26.7 C
Jakarta

Mitigasi Terorisme Menjelang Pemilu 2024

Artikel Trending

Milenial IslamMitigasi Terorisme Menjelang Pemilu 2024
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Kita tahu, penangkapan puluhan orang yang diduga terlibat jaringan teroris baru-baru ini merupakan bukti bahwa ada rencana serangan besar-besaran untuk menggagalkan Pemilu 2024. Mereka mengincar beberapa kota seperti Bekasi, Tangerang, Lampung, Medan, Surabaya, Makassar, dan Lombok.

Data di atas bisa salah. Namun dari gejolak yang terjadi mereka benar-benar telah mempersiapkan secara matang dan taktis. Perlu diingat, mereka pernah melakukan serangan sebanyak enam kali pada Pemilu 2019.

Demokrasi Pesta Maksiat

Hingga detik, prasangka mereka masih sama, yakni pemilu dianggap sebagai pesta pora thaghut, kaum yang memuja sesuatu selain Allah. Mereka menyalahkan demokrasi. Karena bagi mereka demokrasi adalah hukum yang menyimpang dari syariat Islam, sehingga demokrasi tak bisa dan tak boleh dijalankan.

Mereka mengincar dan menarget aparat polisi, orang pemerintah, kepala daerah, serta menteri. Namun tampaknya juga, mereka berupaya menyerang warga sipil yang sedang berkampanye atau menyabotase proses pemungutan suara.

Lalu apa sebenarnya inti dari perjuangan mereka? Apakah karena sebuah ideologi ilusif khilafah itu, atau mungkin ada sebab lain sehingga teroris ini mau melakukan hal-hal kekerasan?

Kemunculan teroris tentu dipicu oleh berbagai hal. Bisa jadi karena ketidaksempurnaan seseorang dalam memahami ajaran agama. Ketidaksempurnaan ini mengakibatkan pemahaman agama seseorang menjadi salah, keras, dan ekstrem. Karena itulah belajar agama yang serampangan membuat seseorang menjadi pembenar dan melahirkan terorisme.

Faktor yang paling genting dalam pembentukan terorisme antara lain bersumber dari politisasi agama dan kritisisme masyarakat yang hilang. Termasuk bagaimana ekonomi yang tak berdaya dan sisi kebijakan pemerintah yang timpang.

BACA JUGA  Melawan Otoritarianisme-Radikalisme dengan Tradisi Kritisisme

Dengan demikian, terorisme tak bisa hanya diukur sebatas dogmatisme agama atau sohornya ideologi transnasional. Namun, ia lahir dalam beberapa ragam aspek kendati sangat berpengaruh dan berdampak kejam, tetapi sering terlupakan untuk dibicingkan.

Mitigasi Terorisme

Atas semua itu, mungkinkah strategi deradikalisasi masih relevan dengan faktor kompleks yang menjadikan teroris hilang dalam dunia ini, atau minimal mengecilkan angka statistik terorisme dari tahun ke tahun? Tampaknya belum terlalu kelihatan secara terang benderang.

Sejak program deradikalisasi bergulir, sampai hari ini, masih belum terlihat perubahan yang signifikan. Deradikalisasi tetap belum memenuhi harapan untuk menumpas ideologi dan sikap terorisme. Di beberapa tempat, teror terus berkobar, dan bahkan hari ini, sikap-sikap intoleran dan radikalisme tambah mengental. Apalagi fakta bahwa banyak sel-sel teroris bangun dan ingin melakukan penyerangan.

Dengan gelombang radikalisme yang terus ada, dan sikap intoleransi dan radikalisme tambah berkobar, setidaknya perlu strategi baru yang jitu untuk melawan itu semua. Apakah itu? Di sinilah BNPT yang harus menjawab. Karena di tangan BNPT-lah, terorisme diharapkan musnah dari bumi Indonesia. Namun bila tidak bisa, seharusnya terus terang saja kepada masyarakat bahwa mereka kekurangan akal dan butuh bantuan. Menjelang pemilu 2024, mitigasi dini menjadi kunci keamanan bagi masyarakat Indonesia.

Agus Wedi
Agus Wedi
Peminat Kajian Sosial dan Keislaman

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru