26.6 C
Jakarta

Doktrin Agama yang Salah Kaprah

Artikel Trending

Milenial IslamDoktrin Agama yang Salah Kaprah
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Doktrin keagamaan yang dipertontonkan aktivis keagamaan selama ini terus membuat gelombang kebencian. Barat salah satu contoh yang membenci Islam bukan karena agama Islamnya. Tapi karena perilaku umatnya.

Apalagi doktrin keagamaan dipertajam pula dengan ekspresi kebencian yang intensif dirayakan di media sosial. Cemooh dibesarkan, caci maki diperlihatkan, dan pengkafiran dimasifkan. Hanya ingin mendapatkan simpati dan dukungan dalam politik “jargon” khilafah itu dilakukan semua.

Apa yang terjadi setelah itu? Pembelahan di masyarakat makin lebar. Apalagi diperparah oleh geopolitik licik yang sama sekali tidak memperhitungkan akibatnya. Yang diharapkan di sini hanyalah kemenangan sesaat. Tapi moral masyarakat ambruk total.

Bagusnya moral dan akhlak masyarakat bukan tujuan sales politik jargon agama. Mereka hanya mempunyai misi bagaimana tujuannya tersampaikan. Intoleransi mewabah di akar rumput adalah dianggap nasib belaka. Dan permusuhan di antara pemuka agama atau penganut agama dianggap drama keagamaan. Begitu sedihnya melihat salah kaprah begini.

Doktrin Agama Negatif

Dengan praktik salah kaprah di atas, umat Islam digeneralisasi negatif oleh umat lain. Sehingga, menyebabkan penyakit luar biasa yang banyak orang menyebut Islamofobia.  Kesalahan terus berlanjut sehingga terus menyebabkan kesalahpamahan dan permusuhan. Salah paham pada kelompok mayoritas Islam, dan salahpaham dengan ajaran-ajaran Islam itu sendiri.

Maka, fakta partikular itu sebaiknya memang perlu ditelusuri. Agar, doktrin agama yang salah kaprah, dan kesalahpahaman di sisi lain bisa dipotong. Yang lebih penting, bagaimana umat Islam sendiri merespons kontestasi ini sebagai sesuatu yang urgen untuk ditanggapi. Mengapa?

Karena nantinya hal tersebut akan berdampak besar. Ia bisa menjurus kepada jantung ajaran Islam terdalam. Misalnya, orang-orang menyebut Al-Qur’an dan Hadis sebagai riwayat yang palsu. Tidak mempercayainya, kemudian membencinya. Kemudian berakhir permusuhan, penahanan, dan pembunuhan.

BACA JUGA  ISIS Indonesia dan Ancaman Terdekat Kita: Upaya Preventif

Ajaran sektarian agama menjadi kelembung zaman yang mematikan. Dusta yang disemburkan dan doktrin keagamaan salah kaprah dipropagandakan secara masif dan sistematis. Agama dijadikan industri sabda-sabda fiktif penuh kekeliruan. Penuh agitatif.

Namun doktrin itu terus disakralkan dengan imbuh agama. Secara final dan bombastis. Sehingga, masyarakat mengaggap hal tersebut sebagai ajaran yang wajib untuk dijalani. Padahal hanyalah ajaran yang fatalis dan penuh reksioner.

Agama Manakutkan

Contohnya, biasanya mereka membuat ajaran-ajaran sendiri. Mereka membuat sejarah fiktif sendiri. Mereka tahu betul bahwa telah memainkan ajaran agama, serta juga ingin mengubah sejarah. Secara heroik dan bertenaga. Namun semua itu hanyalah hoaks peradaban yang dibingkai dengan nafsu ternoda agama. Apa yang mereka lakukan bukan jihad agama? Tidak ada. Tapi membangun tembok pemisah agama dari ajaran agama yang sempurna.

Di siniliah sebenarnya letak penodaan agama. Agama dipermainkan secara salah dan penuh dusta. Agama dibungkus dengan nada-nada menghantam, seperti takbir dan hujatan yang luar biasa.  Tapi isinya nol. Anehnya, ini terus dilakukan hingga sampai saat ini. fakta nyata, lihatlah Khilafatul Muslimin dan HTI.

Dari ini kita bisa tahu bahwa agama adalah benar. Tapi manusianya yang menyalahkan agama. Agama sudah kreatif dalam membingkai persatuan dan kedamaian. Tapi manusianya berkreasi dengan melatih kefanatikan dan tendesi kebencian yang tanpa etis. Akhirnya yang terjadi, agama disorot dalam lembah yang penuh bara, sampah, dan non-etika. Agama menjadi tak menarik dan menakutkan. Ini hanya bisa dilakukan oleh doktrin agama yang salah kaprah. Apakah kita musti membiarkan?

Agus Wedi
Agus Wedi
Peminat Kajian Sosial dan Keislaman

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru