27.5 C
Jakarta

Tips Bangkitkan Gairah Menulis Setelah Lama Vakum

Artikel Trending

KhazanahLiterasiTips Bangkitkan Gairah Menulis Setelah Lama Vakum
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Dulu begitu eksis dalam menulis. Turut serta dalam setiap antologi. Mengikuti berbagai kegiatan kepenulisan. Beberapa pencapaian pun diraih. Memenangi lomba menulis cerpen atau tulisan tembus media, misalnya. Namun, kenapa sekarang menulis satu kalimat saja sangat sulit. Bahkan berakhir kehilangan gairah menulis.

Sebagai penulis, rasanya kejadian seperti di atas sering kali hadir. Banyak yang bilang kalau kehilangan gairah menulis dikarenakan tidak konsisten dalam menulis atau kurangnya motivasi.

Sehingga gairah menulis pun kian redup. Lalu, apa yang harus dilakukan jika mengalami hal demikian. Sebelum menjawab apa yang harus dilakukan, jawab pertanyaan ini. Sudah berapa lama berhenti menulis?

Berhenti menulis dengan alasan ingin beristirahat sejenak. Sah-sah saja. Wajar jika seorang penulis merasa jenuh dengan rutinitas yang sama. Sayangnya, alasan istirahat seringkali kebablasan. Ujung-ujungnya berhenti menulis karena keasyikan mengerjakan hal lain.

Tidak jarang terdengar alasan, “Nanti saja nulisnya, masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan.” Dan, nyatanya, pekerjaan baru akan selalu muncul tiap kali menyelesaikan pekerjaan sebelumnya. Kemudian, secara perlahan kebiasaan menulis pun hilang.

Perasaan iri kadang melanda saat melihat beranda media sosial atas pencapaian dari teman-teman penulis. Mereka begitu produktif menciptakan karya. Bahkan teman yang dulu menulis bersama dalam buku antologi. Kini sudah membuat buku sendiri.

Sedangkan diri sendiri, baru sadar kalau ternyata sudah lama berhenti menulis. Membuat tangan seolah lumpuh. Sulit untuk menulis, meskipun hanya satu kalimat. Ternyata benar kata setiap mentor kepenulisan. Kelamaan berhenti menulis, sangat berbahaya bagi penulis.

Jika ingin istirahat menulis, silahkan. Namun, ingat, jangan terlalu lama. Saat beristirahat, tetaplah membaca. Baca apa saja yang disukai. Biasanya dari bacaan akan lahir sebuah ide menulis. Bisa saja, jadi membangkitkan gairah menulis. Entah mendapat ide membuat cerpen, artikel, atau hanya sekadar mengulas bacaan tersebut.

Selain tetap membaca. Selama istirahat menulis, harus tetap berada dalam lingkaran yang mendukung kepenulisan. Ini menjadi langkah antisipasi berhenti menulis. Lingkungan dan teman yang memiliki minat dalam kepenulisan adalah sistem pendukung penting.

Jika masih bergabung dalam grup atau berteman dengan akun kepenulisan di media sosial. Pasti akan melihat postingan atau pesan tentang kegiatan kepenulisan. Mungkin saja, hati akan tergerak untuk gabung salah satu kegiatan kepenulisan yang diselenggarakan. Bisa saja, kan.

BACA JUGA  Literasi Hack: Freewriting Dahulu, Editing Kemudian

Sebenarnya, pengalaman berhenti menulis, kerap kali saya alami. Awalnya hanya ingin istirahat dua atau tiga hari, tetapi ujungnya bablas sampai berbulan-bulan tidak menulis. Saat keinginan menulis sudah ada. Saya kesulitan menulis. Bingung harus mulai dari mana.

Padahal ide menulis berseliweran dalam kepala. Karena bingung, jadi mengurungkan niat menulis. Akhirnya ide-ide menulis tersebut hilang begitu saja dan mulai berkubang dalam keresahan. Ingin nulis, tapi bingung.

Adakalanya, dua cara membangkitkan gairah menulis tersebut, bisa saja kurang efektif. Lalu, bagaimana untuk membangkitkannya? Jangan terlalu bersedih dan larut dalam kebingungan. Tenangkan hati dan pikiran.

Coba, ingat kembali kenangan indah saat bergairah menulis. Bahagiakah? Merasa tenangkah? Jika iya, apa yang membuat bahagia dan merasa tenang saat menulis?

Mungkin, kebahagiaan dan ketenangan yang dirasa ketika menulis saat dulu. Menulisnya dengan hati. Menulis apa yang ingin dituliskan dengan perasaan bebas. Menulis tanpa dibebani pikiran atas penilaian dari orang lain.

Menulis tanpa memikirkan target pencapaian. Hanya menulis, mengeluarkan isi hati dalam untaian kata tanpa ambisi. Menulislah dengan hati. Menulis apa saja dan dimana saja.

Jika berhasil dan bisa menuliskan satu kalimat. Coba ulangi esok hari dan bertahap menjadi satu paragraf. Ulangi menulis setiap hari, meskipun hanya lima menit dan satu paragraf. Tidak apa. Mulailah untuk disiplin konsisten. Tulis apa saja yang terlintas dalam pikiran.

Awalnya, pasti akan terasa sulit. Namun, teruslah berusaha. Suatu hal yang diusahakan pasti akan membuahkan hasil. Konsisten dalam menulis.

Apabila sudah konsisten dalam menulis. Buatlah motif dalam diri karena motiflah yang akan menggerakkanmu tetap menulis. Apa motif kalian menulis? Ingin mengubah dunia? Menyuarakan ketidakadilan? Untuk menambah pundi penghasilan? Sebagai hiburan untuk pembaca lewat cerpen?

Atau sederhananya, ingin menorehkan kenangan untuk anak dan cucu? Apa pun motifnya, selama dapat menggerakkan untuk menulis, semuanya sah. Meskipun seiring berjalannya waktu, motif akan berubah. Tidak apa. Biarkan. Poin terpentingnya, dapat terus menulis meskipun dengan motif yang berubah.

Tetap membaca. Berada dalam lingkaran yang mendukung kepenulisan. Menulis dengan hati. Kemudian konsisten hingga terbentuk kebiasaan menulis. Terakhir jangan lupakan motif. Hal-hal tersebut menjadi cara untuk membangkitkan gairah menulis setelah lama berhenti. Masih ingin jadi penulis, kan? Ayo nulis.

Dwi Noviyanti
Dwi Noviyanti
Penulis Lepas

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru