32 C
Jakarta

Mencegah Degradasi Moral Generasi Muda dari Dinasti dan Radikalisme

Artikel Trending

Milenial IslamMencegah Degradasi Moral Generasi Muda dari Dinasti dan Radikalisme
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Generasi muda adalah pemilik masa depan. Ia yang akan meneruskan dunia generasi sekarang. Banyak orang menyebut, generasi muda saat ini akan menjadi para pemimpin umat masa depan. Kendati, jika generasi kini membangun peradaban dengan kerusakan, maka sudah bisa ditebak generasi selanjutnya, juga akan menuai peradaban yang lebih parah.

Kerusakan pasti sudah menanti. Ancaman-ancaman besar sudah menunggu. Hal ini terjadi bukan karena pendidikan yang macet. Tetapi ini akibat dari generasi sekarang yang membangun sebuah peradaban yang ongkang-ongkang, tidak utuh, penuh nafsu pribadi.

Faktor yang Memperparah

Namun faktor di atas bukanlah suatu faktor yang menjadi kunci dari kerusakan peradaban yang sesungguhnya. Masih ada faktor lain yang lebih serius daripada di atas tersebut. Menurut banyak peneliti, generasi penerus akan tumpul bilamana ada faktor rusak sistemis yang saling berjalin-berkelindan dilakukan pada saat ini.

Misalnya, dalam seminar, diskusi, atau program di sekolah-sekolah dan lain-lain, hanya diisi dengan program-program yang berbasis kepentingan pribadi, ala khilafah dan HTI. Artinya, jika demikian terus dilakukan, maka beban negara malah bertambah yakni, beban dalam mengentaskan generasi bangsa dari hal-hal negatif tersebut. Lebih jauh juga, negara harus waspada dengan pola-pola organisasi yang meluncurkan program seperti di atas.

Hal tersebut yang menjadi beban negara. Negara memberikan fasilitas penuh untuk berbagai program yang dilakukan lintas organisasi. Tapi fakta di lapangan justru organisasi-organisasi itu malah melakoni program yang kebalikan dari visi-misi pemerintah. Inilah masalah generasi penerus bangsa Indonesia.

Menjadi Generasi Rentan

Generasi penerus adalah generasi rentan. Perubahan karakter dan pendidikan anak, tidak menjadi benteng pertahanan bagi anak-anak di dalamnya. Mereka rentan tersusupi perusakan karakter serakah, karakter ekstrem dari televisi HTI, internet, channel youTube HTI, dan gadget, yang memasukkan berbagai pemikiran, budaya, dan gaya hidup ala HTI dan khilafah.

BACA JUGA  Konsistensi Perjuangan Melawan Radikalisme

Dari itu, ia menjadi asal mula dari kerusakan, seperti masuknya nilai-nilai dan paham serakah, radikalisme dan terorisme. Dengan demikian pula, maka anak-anak atau generasi penerus menjadi masalah yang nantinya bakal meruntuhkan sikap keindonesiaan kita. Akibatnya, Indonesia bisa hancur, generasinya menjadi lumpuh, tidak tahu rasa toleransi, keadilan, proses akibat sistem dan program dinasti apalagi dari khilafahisme.

Ingat, dinasti dan khilafah bukan sistem negara yang pantas untuk Indonesia. Paradigma dinasti dan khilafah tidak bisa menyelamatkan generasi bangsa. Sistem dinasti dan khilafah yang ingin diterapkan oleh HTI dan teman-temannya, tidak cukup untuk mengakomodasi seluruh perangkat yang ada di Indonesia: negara dan bangsa Indonesia. Khilafah juga bukan perisai generasi bangsa. Khilafah justru yang menjadikan sesat generasi bangsa Indonesia.

Omong Kosong Perisai

Tapi klaim mereka selalu mengatakan bahwa dinasti dan khilafah memiliki banyak fungsi. Contohnya, dinasti dan khilafah diklaim bisa menjadi pemeliharaan urusan rakyat dan sebagai junnah (perisai). Menurutnya, khilafah bisa menegakkan hukum-hukum Allah, serta bisa melindungi harta kehormatan dan darah kaum muslim.

Sejatinya, perkataan di atas hanyalah bohong belaka. Sebabnya, hingga sekarang mereka belum memberikan bukti kongkret tentang khilafah dan terhadap apa yang mereka omongkan. Bahkan untuk memberikan contoh negara mana yang mereka jadikan sebagai contoh tidak bisa. Ini bagi saya, sekadar ilusi dan basa-basi belaka. Runyam di langit, tapi kosong di bumi.

Kita bisa melihat, generasi-negara yang memiliki martabat yang baik, generasi-negara yang kuat dan menjadi contoh bagaimana mengelola kedamaian dan kecerdasan di dalamnya, adalah negara yang memiliki ideologi yang baik pula, yang terpancar di atas keberagaman, kebhinekaan, dan kedamaian. Bukan ideologi negara Islam, apalagi sistem khilafah Islamiah.

Agus Wedi
Agus Wedi
Peminat Kajian Sosial dan Keislaman

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru