28.2 C
Jakarta

Mengaku Sunni Tapi Maniak Khilafah, Kok Bisa?

Artikel Trending

KhazanahTelaahMengaku Sunni Tapi Maniak Khilafah, Kok Bisa?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com- Salah satu branding yang dilakukan oleh aktivis khilafah, dalam mempromosikan perspektif keagamaan adalah menyebut ustaz dengan sebutan ustaz aswaja. Sebutan ustaz aswaja ini bukan hanya sekedar sebutan semata. Sebab hal itu menjadi klaim kebenaran dan otoritas keagamaan bahwa, mereka adalah pengikut Al-Quran dan Hadis. Tentunya dengan sebutan itu, masyarakat akan semakin memiliki kepercayaan dengan segala fatwa, kritik dan argumen yang disampaikan.

Titel ustaz aswaja yang digunakan, menjadi ruang komunikasi dan mewujudkan pemahaman melalui institusi sosial dan simbol publik. Dengan menyebut aswaja, berarti seorang ustaz dikenal kredibilitasnya secara pengetahuan agama dan dekat dengan Rasulullah Saw. Sayangnya, dari berbagai fatwa keagamaan yang disampaikan, satu hal yang perlu ditolak bersama secara keras, adalah fatwa menegakkan khilafah di Indonesia.

Mengapa? Ustaz-ustaz yang membawa titel aswaja dalam setiap fatwa keagamaan, ternyata gemar mempromosikan khilafah, dan sering melakukan propaganda untuk menebar kebencian dengan berkedok agama. Masihkah kita mempercayainya bahwa mereka penganut aswaja?

Prinsip Aswaja dalam Konteks Kebangsaan dan Kenegaraan

Perlu diketahui bahwa prinsip aswaja ada empat, di antaranya: Pertama, tawassuth. Yakni sikap tengah-tengah yang menjunjung tinggi keharusan berlaku adil dan menghindari segala bentuk pendekatan yang bersifat ekstrim dalam bermasyarakat. Tindakan berlaku adil ini melihat bagaimana konteks yang terjadi di masyarakat.

Kedua, Ta’adhul berarti tegak lurus. Artinya tidak condong ke kanan atau ke kiri. Yang bisa dilihat dari sikap dengan berbagai pertimbangan, baik secara sosioalogis, psikologis dan aspek lain. Ketiga, Tasammuh yang berarti toleran terhadap perbedaan pandangan, baik dalam masalah keagamaan maupun kemasyarakat. Sikap ini akan menjadi salah satu pijakan seseorang untuk hidup bermasyarakat yang majemuk sehingga mampu menciptakan kedamaian di tengah perbedaan. Apakah sikap ini berarti harus diterapkan kepada para aktivis khilafah sebagai bukti menerima perbedaan keagamaan? Aktivis khilafah tidak perlu diberi ruang. Semakin diberi ruang untuk eksis,

Keempat, tawazun. Sikap ini berupaya seimbang dalam berkhidmah kepada Allah SWT, baik sesama manusia dan lingkungan hidupnya. Termasuk pula menyelaraskan kepentingan masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang. Sebagai warga negara, keempat prinsip ini sangat penting menjadi landasan hidup sebab melihat Indonesia, adalah melihat segala jenis perbedaan. Termasuk perbedaan tentang cara pandang agama.

BACA JUGA  Demokrasi Layak Dikritik Namun Sistem Khilafah Bukan Solusi!

Prinsip ini akan mengantarkan kita sebagai bangsa Indonesia adalah bangsa yang menghargai perbedaan, menjunjung persatuan dan kesatuan. Salah satu keniscayaannya adalah menerima Pancasila dan NKRI.

Selain prinsip ini, manifestasi aswaja dalam pemerintahan yang disampaikan oleh KH. Achmad Siddiq, setidaknya termuat dalam tiga hal, di antaranya:

Pertama, negara nasional yang didirikan bersama oleh seluruh rakyat wajib dipelihara dan dipertahankan eksistensinya. Negara Indonesia merupakan negara yang diperjuangkan bersama oleh masyarakat. Keinginan untuk merdeka, merupakan hasil yang diperoleh dari perjuangan dengan menumpah darah dan seluruh tenaga. Oleh karena itu, kita sebagai penerusnya, memiliki kewajiban untuk mempertahankan Indonesia.

Kedua, penguasa negara (pemerintah) yang sah harus ditempatkan pada kedudukan terhormat dan ditaati, selama tidak menyeleweng, memerintah ke arah yang bertentangan dengan hukum dan ketentuan Allah Swt. Ketiga, apabila terjadi kesalahan dari pihak pemerintah, cara memperingatkannya bisa melalui tatacara yang baik. Cara ini sama sekali tidak dimiliki oleh aktivis khilafah. Sebab mereka sudah memiliki pijakan yang berbeda untuk melihat pemerintah. Artinya, penyelewengan yang dilakukan oleh pemerintah, bukan diingatkan baik-baik, dikritisi, atau sejenisnya. Justru mereka langsung menuju pada visi besarnya adalah mengubahnya dengan ideologi khilafah.

Mengaku Aswaja Seharusnya Tidak Menolak NKRI

Mengaku bahwa seseorang yang ahlussunnah wal jama’ah, sejatinya harus memiliki komitmen untuk mencintai NKRI. Nasionalisme yang dimaksud tidak termasuk keinginan menyelamatkan Indonesia dengan upaya mendirikan negara Islam. Sebab itu adalah keinginan lain yang sudah menyimpang dari sikap nasionalisme. Aswaja yang berkedok khilafah disuarakan untuk menarik simpati masyarakat untuk ikut serta menyuarakan serupa. Semakin banyak yang menyuarakan, mereka semakin memiliki tekad kuat dalam menyuarakan ide politik itu. Aswaja versi mereka menyimpang dari ajaran Islam, sebab menganjurkan pendirian negara Islam dengan cara tidak islami. Mereka menggunakan cara keji dengan propaganda, kampanye hitam, fitnah yang menyudutkan pemerintah. Wallahu a’lam.

Muallifah
Muallifah
Aktivis perempuan. Bisa disapa melalui Instagram @muallifah_ifa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru