31.5 C
Jakarta

Mengubur Egoisme Politik, Mewujudkan Indonesia Harmoni

Artikel Trending

KhazanahPerspektifMengubur Egoisme Politik, Mewujudkan Indonesia Harmoni
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Hajatan akbar bernuansa demokrasi sudah terlaksana di Indonesia. Bisa dikatakan semua masyarakat larut dalam kontestasi berbasis pilihan politiknya masing-masing. Namun, meskipun demikian kita juga perlu waspada tentang bahaya egoisme politik pasca Pemilu.

Sebab egoisme politik bisa menyebabkan munculnya ujaran kebencian sampai dengan hoaks yang berujung pada perpecahan dalam hidup berbangsa. Itulah mengapa pasca Pemilu 2024 ini kita diharuskan memiliki prinsip bahwa kita adalah satu bangsa yang berpegang dan berpedoman tentang Pancasila sebagai jalan untuk mencapai sebuah kesetaraan, kemanusiaan, dan puncaknya ialah persatuan.

Dengan kata lain, secara sadar masyarakat Indonesia harus kembali pada kode etik bahwa persatuan dan persaudaraan merupakan bagian vital yang tidak tergantikan. Itulah simbol bahwa demokrasi di Indonesia benar-benar menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan persaudaraan. Sebab, apa pun alasannya dan siapa pun yang memenangkan kontestasi, kita harus saling mendukung serta memberikan apresiasi bagi mereka yang kurang beruntung.

Sikap-sikap berjiwa besar seperti inilah yang dibutuhkan untuk mewujudkan Indonesia yang damai dan harmoni. Bahwa kekalahan bukanlah akhir dari segalanya, dan bagi mereka yang menang harus benar-benar bertanggung jawab untuk Indonesia yang lebih baik untuk ke depan. Pemikiran yang demikian apabila sudah mengakar dalam diri, tentu tidak akan pernah melahirkan ujaran kebencian dan provokasi dalam berdemokrasi.

Keadaban tersebut ketika sampai pada masyarakat tentunya akan mampu melahirkan sebuah rantai kerukunan. Masyarakat Indonesia juga akan meniru apa yang dilakukan oleh mereka-mereka yang berkontestasi. Ia juga mengajarkan bahwa jangan pernah ada egoisme dalam berdemokrasi. Ia hanya melahirkan sikap-sikap negatif yang bisa memberikan efek pada keharmonisan dalam hidup berbangsa.

Untuk itu hal mendasar yang harus dilakukan ialah sadar diri dan mampu menyeimbangkan egoisme dan keadabaan dalam berbangsa. Sehingga seseorang mampu memahami sistem demokrasi Pancasila dengan baik, dan akan menemukan sebuah jawaban bahwa sejatinya yang ada di Indonesia ialah kehidupan yang menitikberatkan pentingnya kemanusiaan.

Contohnya, kita bisa saling menghormati ibadah orang lain, saling mendukung dalam tradisi dan budaya, dan masih banyak lagi apabila kita telisik lebih jauh. Sudah seharusnya budaya toleran ini juga diterapkan pasca pesta demokrasi. Segala provokasi perpecahan dan semangat radikalisme harus dikubur dalam-dalam, tidak boleh dibiarkan tumbuh di negeri ini.

BACA JUGA  Golput Bukan Solusi untuk Demokrasi NKRI, Hindari!

Karenanya, penting membanjiri dunia maya dengan nasionalisme berbangsa. Sebagai warga negara Indonesia yang menjunjung norma-norma kemanusiaan harus ikut serta dalam menyuarakan pentingnya kedamaian di Indonesia.

Kita harus ikut menunjukkan bagaimana Indonesia terbangun tidak hanya berangkat dari satu golongan, melainkan dari berbagai latar belakang suku, budaya, dan juga beberapa manusia yang berbeda agama. Jadi tidak etis rasanya apabila kita hanya menjadikan satu landasan golongan untuk mempertahankan keutuhan bangsa Indonesia.

Nasionalisme mengajak seseorang untuk lebih memahami bangsa Indonesia lebih dalam. Sehingga seseorang bisa mengerti bagaimana sistem keagamaan dan kenegaraan bisa saling menguatkan. Serta mampu menyadari demokrasi Pancasila dibuat oleh tokoh-tokoh bangsa dengan sebuah alasan yang kuat, yaitu mempersatukan bangsa Indonesia dalam satu payung demokrasi.

Itulah salah satu alasan mengapa bangsa Indonesia memiliki semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Bahwa meskipun Indonesia terdiri dari beragam suku, agama, ras, dan budaya, bangsa Indonesia tetap menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan.

Semua itu seharusnya disadari pasca pesta demokrasi 2024. Ada banyak perbedaan di bangsa Indonesia yang harus selalu kita jaga. Dari perbedaan ini pula kita bisa saling mendukung dan menguatkan. Untuk itu sudah seharusnya kita belajar dari keragaman ini, bahwa perbedaan itu menyatukan bangsa Indonesia bukan memecah-belah atau menyebar hal-hal yang bersifat provokatif dan ujaran kebencian.

Sejalan dengan itu, Pemilu yang ada di Indonesia juga bagian dari regenerasi masa depan bangsa Indonesia. Ia sudah berjalan bertahun-tahun serta melibatkan seluruh masyarakat Indonesia. Maka tidak ada alasan lagi untuk saling membenarkan dan menyalahkan. Kita adalah saudara yang berhak memilih dan merayakan pesta demokrasi dengan santun dan rukun.

Pada prinsipnya tujuan pesta demokrasi ialah upaya perubahan menuju Indonesia yang lebih baik, dan tentunya mempererat persaudaraan untuk Indonesia yang harmoni. Dengan demikian, mari bersama-sama mengubur egoisme dalam berpolitik.

Pasca Pemilu, yang paling utama ialah kita saling berjabat tangan dan merangkul untuk Indonesia yang aman dan damai. Adab demikianlah yang akan mengantarkan pada kerukunan dalam hidup berbangsa. Sudah seharusnya kita mempraktikkan, baik dalam lingkungan keluarga, sampai dengan sosial media. Karena damai itu indah. Segala spirit radikalisme, ekstremisme, bahkan terorisme harus dimusnahkan.

Suroso, S.Ag
Suroso, S.Ag
Alumni UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru