Harakatuna.com – Isu terorisme menjadi isu global yang sampai detik ini masih belum selesai. Karena masih banyak aksi terorisme yang terjadi di beberapa wilayah yang ada di Indonesia. Baik di wilayah Surabaya, Makassar, Jakarta, maupun yang lainnya.
Belum selesainya isu terorisme ini menjadi tugas bagi pemerintah untuk diselesaikan sehingga terorisme tidak terjadi kembali. Langkah pemerintah yang telah dilakukan merupakan deradikalisasi melalui sayap-sayap yang dibentuknya di antaranya BNPT Densus 88.
Deradikalisasi yang telah dilakukan pemerintah telah membuahkan hasil yang cukup menggembirakan. Karena sudah banyak yang bertobat dari aksi-aksi terorisme dan kembali ke jalan yang benar yaitu NKRI. Salah seorang yang sudah bertobat adalah Mie (nama samaran).
Mie merupakan mantan narapidana terorisme asal Poso. Dia dinyatakan bersalah karena terlibat aksi pembakaran salah satu gereja di Poso, Sulawesi Tengah.
Mie mengaku terjebak dalam kelompok radikal, karena belajar dari YouTube. Setelah itu, dirinya memilih bergabung dengan salah satu kelompok ternama di wilayah Kabupaten Poso. Dari kelompok itu, Mie memperoleh jaringan Telegram kelompok radikal yang berhubungan dengan jaringan ISIS di Suriah.
Pada tahun 2017 Mie sudah membaiat diri sendiri, dan berangkat ke Kabupaten Morowali untuk membentuk kelompok Jama’ah Ansharud Daulah (JAD) Morowali. Dia menjelaskan, misi dari kelompok JAD pada saat itu melakukan aksi amaliah dengan menyasar tempat hiburan (diskotik) yang ada di dalam perusahaan PT. IMIP, serta menyasar senjata aparat kepolisian yang melakukan pengamanan di dalam perusahaan tersebut.
Selama mengikuti taklim di salah satu pondok pesantren di Poso, Mie bisa bergabung dalam link kelompok radikal yang terhubung langsung dengan jaringan ISIS. Melalui link Telegram tersebut ia banyak mendapat ilmu perakitan bom.
Mie kini telah menyatakan tidak lagi mau berhubungan dengan kelompok DPO MIT maupun simpatisan yang ada di Kabupaten Poso atau kelompok JAD Morowali. Mie mengaku bersedia membantu aparat keamanan khususnya Polri dalam memberikan informasi terkait kegiatan radikal yang ada di Kabupaten Poso.
Mie dinyatakan bebas dari Lapas Makassar pada bulan April tahun 2021 lalu. Dia berharap, pemerintah juga kiranya melalui aparat keamanan, serta instansi yang berwenang akan hal radikalisme dan terorisme, bisa lebih meningkatkan dan memperhatikan taraf hidup para eks napiter yang ingin kembali ke pangkuan NKRI.
Kini pemerintah berkomitmen untuk terus memerangi paham radikal dan terorisme. Bagiamana tidak, radikalisme dan terorisme semakin hari semakin berkembang. Bahkan, kelompok terorisme di Indonesia sudah banyak melibatkan remaja termasuk wanita.
Sebagai penutup, kisah Mie hendaknya dijadikan pelajaran bagi kita semua. Agar kita tidak terjebak dalam kesalahan yang sama dengan Mie. Dan, bagi teroris yang belum bertobat hendaknya segera kembali ke jalan yang benar sebagaimana yang dilakukan Mie.[] Shallallahu ala Muhammad.
*Tulisan ini disadur dari cerita eks napiter Mie yang dimuat di media online Truestory.id