32.5 C
Jakarta

Dari Nonis Berburu Takjil Hingga Jihad Melawan Radikalisme

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanDari Nonis Berburu Takjil Hingga Jihad Melawan Radikalisme
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Bulan Ramadhan tahun ini memiliki warna yang berbeda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Sekarang ada suasana baru di mana saat menjelang berbuka puasa, takjil (menu berbuka) bukan hanya diapresiasi oleh umat Islam saja, tetapi juga non-Islam (atau yang akrab disingkat dengan sebutan “nonis”).

Banyak nonis di Indonesia memburu takjil yang harganya cukup murah, meskipun mereka orang yang tajir. Mereka tidak lagi sungkan berbaur dengan orang biasa dan beli takjil di tempat yang tidak mewah.

Peristiwa nonis berburu takjil di bulan Ramadhan menjadi perhatian publik. Bagi saya, peristiwa ini memperlihatkan keakraban antara orang non-Islam dengan orang Islam. Mereka tidak lagi melihat agama sebagai pembatas ruang berekspresi. Agama boleh berbeda, tapi persahabatan tetap harus dijaga, meski beda agama. Keakraban ini akan menghadirkan kasih sayang tanpa batas, sehingga mereka akan saling menghormati dan menjaga satu sama lain.

Keakraban antar nonis dengan orang Islam secara tidak langsung merupakan ekspresi dari sikap toleransi. Saya bisa mengatakan dengan setegas-tegasnya bahwa inilah toleransi yang sesungguhnya.

Jika pada surah al-Kafirun, nonis dulu mengartikan toleransi dengan saling berserikat dalam beribadah, sehingga Nabi SAW menolaknya karena toleransi yang disarankan mereka keliru, maka sekarang nonis baru memperlihatkan toleransi dengan berserikat dalam berburu takjil. Ini toleransi yang benar dan sesuai dengan pesan surah tadi.

Menghadirkan toleransi yang dibalut dengan keakraban adalah langkah paling benar. Toleransi bukanlah sekedar konsep semata. Tetap ia benar-benar terasa sampai ke sanubari. Toleransi menjadi jembatan penghubung antar umat sebab dipisah oleh perbedaan agama. Sebab keakraban itu, toleransi akan menghadirkan pesan pada diri seseorang bahwa tidak perlu ada kecurigaan kerena orang itu tidak seagama. Kecurigaan hanya perlu dihadirkan jika tidak ada keakraban.

BACA JUGA  Hal Paling Penting Diperjuangkan daripada Ribut Soal Pilpres, Apa Itu?

Maka dengan hadirnya toleransi itu, akan menyelamatkan bangsa ini dari perpecahan. Islam menegaskan bahwa umat ini harus bersatu dan hindari perpecahan. (Baca QS. Ali Imran: 103). Dengan persatuan bangsa ini akan dapat mencegah munculnya benih-benih radikalisme. Bukankah radikalisme timbul sebab di tengah-tengah bangsa ini ada perselisihan, baik perselisihan agama maupun perselisihan politik?

Pentingnya mencegah radikalisme beriringan dengan resolusi jihad. Karena, perang melawan radikalisme dapat dikategorikan sebagai jihad yang sesungguhnya. Di dalam radikalisme ada benih negatif yang dapat membahayakan bangsa ini. Di antaranya, umpatan dengan kata-kata sesat, kafir, dan semacamnya. Lebih dari itu, jika umpatan ini belum puas, dilanjutkan dengan aksi-aksi terorisme yang sangat tragis.

Puncak radikalisme yang diperlihatkan dengan tindakan terorisme adalah tindakan yang dilaknat oleh semua agama, termasuk Islam. Terorisme, apa pun alasannya, termasuk alasan bela agama atau apalah, tetap tidak dapat diterima dan tidak dibenarkan. Terorisme adalah tindakan pembunuhan/kriminal (QS. an-Nisa’: 93). Sebab, menjaga satu keselamatan jiwa sama dengan menyelamatkan semuanya. Sebaliknya, membunuh satu jiwa sama dengan membunuh semuanya (QS. al-Maidah: 32).

Hemat saya, keakraban nonis dengan orang Islam dalam berburu takjil adalah suasana yang penting dirawat. Agar suasana ini menghadirkan keakraban di tengah-tengah umat beragama, bukan hanya di bulan suci Ramadhan, tetapi juga di bulan-bulan yang lain.

Sehingga, keakraban ini akan menjadi deradikalisasi atau langkah mencegah munculnya radikalisme. Keakraban di tengah perbedaan akan menghadirkan perdamaian dan umat yang damai akan menciptakan negara yang makmur (baldatun thayyibah wa rabbun ghafur).[] Shallallahu ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru