27.5 C
Jakarta

Benarkah Debat Ketiga Capres Ada Serangan Personal? Ini Jawabannya

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanBenarkah Debat Ketiga Capres Ada Serangan Personal? Ini Jawabannya
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Setelah dilaksanakannya debat ketiga calon presiden Indonesia banyak warganet yang melihat bahwa perdebatan ketiga ini berlangsung tidak baik karena debat itu dianggap sebagai menyerang personal. Menurut mereka, pihak yang diserang itu adalah pasangan calon 02 yaitu Prabowo Subianto. Benarkah apa yang diasumsikan warganet mengenai serangan personal tersebut?

Sebelum menjawab pertanyaan itu saya ingin membahas terlebih dahulu sekaligus juga mengetengahkan apa sebenarnya debat itu? Dalam beberapa pengertian debat itu dipahami sebagai bentuk tukar pikiran dan gagasan sehingga akan diketahui mana gagasan yang bermutu dan mana gagasan yang tidak bernilai.

Gagasan yang bernilai tentunya di situ dilihat dari kualitas gagasannya yaitu menyampaikan data, fakta, dan gagasan yang rasional. Sebaliknya, gagasan yang tidak bernilai merupakan gagasan yang dibuat-buat dan di situ mengandung unsur fitnah.

Debat dengan menggunakan gagasan yang bermutu merupakan sesuatu yang dibenarkan dalam agama Islam. Disebutkan dalam surah an-Nahl ayat 125:


ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.

Pada ayat tersebut sudah jelas bahwa debat merupakan sesuatu yang dibenarkan dalam Islam selama debat itu berlangsung atau dilakukan dengan cara-cara yang baik. Cara-cara yang baik di sini sebagaimana disebutkan sebelumnya berupa cara-cara yang tidak menyerang personal, memfitnah dan menyebar informasi hoaks.

Kembali kepada persoalan debat ketiga calon presiden, bagi saya, tidak ada pasangan calon yang menyerang secara personal. Masing-masing saling memberikan kritik terhadap kebijakan-kebijakan yang dilakukan. Memberikan kritik di sini merupakan suatu keharusan dalam debat dan tentunya itu bukan suatu kekeliruan.Siapapun yang dikritik

BACA JUGA  Momen yang Tepat Kelompok Radikal Refleksi di Malam Lailatul Qadar

Siapa pun yang dikritik hendaknya menjawab jika kritik itu tidak sesuai dengan fakta yang sebenarnya. Maksudnya, jika kritik itu tidak dijawab, maka itu menunjukkan bahwa kritik yang disampaikan benar adanya karena tidak ada argumen balik yang membantah. Justru pemimpin yang baik adalah pemimpin yang terbuka terhadap kritik.

Memberikan kritik sama saja dengan memberikan penilaian. Maka, tidak keliru jika paslon memberikan penilaian terhadap kinerja paslon lain. Kinerja itu harus dinilai, diberi kritik, dan diberi masukan. Sebab, dengan cara itu kinerja yang tidak baik akan mendapatkan evaluasi, sehingga dapat diperbaiki di kemudian hari.

Kritik-mengkritik merupakan sesuatu yang lumrah. Karena manusia bukanlah makhluk yang sempurna sehingga kebenaran pun masih dapat dinilai sebagai kebenaran relatif yang artinya membuka ruang bagi kebenaran-kebenaran yang lain di mana kebenaran-kebenaran itu yang dapat mengkritik kebenaran sebelumnya. Yang perlu dipahami bahwa kritik bukanlah merendahkan dan mencela, melainkan memperbaiki yang tidak baik menjadi baik dan mengembangkan yang baik menjadi lebih baik.

Melalui tulisan ini, saya ingin menegaskan bahwa gagasan yang disampaikan di sini tidak bermaksud memihak satu pasangan calon presiden, namun lebih meluruskan pemikiran yang keliru yang melihat bahwa pasangan calon tidak boleh diberi nilai kinerjanya karena hal itu merupakan melanggar sakralitas dan sakralitas itu hanya milik Tuhan, bukan manusia.

Sebagai penutup, tidak perlu warga negara Indonesia berselisih satu sama lain karena persoalan debat calon presiden. Membangun persatuan di tengah-tengah warga negara merupakan sesuatu yang jauh lebih penting dibandingkan hanya bertengkar karena fanatisme terhadap pasangan calon presiden.

Alangkah lebih baiknya jika kita saling bersatu, meskipun berbeda pilihan karena sejatinya kita adalah Bhinneka Tunggal Ika, yaitu berbeda-beda tetapi tetap satu juga.[] Shallallahu ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru