33.8 C
Jakarta

Kebohongan Film Jejak Khilafah di Nusantara

Artikel Trending

Milenial IslamKebohongan Film Jejak Khilafah di Nusantara
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Melihat judul Film Jejak Khilafah di Nusantara, saya teringat terhadap bukunya Herbert Adams Gibbons berjudul Jejak Awal Khilafah Utsmani. Saya tak mungkin menuduh HTI menjimplak judul buku punya Herbert. Mungkin bisa jadi HTI terinspirasi terhadapnya.

HTI memang jeli. Mereka bisa bermain dan berdendang ke segala arah. Tentara pun mereka kipasi dengan jalan program Al-Qur’an. Tak butuh alasan banyak, yang penting baginya, HTI hidup dan namanya sering disebut.

Kebohongan Film Jejak Khilafah

Film Jejak Khilafah di Nusantara sebenarnya tak penting. Karena isinya hanya propaganda ajaran HTI. Film itu jika kita lihat secara jeli, berbalut masalah. Mereka mencoba mengaduk emosi umat Islam dan karena itu, mereka mengharapkan simpati dari yang menontonnya. Kemudian dari penonton tersebut, berharap percaya bahwa Khilafah memang ada jejaknya di benua Nusantara.

Agama dan sejarah dihantarkan pada jurang kesesatan. Agama sendiri di film itu, diaduk-aduk untuk mendongkel emosi umat Islam—yang sebenarnya terlalu jauh dari fakta historis di lapangan. Sementara sejarah, sudah dibikin melenceng sedemikian rupa. Agama dan sejarah dibikin melenceng untuk kemudian dimanfaatkan sebagai legalitas HTI sebagai ormas Islam yang memperjuangkan khilafah di tanah Indonesia.

Kekejaman HTI ada di sana. Ia berani menyesatkan sejarah hanya untuk ekspansi ajarannya. HTI mengaburkan riwayat umat Islam sekadar untuk mengalihkan perhatian dan kepercayaan umat dalam rangka memperjuangkan khilafah. Yang diharapkan HTI, umat Islam di Indonesia bingung kemudian terpantik kepada ajaran HTI.

Bahkan di dalam film itu, secara sengaja, HTI mencoba mengglorafikasi ajaran Islam. Momen-momen hari besar Islam diframing dan digambar sedemikian rupa. Mungkin itu modus HTI untuk mengelabuhi umat. Dan jelas karena itu juga, banyak masyarakat muslim sudah tidak percaya lagi terhadap sejarah dan catatan resmi Islam. Apalagi umat yang lain.

BACA JUGA  Resolusi Kontra-Radikalisasi Tahun 2024, Gen Z Adalah Kunci

Agitasi Film Jejak Khilafah

Sayang sekali jika sejarah Islam awal dicabik-cabik hanya dengan film Jejak Khilafah di Nusantara itu. Penelusuran riwayat dan para peletak dasar imperium Islam dibuat tidak bagus dan jelek gara-gara pemaksaan dari keegoisan HTI demi mengobral paham khilafah.

Fakta-fakta yang tidak jelas dibuat nyata sedemikian rupa. Sedang fakta-fakta yang jelas sesuai realitas, dibuat palsu atau dipalsukan. Dan sebenarnya perilaku itu bertentangan dengan ajaran HTI dan Islam. Film Jejak khilafah mengaburkan sejarah dan cuma ingin memasukkan Khilafah tergambar di pikiran masyarakat muslim. Kesultanan Nusantara bukan bagian dan bentukan dari ke-khilafah-an.

Menurut Ayik (eks HTI) dalam perspektif fiqih siyasah HTI, bentuk pemerintahan yang sah satu-satunya adalah khilafah tahririyah. Suatu negara/pemerintahan yang dipimpin oleh seorang kepala negara/pemerintahan yang bai’at oleh umat setelah dilakukan proses thalabun nushrah tanpa pemilihan secara bebas. Sedangkan para sultan di Nusantara, menjadi kepala negara/pemerintahan melalui sistem pewarisan dari orang tuanya. Sistem putra mahkota, yang menurut fiqih siyasah HTI, tidak sah.

Lalu apa yang diharapkan HTI jika apa yang dijalankan kontra ideologis? Mungkinkah hari ini HTI bergeser ajarannya hanya karena ngebet banget terhadap kekuasaan? Ya, mungkin saja. Jika hal demikian sangat menguntungkan para penggerak HTI meski menggadaikan ajaran dan etikanya. Demi cuan dan jabatan.

Maka dari itu, sungguh sayang jika kita masih percaya pada film Jejak Khilafah di Nusantara. Ideologi dan ajaran HTI saja sudah mereka bohongi. Apalagi isi dari film tersebut. Semuanya bernuansa imajinatif, agitatif, dan kebohongan. Tidak patut untuk dipercaya.

Agus Wedi
Agus Wedi
Peminat Kajian Sosial dan Keislaman

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru