27.2 C
Jakarta

Serial Pengakuan Eks Napiter (C-XL): Mantan Teroris Asep H Arsyad Alsadaad Sukses Bikin Koperasi, Kini Anggotanya Capai 200 Orang

Artikel Trending

KhazanahInspiratifSerial Pengakuan Eks Napiter (C-XL): Mantan Teroris Asep H Arsyad Alsadaad Sukses...
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Menjadi teroris kadang berangkat dari ketidaktahuan akan bahaya terorisme. Biasanya orang yang terjebak di dalamnya disebabkan motif yang beragam. Ada kedangkalan paham keagamaan, sehingga ketika terdoktrin dengan penafsiran ekstremis jihad perang, langsung ikut tanpa berpikir dua kali. Ada jadi teroris karena motif kebencian. Tidak setuju atas sistem pemerintahan yang tidak menggunakan hukum Allah.

Tak terhitung jumlahnya bangsa Indonesia ini yang terpapar terorisme. Meski dari jumlah yang lumayan banyak itu sudah banyak pula yang bertobat. Memilih kembali ke jalan yang benar. Biasanya tobat semacam itu disebut dengan taubat nashuha. Salah seorang yang bertobat dan hijrah dari terorisme adalah Asep H Arsyad Alsadaad. Ia adalah warga Perum Nusa Indah, Kelurahan Pataruman, Kecamatan Tarogong Kidul Garut.

Asep sudah berurusan dengan aparat penegak hukum sebanyak tiga kali, lantaran tersangkut kasus kekerasan dan terorisme. Kini, Asep memutuskan hijrah untuk tidak lagi terlibat pelaku terorisme. Pria berusia 50 tahun itu berinisiatif untuk mengembangkan usaha di bidang produksi kopi, sabun cuci muka, sabun pembersih lantai atau karbol dari sereh wangi, dan cokelat bubuk.

Asep bersama 200 anggota para mantan teroris dan aktivis gerakan radikal lainnya, mendirikan wadah usaha yang dinamakan Koperasi Komunitas Mantan Narapidana Teroris dan Gerakan Aktivis Radikal (Kontantragis) yang didirikan di Bandung pada 28 Oktober 2017. Kali ini, usahanya terbilang berhasil setelah memperluas pasar dengan produk unggulan kopi, sabun, dan cokelat yang dipasarkan ke pesantren-pesantren di berbagai daerah.

BACA JUGA  Serial Pengakuan Eks Napiter (C-LI-XXXVIII): Eks Napiter Poso Mie Kembali ke Pangkuan NKRI

Asep mengakui, bahwa tingginya permintaan pasar tidak bisa terpenuhi lantaran masih adanya keterbatasan modal, sehingga ia masih perlu dukungan modal. Karena, untuk memproduksi Rp5 ribu bungkus kopi diperlukan modal hingga Rp60 juta. Koperasi Kontantragis ini terbentuk setelah pertemuan Asep yang juga sempat terjun langsung dalam konflik di Maluku dan Poso itu dengan Budi, korban pemboman Hotel JW Marriot, Jakarta.

Hasil pertemuan tersebut berbuah pada terbentuknya badan usaha koperasi yang dinamakan Koperasi Komunitas Mantan Narapidana Teroris dan Gerakan Aktivis Radikal (Kontantragis). Sementara itu, Sekertaris Menteri Koperasi dan UKM, Rully Indrawan, mengatakan, pemerintah pusat terus mendorong usaha kecil dan menengah untuk terus berkembang dan maju.

Di tengah usaha jihad ekonomi Asep, pemerintah pusat juga memberikan bantuan modal, pelatihan dalam pemasaran hingga penulisan hak kekayaan intelektual bagi para pengusaha kecil. Bantuan yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan dan fase perkembangan usaha tersebut.

Asep termasuk orang yang beruntung. Ia masih dibimbing oleh Allah untuk kembali ke jalan yang benar. Jika dulu ia mengetahui jihad itu perang melawan orang kafir, maka sekarang ia sadar bahwa jihad yang sesungguhnya adalah perang melawan kemiskinan. Ia dirikan usaha sehingga kemiskinan itu sirna. Dengan kekayaan ia akan menjadi orang yang kuat, termasuk dalam mencegah terorisme.[] Shallallah ala Muhammad.

*Keseluruhan tulisan ini disadur dari cerita mantan narapidana teroris Asep H Arsyad Alsadaad yang dimuat di media online Bandungkita.id

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru