32.5 C
Jakarta

Memaknai Mudik pada Tahun Ini

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanMemaknai Mudik pada Tahun Ini
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Tahun ini saya mudik bareng istri dan anak dari Jakarta ke Madura. Bukan bermaksud pamer atau apa, saya mudik pakai pesawat. Ini bukan kali pertama mudik lewat jalan udara. Beberapa tahun silam saat Covid menyerang Indonesia, saya mudik pakai pesawat. Artinya, saya tidak bermaksud pamer/ria.

Saya coba singgung pada tulisan ini karena ketika mudik dengan pesawat ada banyak pelajaran yang dapat saya petik. Satu dari sekian pelajaran yang membekas adalah menghindari kesombongan. Mengapa pelajaran ini yang dapat saya petik? Begini ceritanya.

Coba bayangkan, ketika pesawat take off dan berada di ketinggian ribuan kaki, tiada daya yang dapat dibuat angkuh, melainkan hanyalah kepasrahan atau bersikap tawakal. Semua orang di pesawat hanya berpasrah kepada kekuatan Tuhan yang tak berbatas. “Wahai Tuhan, saya menyerahkan segalanya kepada-Mu. Hanyalah Engkau yang mampu menyelamatkan. Selamatkan kami!,” bisiknya dalam-dalam.

Lebih dari itu, ketika pesawat berada di ketinggian ribuan kaki, mata melongo dan terlihat di luar sana hanyalah langit dan awan. Teman, kerabat, dan siapa pun tak terlihat. Tak ada seorang pun yang dapat diminta tolong melainkan Allah Swt saja. Kepasrahan semakin terasa ketika berada dalam suasana ini.

BACA JUGA  Lebaran Ketupat dan Makna Filosofis yang Dapat Kita Petik

Tawakal atau tidak sombong ini mengingatkan saya pada beberapa orang sombong yang dikisahkan dalam kitab Al-Qur’an. Di antaranya, Fir’aun seorang penguasa yang sombong, Qarun seorang kaya raya yang congkak, dan Abu Lahab yang angkuh.

Beberapa orang sombong tersebut tidak bertahan lama. Mereka hancur dan dimusnahkan oleh kesombongannya sendiri. Fir’aun musnah dengan ditenggelamkan ke dasar laut. Qarun hancur dengan ditelan bumi. Dan, Abu Lahab mati dalam keadaan tidak terhormat.

Apa yang mau disombongkan dari diri ini? Bukankah semua manusia diciptakan dari unsur penciptaan yang lemah, yaitu sperma dan ovum? Sudahkah melihat betapa kecil bangunan yang terlihat besar ketika ada di atas bumi?

Sebagai penutup, mudik bukanlah sesuatu yang hampa akan makna. Mudik hendaknya diberi makna, agar ada pelajaran yang dapat dipetik. Mudik dengan pesawat, misalnya, bisa memberikan pesan menghindari sikap sombong. Karena, mudik dengan pesawat jauh mengajarkan pentingnya tawakal agar tidak sombong.[] Shallallahu ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru