28.2 C
Jakarta

H. Tjahjo Kumolo; Pejuang Anti-Radikalisme di Kalangan ASN

Artikel Trending

HeadlineH. Tjahjo Kumolo; Pejuang Anti-Radikalisme di Kalangan ASN
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com Innalillahi wa inna ilaihi raji’un. Kabar duka datang dari salah satu menteri Presiden Jokowi, H. Tjahjo Kumolo, S.H., Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MenPAN-RB) di Kabinet Indonesia Maju.

Ia menjabat sejak Oktober 2019 hingga akhir hayatnya. Dalam arena politik, H. Tjahjo adalah kader Golongan Karya pada masa Orde Baru, sebelum akhirnya bergabung dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).

Tjahjo wafat di Rumah Sakit Abdi Waluyo, Jakarta Pusat, pukul 11.10 WIB. Info tersebut didapat dari Ir. Bima Haria Wibisana, Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN), yang disampaikan kepada Wakil Ketua Komisi II DPR, Junimart Girsang.

Sebelum kabar duka datang, H. Tjahjo memang sempat dirawat di rumah sakit pada 20 Juni lalu. Tidak diketahui pasti penyakit yang dideritanya. Namun, Junimart menyebutkan H. Tjahjo dirawat karena komplikasi organ dalam.

Tjahjo merupakan sosok yang bersahaja. Sejak menjabat sebagai MenPAN-RB, ia banyak melakukan gebrakan di lingkungan ASN. Lima periode menjadi anggota DPR hingga menjadi Sekjen PDI-P sampai dipercaya menjadi menteri, sosok H. Tjahjo dikenal sangat menguasai soal kepegawaian dan sangat empati dan humanis menyangkut CPNS, PPPK dan lain-lain. Salah satu kiprahnya untuk bangsa ialah konsistensinya untuk menanggulangi radikalisme di kalangan ASN.

Misalnya, pada 2020 lalu, setahun setelah H. Tjahjo menjabat, Kementerian PAN-RB bekerja sama dengan BNPT dan instansi lain untuk melakukan tindakan pencegahan paham intoleransi dan radikalisme di lingkungan ASN.

Keterlibatan BNPT dalam penanganan radikalisme dengan melakukan penguatan wawasan kebangsaan pada ASN dianggap kunci keberhasilan pemerintah untuk mencegah munculnya radikalisme ASN.

Tjahjo sangat optimis untuk memasifkan anti-radikalisme di kalangan ASN. Dalam analisisnya, pengaruh lingkungan, globalisasi, revolusi 4.0, dan media sosial dianggap sebagai faktor penyebab timbulnya radikalisme dan intoleransi di Indonesia.

“Radikalisme dan intoleransi dapat diatasi dengan mengajak semua elemen bangsa untuk bersikap rendah hati dalam beragama dan menerima serta mensyukuri keanekaragaman Indonesia,” ungkap H. Tjahjo Kumolo.

Tjahjo menegaskan bahwa masuknya radikalisme di kalangan ASN disebabkan nilai-nilai Pancasila yang semakin terdegradasi. Selain itu juga disebabkan pemahaman terhadap agama yang kurang luas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, khususnya berkaitan dengan kebhinekaan di Indonesia.

Untuk agenda anti-radikalisme tersebut, ia bersama jajaran Kemen PAN-RB secara istikamah melakukan kerja-kerja integratif demi selamatnya ASN dari cengkeraman radikalisme.

Tidak hanya itu. Tahun sebelumnya, yakni 2019, H. Tjahjo bahkan menandatangani Surat Keputusan Bersama (SKB) 11 instansi pemerintah, yaitu Kementerian PAN-RB, Kemendagri, Kemenag, Kemendikbud, Kemenkominfo, Kemenkumham, BNPT, BIN, BKN, BPIP, dan KASN tentang Penanganan Radikalisme Dalam Rangka Penguatan Wawasan Kebangsaan Pada Aparatur Sipil Negara. Portal aduanasn.id pun dibuat untuk menampung aduan masyarakat terkait praktik intoleransi dan radikalisme yang dilakukan ASN.

Tentu saja banyak kiprah lainnya dari H. Tjahjo selama menjabat sebagai MenPAN-RB. Namun, kini tugas dirinya telah purna. Selanjutnya, seluruh elemen bangsa harus jadi penerusnya, terutama dalam perjuangan anti-radikalisme baik di kalangan ASN maupun bangsa Indonesia secara umum.

H. Tjahjo wafat di hari Jum’at, hari yang baik dan di bulan mulia, Dzulhijjah. Semoga H. Tjahjo diterima segala amal ibadahnya dan diampuni segala kesalahannya. Mari lanjutkan perjuangan melawan radikalisme.

Ahmad Khoiri
Ahmad Khoiri
Analis, Penulis

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru