26.6 C
Jakarta

Sikap Kelompok Radikal di Tengah Isu Pencabulan di Pesantren

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanSikap Kelompok Radikal di Tengah Isu Pencabulan di Pesantren
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Tempat yang paling tepat untuk belajar ilmu agama adalah pesantren. Di sana santri (orang belajar di pesantren) akan dididik untuk menjadi manusia yang bukan hanya pintar, melainkan juga berakhlak.

Mirisnya, pesantren akhir-akhir ini mengalami banyak masalah yang cukup memalukan, yaitu pencabulan pengasuh pesantren atau anaknya terhadap santri putri yang belajar di sana.

Perbuatan bejat yang dilakukan pengasuh di beberapa pesantren itu jelas memperburuk citra pesantren yang diyakini sebagai tempat paling suci setelah masjid. Karena, di pesantren jangankan pencabutan, pacaran saja dilarang. Apalagi yang melakukan pengasuh pesantren sendiri.

Anehnya, di tengah naiknya isu pencabulan di beberapa pesantren kelompok yang suka berkoar-koar demi membela agama, tidak kelihatan batang hidungnya. Kelompok yang saya maksud biasanya melontarkan kritik yang pedas terhadap sistem pemerintahan.

Kelompok Islam garis keras itu atau lebih tepatnya kelompok radikal jelas merasa malu dengan banyaknya pencabulan di beberapa pesantren. Mereka memilih berdiam diri seakan berlepas tangan. Tidak tahu-menahu terkait persoalan itu.

Kejadian memalukan ini membuktikan bahwa keimanan seseorang tidak dapat dilihat dari pakaian yang mereka kenakan, apalagi genetik mereka. Keimanan hanya dapat dipastikan dalam hati dan hanya Tuhan seorang yang tahu.

Kelompok radikal biasanya suka memuja atribut yang mereka kenakan. Bagi mereka, keislaman seseorang dapat dilihat dari pakaian yang dipakai semisal berpeci putih, sorban yang melilit kepala dan gamis yang memanjang hingga kaki.

BACA JUGA  Shalat Tarawih dan Hikmah yang Tersirat di Dalamnya

Jika keimanan hanya sebatas penampilan fisik, maka tidak bakal pencabulan itu dilakukan oleh seorang pengasuh pesantren dan anaknya. Dari sinilah tidak boleh mengintervensi keimanan seseorang. Sebab, bisa jadi sekarang mereka kafir, besoknya atau beberapa detik kemudian mereka sudah muslim. Sebaliknya, sangat mungkin orang yang beriman sekarang, tak lama setelah itu mereka kafir.

Maka dari itu, seharusnya kelompok radikal muncul menyisir beberapa pesantren yang terlibat dalam kasus pencabulan terhadap santri putri. Jangan hanya orang yang jualan makanan di siang bulan puasa yang diobrak-abrik. Bahkan, jangan hanya orang yang nyentrik dituduh sebagai penista agama. Pelaku pencabulan jauh lebih hina dan jelas melecehkan agama.

Kelompok radikal hanya tajam ke orang lain. Sedang, kepada kelompok mereka sendiri tumpul dan tak berdaya. Mungkin mereka seperti kata pepatah: “Semut di seberang lautan kelihatan, gajah di pelupuk mata tak kelihatan”. Maksudnya, kesalahan orang lain, meski kecil, terlihat jelas di mata kelompok radikal. Sementara, masalah sendiri, meski besar, tak diperhatikan.

Dari sinilah, sudah jelas bahwa yang diperjuangkan oleh kelompok radikal bukanlah agama, melainkan hawa nafsunya sendiri. Mereka lebih mementingkan kepentingan yang bersifat pribadi bukan kepentingan umat. Sungguh munafik sikap mereka ini![] Shallallah ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru