31.5 C
Jakarta

Meneladani Nabi Muhammad pada Bulan Rabiul Awal

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanMeneladani Nabi Muhammad pada Bulan Rabiul Awal
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Sekarang umat Islam sedang memasuki bulan hijriyah yaitu bulan Rabiul Awal. Bulan ini seringkali dikenal dengan bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW atau yang bisa disebut dengan Maulid Nabi. Pada bulan ini umat Islam sibuk merayakan Maulid Nabi guna untuk mengingat kelahiran Nabi Muhammad.

Sebenarnya melihat fakta perayaan Maulid Nabi ini banyak umat Islam yang melupakan esensi dari perayaan ini. Mereka hanya sebatas merayakan dengan kemegahan atau dengan menghambur-hamburkan harta. Sehingga kemudian yang tertanam di benak masyarakat bahwa dengan kehadiran acara Maulid Nabi yang diharapkan hanyalah makan buah dan hidangan yang disediakan. Cara berpikir seperti ini jelas keliru dan jauh dari tujuan perayaan Maulid Nabi ini.

Apa sebenarnya esensi dari perayaan Maulid Nabi Muhammad ini? Perayaan ini tidak lain dan tidak bukan adalah untuk meneladani nilai-nilai yang diperjuangkan oleh Nabi selama hidup beliau. Banyak nilai-nilai yang masih sangat relevan yang beliau perjuangkan untuk dibahas pada tulisan ini. Di antaranya, keterbukaan cara berpikir Nabi Muhammad dalam merespon perbedaan, baik perbedaan pemikiran maupun perbedaan keyakinan. Nabi tidak pernah melarang keyakinan umatnya meskipun beliau tetap berdakwah untuk mengantarkan mereka ke jalan yang benar.

Keterbukaan Nabi dapat dilihat ketika beliau dihadapkan dengan kafir Quraisy Mekah yang mengajak beliau untuk berserikat dalam keyakinan. Nabi menjawab permintaan mereka dengan perkataan yang cukup santun, bahwa agama masing-masing orang tidak dapat dicampuradukkan. Masing-masing orang memiliki kebebasan untuk menentukan keyakinan atau agamanya. Karena tidak ada paksaan dalam memilih agama.

BACA JUGA  Perbedaan Muhammadiyah dengan NU dalam Penetapan Awal dan Akhir Ramadhan, Mana yang Benar?

Selain itu Nabi tidak pernah membedakan umatnya dari faktor gender. Ini penting ditekankan karena masih banyak orang yang memuliakan kaum laki-laki dibandingkan kaum perempuan. Padahal Tuhan sendiri dalam Alquran menegaskan bahwa kemuliaan seseorang di sisi Allah itu hanya ditentukan oleh kualitas ketakwaannya. Ini tidak membedakan status gender seseorang.

Bukti Nabi memuliakan kaum perempuan dapat dilihat bagaimana beliau menjawab pertanyaan-pertanyaan kaum perempuan yang bertanya kepada Nabi. Hal ini pernah diceritakan dalam Alquran ada kaum perempuan dan bertanya tentang masalah haid kemudian Nabi menjawabnya bahwa haid itu merupakan kotoran.

Jawaban Nabi terhadap pertanyaan kaum perempuan ini adalah bentuk sikap Nabi yang tidak membeda-bedakan gender seseorang. Karena, Nabi menyadari bahwa Tuhan melihat seseorang dari kualitas ketakwaannya, bukan gendernya. Hal ini penting diingat agar kita terhindar dari kemungkaran sebab merendahkan kaum perempuan.

Sebagai penutup, dalam merayakan Maulid Nabi, hendaknya umat Islam tidak melupakan esensi dari perayaan ini. Karena, dengan tidak melupakan esensi ini perayaan Maulid Nabi akan memberikan bekas yang baik pada diri seseorang. Sehingga, dia mampu meneladani Nabi.[] Shallallahu ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru