih banyak yang lain. Ia akan selalu melakukan sesuatu yang menghadirkan kemaslahatan di tengah-tengah semesta.

Ujaran kebencian merupakan kemungkaran yang paling awal sebelum seseorang melakukan kejahatan berwajah terorisme. Ujaran kebencian jelas akan menghadirkan benih permusuhan antar sesama, padahal permusuhan itu dilarang dalam Islam. Sebab, Islam menekankan persatuan, bukan perpecahan. Sedang, perpecahan timbul sebab permusuhan.

Islam melarang mencaci satu sama lain, meski secara kualitas ketakwaan masing-masing mereka tidak sama. Tidak perlu membanding satu sama lain. Karena, hidup bukan untuk saling membandingkan. Tapi, bagaimana menghargai satu sama lain. Benar, apa yang dikatakan oleh Quraish Shihab bahwa kebencian terhadap seseorang diungkapkan, melainkan cukup dia sendiri yang tahu.

BACA JUGA  Memaknai Mudik pada Tahun Ini

Saling menghujat itu bukan ajaran Islam. Allah melarang menghujat orang lain. Karena, belum tentu yang dihujat itu ketakwaannya di bawah si penghujat. Hanya Allah yang mengetahui kualitas ketakwaan seseorang. Manusia tidak berhak menilai ketakwaan orang lain. Penilaian manusia tidak objektif, karena apa yang mereka adalah apa yang mereka lihat. Mereka tidak bisa melihat hati seseorang, sedang inti dari kebanaran itu adalah motivasi yang bermuara di hati.

Kemudian, ketakwaan itu akan menyelamatkan seseorang dari perbuatan mungkar berwajah terorisme. Ini termasuk kejahatan yang paling dilaknat oleh semua agama, termasuk Islam. Sebab, terorisme itu berpotensi menelan korban jiwa yang dilarang dibunuh dalam agama Islam. Menjaga keselamatan satu jiwa, dalam Islam, sama dengan menjaga semua jiwa. Sebaliknya begitu, bahwa membunuh satu jiwa sama dengan membunuh semua jiwa.

Sebagai penutup, menjelang Ramadhan, umat Islam hendak menekankan dalam hati bahwa Ramadhan ini menjadi latihan untuk mengubah diri menjadi pribadi yang bertakwa. Dengan ketakwaan ini mereka akan dijauhkan dari perbuatan mungkar seperti ujaran kebencian dan aksi-aksi terorisme. Jangan sampai selepas Ramadhan, tidak ada efek positif yang terpancar dalam diri umat Islam. Mereka hanya terjebak dalam aktivitas puasa yang formal di bulan Ramadhan.[] Shallallah ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru