28.2 C
Jakarta

Pasca Tewasnya Al-Zawahiri, Mungkinkah Terorisme Mati?

Artikel Trending

KhazanahTelaahPasca Tewasnya Al-Zawahiri, Mungkinkah Terorisme Mati?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com- Ayman al-Zawahiri, seorang dalang ideologi dibalik Al-Qaeda, kawan karib Osama bin Laden, yang selama ini dicari oleh Amerika Serikat, tewas dalam serangan drone Amerika Serikat di Afganistan pada 31 juli lalu. Al-Zawahiri merupakan dokter asal Mesir yang dipenjara pada tahun 80-an karena keterlibatannya pada gerakan militan Islam. Dalam sejarah perjalanan perjuangannnya sebagai teroris, ia adalah tokoh internasional yang tergabung dalam gerakan jihadis internasional.

Diketahui bahwa, al-Zawahiri adalah dokter bedah mata yang membantu mendiirkan militan jihad Islam Mesir. Ia mengambil alih kepemimpinan al-Qaeda, setelah terjadi pembunuhan Osama bin Laden oleh pasukan AS pada Mei 2011. Posisi perannya sebagai tenaga medis, disusul menjadi pemimpin al-Qaeda, semakin menguatkan dirinya dalam jaringan teroris internasional, dan imam yang memiliki pengaruh bagi dunia.

Membahas al-Zawahiri, kita diingatkan dengan serangan 11 September di Amerika Serikat dengan nama teroris yang pouler adalah Osama bin Laden. Posisi al-Zawahiri adalah tangan kanan Osama, menjadi dalang dibalik aksi tidak manusiawi itu. Persitiwa tersebut juga disebut sebagai peristiwa selasa Kelabu, yang terjadi berupa serangkaian empat serangan bunuh diri yang diatur oleh kelompok al-Qaeda terhadap beberapa target di New York City dan Washington, D.C. Menurut laporan tim investigasi, sekitar 3.000 jiwa tewas dalam serangan tersebut. Aksi tersebut merupakan bagian dari perjuangan para jihadis untuk membela agama Islam, yang menurut mereka adalah aksi paling baik digencarkan.

Melihat kasus tersebut, al-Zawahiri merupakan salah satu orang yang paling diburu oleh Amerika. Kematiannya justru disambut baik oleh Joe Biden, selaku presiden AS. Dengan sambutan hangat yang cukup membanggakan.

“Sekarang keadilan telah ditegakkan dan pemimpin teroris ini sudah tidak ada lagi,” ujar Joe Biden, dilansir dari BBCIndonesia.

Kebangaan tersebut nyatanya tidak berhenti pada itu saja. Atau pertanyaan lanjutan yang muncul justru, akankah al-Qaeda menerima begitu saja pasca terbunuhnya pemimpin besar tersebut? lalu seperti apa pengaruh terhadap masa depan terorisme di Indonesia?

Bagaimana masa depan terorisme di Indonesia

Dr. Sapto Priyanto, M.Si, dosen UI, dalam acara bedah buku Membaca Isu-Isu Global Kontemporer (Kebijakan Luar Negeri, Keamanan, Kejahatan dan Terorisme) karya Prof. Dr. Marthen Napang, S.H., M.H., M.Si yang digelar di Aula IASTH Lt.5 Kampus UI Salmbe pada Rabu (03/07/22), menuturkan bahwa, perjanjian yang dilakukan oleh Taliban kepada Amerika Serikat nyatanya bisa dilihat secara mata telanjang. Kematian al-Zawahiri justru memberikan sinyal yang kuat hubungan Taliban dengan al-Qaeda. Posisi Amerika sebagai orang barat, terlalu fokus terhadap aturan normatif dan kurang memahami kultur Timur Tengah

BACA JUGA  Cyber Terrorism: Ketika Media Sosial Menjadi Alat Penyebaran Terorisme

Isu global semacam ini, tentu sangat erat hubungannya dengan posisi terorisme di Indonesia. Bagaimanapun, al-Qaeda adalah kiblat terorisme di dunia. Ia memegang peran penting terhadap perkembangan terorisme. Perkembangan terorisme di Indonesia, pastinya juga berkiblat kepada al-Qaeda. Artinya, para jihadis, teroris Indonesia, bisa dikatakan berduka besar atas kematian al-Zawahiri. Duka tersebut bisa dirasakan secara keorganisasian, atau secara personal karena pengaruhideologi yang disebarkan oleh al-Zawahiri.

Kematian al-Zawahiri tidak menjadi kematian bagi para teroris di dunia. Serangan balik yang sewaktu-waktu menjadi balasan atas kematian pimpinan tersebut, pasti terjadi.  Argumen itu disusul dengan ketidakterimaan pihak juru Taliban yang menyebut operasi AS itu merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap prinsip internasional.

“Tindakan semacam itu adalah pengulangan dari pengalaman gagal dalam 20 tahun terakhir dan bertentangan dengan kepentingan Amerika Serikat, Afghanistan dan Kawasan,” kata juru bicara itu dilansir melalui BBC Indonesia.

Melalui pembelaan itu, hubungan erat antara Taliban dan al-Qaeda, tidak bisa dipisahkah. Setelah ramai bahwa AS menarik mundur pasukannya, mata-mata AS telah memerhatikan Afghanistan dan secara terang-terangan mengatakan bahwa ia, tidak gencar untuk melawan teroris yang sudah berpuluh-puluh tahun. Sekalipun AS sudah memberikan perhatian penuh kepada Afganistan,  keterkaitan hubungan kultur Timur Tengah tetap menonjol dalam konteks ini. Hal itu bisa dilihat dari cara juru bicara Taliban, yang memiliki argumen kuat untuk membelanya.

Melihat serangan tersebut, pemimpin al-Qaeda sebagai pengganti al-Zawahiri pasti sudah disiapkan. Kita hanya menunggu bagaimana konflik antara teroris dengan AS ini terus bermunculan. Apalagi, aksi itu dilakukan pada bulan Muharram yang dipercaya sebagai bulan yang istimewa bagi umat Islam. Keutamaan tersebut juga diyakini oleh para teroris sebagai bulan baik. Penyerangan yang dilakukan oleh pihak AS, bagi kelompok teroris justru menciderai waktu yang amat sangat baik bagi umat Islam dunia. Serangan pembalasan bisa saja dilakukan sewaktu-waktu. Terorisme tidak akan mati, karena setelah pembunuhan satu teroris, muncul bibit teroris yang sudah dipersiapkan oleh mereka.

Melihat ancaman itu, Indonesia juga harus waspada. Sebab pergerakan terorisme di Indonesia, seperti JI (Jamaah Islamiyah), merupakan organisasi yang terinsipirasi dari al-Qaeda. Kita semua wajib waspada, sewaktu-waktu penyerangan atas balas dendam kematian pimpinan al-Qaeda akan dilakukan. Wallahu a’lam

Muallifah
Muallifah
Aktivis perempuan. Bisa disapa melalui Instagram @muallifah_ifa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru