33.5 C
Jakarta

Memahami al-Qur’an dengan Terjemahan, Tafsir, dan Takwil, Berpahalakah?

Artikel Trending

Asas-asas IslamAl-Qur’anMemahami al-Qur'an dengan Terjemahan, Tafsir, dan Takwil, Berpahalakah?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Al-Qur’an adalah kitab suci umat islam yang menggunakan bahasa arab sempurna dengan sastra yang indah. Sebagai seorang muslim yang berkewarganegaraan indonesia, untuk memahami Al-Qur’an kita memerlukan cara, yaitu dengan metode terjemahan, tafsir, dan takwil. Ketiga metode ini memiliki arti masing-masing. Dimana terjemahan adalah salinan dari satu bahasa ke bahasa lain, atau mengganti, menyalin, memindahkan kalimat dari suatu bahasa ke bahasa lain. Sedangkan tafsir menurut Al-Kilabi adalah menjelaskan Al-Qur’an, menerangkan maknanya dan menjelaskan apa yang dikehendaki dengan nashnya atau dengan isyaratnya atau tujuannya. Dan takwil sendiri menurut ulama khalaf adalah mengalihkan suatu lafazh dari makna yang rajih pada makna yang marjuh karena ada indikasi untuk itu. Takwil hanya berkenaan dengan ayat-ayat yang mutasyabihat (samar dan perlu penjelasan), sedangkan tafsir sifatnya lebih umum dan menyangkut seluruh ayat.

Metode terjemahan sangat tidak disarankan untuk memahami Al-Qur’an karena metode terjemahan ini hanya memindahkan kalimat atau kata dari satu bahasa satu ke bahasa yang lain dan sangat berisiko bagi kita untuk menyalah artikan maksud dari suatu ayat mengingat bahasa arab dan bahasa indonesia memiliki struktur dan kosa kata yang sangat berbeda. Seperti misalnya dalam bahasa Indonesia kata “Zaidun berdiri” dapat diubah menjadi zaidun qoimun, inna zaidan qoimun, qoma zaidun, yaqumu zaidun, zaidun qoma, zaidun yaqumu, inna zaidan laqoimun, inna zaidan yaqumu, kana zaidun qoimun, dan masih banyak sekali dalam bahasa arab. Dalam bahasa indonesia kata itu hanya berarti Zaidun berdiri, namun dalam bahasa arab kata-kata itu maknanya berbeda-beda seperti yang dikatakan oleh Pengasuh Pondok Pesantren Roudlatuth Tholibin Rembang, KH Ahmad Mustofa Bisri.

Kemudian untuk metode tafsir, metode tafsir adalah metode yang paling banyak dan umum untuk memahami Al-Qur’an. Metode tafsir sendiri secara garis besar dilakukan dengan empat cara atau metode yaitu metode ijmali(global), metode tahlil(analitis), metode muqarin(perbandingan), dan metode maudh’l(tematik). Sejarah perkembangan tafsir dimulai pada masa Nabi dan para sahabat. Penafsiran ayat-ayat al-Qur’an pada saat itu secara ijmali, artinya tidak memberikan rincian yang memadai. Dalam tafsir mereka pada umumnya sukar menemukan uraian yang detail, karena itu tidak keliru apabila dikatakan bahwa metode ijmali merupakan metode tafsir al-Qur’an yang pertama kali muncul dalam kajian tafsir Qur’an. Pada zaman Nabi dan Sahabat, pada umumnya mereka adalah ahli bahasa Arab dan mengetahui secara baik latar belakang turunnya ayat [asbab al-nuzul], serta mengalami secara langsung situasi dan kondisi ketika ayat-ayat al-Qur’an turun. Dengan demikian mereka relatif dapat memahami ayat-ayat al-Qur’an secara benar, tepat, dan akurat. Maka, pada kenyataannya umat pada saat itu, tidak membutuhkan uraian yang rinci, tetapi cukup dengan isyarat dan penjelasan secara global [ijmal].

BACA JUGA  Mudarosatul Quran, Kebiasaan Rasulullah di Bulan Ramadhan

Takwil menjadi salah satu metode untuk memahami ayat-ayat Alquran, yakni menafsirkan makna ayat-ayat yang mengandung pengertian tersembunyi. Di antara ayat-ayat Alquran ada yang mengandung makna lahir (tampak). Ayat ini diistilahkan dengan ayat muhkamat (ayat yang jelas dan tegas). Namun, ada pula ayat yang mengandung makna batin (tersembunyi). Ayat ini diistilahkan dengan ayat mutasyabihat (tidak jelas, samar-samar). Di sinilah takwil berfungsi untuk mendefinisikan ayat-ayat yang mutasyabihat tersebut. Para ulama berselisih pendapat tentang keharusan menakwilkan ayat-ayat mutasyabihat. Masalah ini menjadi lebih rumit karena para pakar tafsir tidak sepakat tentang adanya ayat-ayat mutasyabihat dan apa saja ayat-ayatnya. Seorang pakar bisa memandang suatu ayat sebagai ayat mutasyabihat, sedangkan pakar lain tidak.

Dari semua uraian metode memahami Al-Qur’an diatas, perlu diingat bahwa untuk memahami Al-Qur’an dengan sebenar”nya, harus memiliki kemampuan bahasa arab yang bagus dan memiliki pemikiran yang bijaksana. Tetapi untuk kita sebagai orang awam atau yang tidak dapat berbahasa arab dengan benar, untuk memahami Al-Qur’an kita memerlukan bantuan dari para mufasir. Perlu diketahui juga bahwa membaca terjemahan, tafsir, dan takwil hanya akan berpahala jika dibarengi dengan membaca Al-Qur’an. Karena membaca terjemahan, tafsir, dan takwil bertujuan untuk memahami isi Al-Qur’an, dan dengan memahami Al-Qur’an kita dapat mengamalkan kandungan yang ada didalamnya. Tetapi kembali lagi, jika hanya membaca terjemahan, tafsir, dan takwil saja tidak dapat membuat kita berpahala.

Seri Ramadani, Mahasiswa Semester akhir Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

 

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru