27.8 C
Jakarta

Gus Ulil Membumikan Islam Sosialis di Indonesia

Artikel Trending

KhazanahInspiratifGus Ulil Membumikan Islam Sosialis di Indonesia
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Berawal dari nyantri dulu di sebuah pesantren di Madura, saya mengenal Ulil Abshar Abdalla atau yang lebih akrab disapa Gus Ulil lewat baca karya-karyanya yang tertuang dalam bentuk buku. Waktu itu, saya terperangah dengan argumentasi Gus Ulil yang berani mendobrak hasil konsensus yang diterima di Indonesia, terlebih di pesantren. Tak sedikit yang mencibir bahkan menuding Gus Ulil liberal atau sesat.

Kelompok yang gencar menyesatkan Gus Ulil adalah kelompok radikal. Gus Ulil dinilai berseberangan dengan kelompok Islam fundamentalis ini, karena secara pemikiran Gus Ulil dianggap mengubah Islam yang semestinya, bagi mereka, sama dengan ide-ide Nabi Muhammad Saw. Pada sisi lain, Gus Ulil memang banyak diwarnai pemikiran Gus Dur dan Cak Nur.

Entah, beberapa tahun setelah Gus Ulil terjebak dalam judge liberal, dia menjalani arah baru yang bersifat batiniah dalam dunia Islam. Arah baru yang saya maksud di sini adalah sufistik. Tak heran, Gus Ulil sering berbagi pengetahuan, baik di media sosial maupun secara langsung, terkait dengan isu-isu sufistik. Kitab yang dibaca dan dinarasikan ulang adalah Al-Hikam-nya Ibnu Athaillah dan Ihya’ Ulum ad-Din-nya Imam al-Ghazali.

Pemikiran-pemikiran Gus Ulil tentang keislaman memang selalu segar (up to date). Saya pikir, Gus Ulil mencita-citakan Islam yang progresif, yang luwes. Tentu, Islam semacam ini tidak terjebak oleh kepentingan yang bersifat individual. Islam yang dicita-citakannya adalah Islam sosialis. Gus Ulil mendefinisikan, Islam sosialis itu agama yang merangkul seluruh manusia tanpa terikat oleh batasan-batasan. Sebab, Islam sosialis ini mengalami penurunan drastis di Indonesia. Malah, sekarang orang banyak terjebak pada Islam individualis yang mengutamakan kepentingan sendiri dan kelompoknya.

Islam sosialis, bagi Gus Ulil, dapat diekspresikan dalam bentuk sedekah yang bersifat jangka panjang seperti research, perpustakaan, perberdayaan ekonomi umat, dan lain sebagainya. Sedekah semacam ini telah banyak dilupakan oleh umat Islam yang memiliki kemampuan secara finansial. Anehnya, harta itu disalurkan kepada para jihadis yang “sok” membela Islam, padahal hatinya “kafir”, tertutup dari kesalehan sosial. Saya kira, sungguh sangat menyayangkan orang yang membantu kelompok radikalis ini yang pada dasarnya mereka jelas-jelas sedang merusak Islam secara pelan-pelan.

BACA JUGA  Serial Pengakuan Eks Napiter (C-LI-XXXII): Dodi Suridi Eks Napiter Pernah Rakit Bom untuk Diledakkan di Thamrin

Cita-cita Gus Ulil itu sangat tepat bila ditelaah lebih serius. Dengan sedekah yang bersifat jangka panjang ini, Indonesia akan mandiri. Indonesia tidak bakal bergantung kepada sumbangan-sumbangan dari luar negeri yang itu bersumber dari orang asing. Kendati Indonesia masih dalam proses, Gus Ulil tetap optimis melihat perkembangan Islam sosialis di Indonesia. Selain itu, Indonesia adalah negara dengan seribu banyak kemungkinan. Suatu saat Indonesia itu seperti Amerika. Amerika itu punya kultur yang menarik, yaitu American dream, orang yang berangkat dari nol seperti Steve Job dan Obama yang tiba-tiba sudah menjadi sesuatu yang sangat besar. Di Indonesia itu pelan-pelan sudah mulai banyak, semacam Indonesian dream, orang yang tidak jadi apa-apa tiba-tiba membangun franchise, penerima waralaba.

Nah, sesuatu yang menarik dengan hadirnya Gus Ulil adalah pemikirannya yang progresif. Gus Ulil tidak melihat Islam sekarang harus persis sama dengan Islam di masa Nabi Muhammad Saw. Islam harus dinamis dan membumi di tengah-tengah manusia tanpa memandang status sosial, bahkan keyakinan. Islam adalah agama yang mempersatukan perbedaan dan menebar perdamaian. Semoga Islam di Indonesia seperti ini![] Shallallah ala Muhammad.

*Tulisan ini disadur dari gagasan Ulil Abshar Abdalla yang disampaikan di media sosial

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru