29.5 C
Jakarta

Benarkah Menjadi Ghost Writer Adalah Sebuah Pilihan?

Artikel Trending

KhazanahLiterasiBenarkah Menjadi Ghost Writer Adalah Sebuah Pilihan?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Sebagian penulis yang saya kenal ada yang memutuskan untuk menjadi seorang ghost writer. Perihal alasannya, saya tak perlu menanyakan. Namun saya bisa menebak kira-kira alasan yang mendasarinya. Kemungkinan yang pertama, mereka sedang membutuhkan uang untuk menutupi kebutuhan hidupnya.

Kemungkinan kedua, karena ada kesempatan terbuka untuknya, misalnya ada orang-orang yang menawari atau meminta jasa untuk membuatkan karya tulis dengan bayaran yang lumayan, meskipun ketika karya tulis tersebut sudah jadi, nama penulisnya harus diganti dengan nama si pemesan tulisan.

Di kalangan para pejabat dan tokoh publik, mungkin sudah menjadi hal yang lumrah ketika ingin memiliki sebuah karya tulis tapi karena malas menulis lantas mereka memutuskan untuk menyewa jasa ghost writer. Misalnya, ketika seorang pejabat ingin mencalonkan diri sebagai pemimpin, maka di antara cara untuk meraih simpati masyarakat luas, ia melakukan beragam upaya.

Salah satunya membuat buku biografi, motivasi, atau buku-buku sejenisnya, tapi dengan perantara ghost writer. Ia hanya terima bersih dan beresnya saja. Yang penting ada uang, harga cocok, tak menunggu lama buku yang diatasnamakan dirinya pun terbit dan siap diedarkan ke tengah-tengah publik.

Definisi Ghost Writer

Definisi ghost writer, sebagaimana diungkap Harja Saputra, seorang blogger dan serveholic, dalam website-nya (28/07/2011) memiliki arti penulis profesional yang dipakai jasanya untuk menulis pesanan, bisa berupa buku, artikel, cerita, dan tulisan lain dengan hak cipta bukan milik penulis tetapi yang menyuruhnya.

Secara harfiah, ghost writer artinya “penulis bayangan”, atau di dunia skripsi disebut joki skripsi, sebuah fenomena yang banyak terjadi di berbagai perguruan tinggi.

Menurut Harja Saputra, kalau kita analisis, sesungguhnya ghost writer adalah sumber dari kisruh tindakan plagiat-plagiat yang banyak dilakukan oleh para mahasiswa dalam penyusunan skripsi. Mahasiswa yang “malas” atau tidak memiliki keahlian dalam menulis, tinggal membayar sejumlah uang kepada orang yang memiliki keahlian menulis untuk penyelesaian skripsi.

Ketika masih berstatus mahasiswa, saya juga pernah memiliki pengalaman tentang hal ini. Ada seorang mahasiswi yang meminta saya untuk membuatkan karya tulis tapi dengan mengatasnamakan dirinya. Namun saya langsung menolaknya. Karena hal tersebut bertentangan dengan hati nurani saya.

Dalam dunia kampus, memang bukan rahasia lagi bila ada sebagian mahasiswa yang malas saat disuruh dosen membuat karya tulis. Ujung-ujungnya mereka memakai jasa orang lain yang ahli di bidangnya. Tak peduli meski harus mengeluarkan uang yang tidak sedikit. Yang penting bisa segera mengumpulkan tugas dan mendapat nilai baik.

Penulis di Belakang Layar

Bila merujuk pada makna apa adanya, terjemahan dari ghost writer adalah penulis hantu. Disebut hantu, karena biasanya hantu dipercaya ada tapi tidak terlihat oleh mata. Meskipun ada sebagian orang yang memiliki pengalaman pernah melihat hantu, tapi pada dasarnya hantu adalah sosok yang tidak kasat mata.

BACA JUGA  Baca Buku Tapi Lupa Isinya, Rugi Dong?

Budi Sardjono, novelis senior dari Yogyakarta, pernah menyinggung tentang profesi ghost writer dalam bukunya yang berjudul Ledhek dari Blora (2018). Menurutnya, ghost writer adalah penulis di belakang layar yang tidak melanggar hukum atau norma-norma agama. Namun, beberapa tahun lalu pernah jadi perbincangan ramai. Karena bagi yang tidak setuju, profesi itu dianggap sebagai pelacuran intelektual.

Seorang penulis menuangkan gagasan dan buah pikiran berdasar pesanan orang lain. Setelah tulisan jadi diatasnamakan orang lain yang mau membayarnya. Bagi yang menolak, hal itu dianggap mirip pelacur yang menyediakan tubuhnya bagi lelaki yang mau membayar. Tapi pelacur itu tidak pernah memberikan hatinya.

Terlepas dari pendapat Budi Sardjono dan Harja Saputra, yang jelas saya tidak pernah kepincut atau berkeinginan untuk menekuni profesi ghost writer. Tentu ada beberapa alasan yang mendasarinya.

Pertama, karena menulis bagi saya adalah suatu hal yang menyenangkan sekaligus cara menuangkan ide, gagasan, atau berbagai pemikiran yang tumbuh dari hati dan pikiran ketika melihat situasi dan kondisi yang ada di sekitar kita. Nah, ketika pemikiran tersebut berhasil saya tulis (misalnya dalam bentuk cerita pendek atau opini) maka akan menjadi kepuasan tersendiri bagi saya.

Kepuasan tersebut akan semakin berlipat ketika tulisan saya berhasil menembus media massa. Tapi akan berbeda rasanya bila karya tersebut dimuat di media massa tapi diatasnamakan orang lain, maka tidak ada lagi kepuasan batin yang saya rasakan.

Kedua, ketika membantu orang lain membuatkan karya tulis, menurut saya sama saja dengan mendorongnya untuk menjadi pemalas dan enggan menjalani proses panjang yang berlaku dalam dunia kepenulisan. Mestinya ia merasa malu ketika karyanya (berupa buku misalnya) terbit dan diedarkan di toko buku.

Apalagi bila buku tersebut masuk daftar best seller. Malu karena itu bukan hasil karyanya. Malu karena itu bukan merupakan ide atau pemikiran yang bersumber dari akal dan hatinya. Ia hanya sekadar modal uang dan nama, sementara buku tersebut yang menulis adalah orang lain.

Saya akan merasa sangat senang bila ada orang yang datang kepada saya dengan maksud ingin belajar menulis. Insya Allah saya akan berusaha mengajarinya sampai bisa. Namun, bila orang tersebut datang untuk membuatkan karya tulis dan berjanji akan memberikan bayaran yang mahal, saya dengan tegas akan menolaknya. Ya, saya menolak karena menjadi ghost writer bukan termasuk pilihan hidup saya. Wallahu a’lam bish-shawaab.

Sam Edy Yuswanto
Sam Edy Yuswanto
Bermukim di Kebumen, tulisannya dalam berbagai genre tersebar di berbagai media, lokal hingga nasional, antara lain: Koran Sindo, Jawa Pos, Republika, Kompas Anak, Jateng Pos, Radar Banyumas, Merapi, Minggu Pagi, Suara Merdeka, Kedaulatan Rakyat, dll.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru