26.8 C
Jakarta

Gus Miftah Sebut Bibit Radikalisme Muncul Lewat Salah Pilih Guru

Artikel Trending

AkhbarNasionalGus Miftah Sebut Bibit Radikalisme Muncul Lewat Salah Pilih Guru
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Jakarta – KH Miftah Maulana Habiburrahman atau yang kerap dikenal Gus Miftah mengungkapkan bibit-bibit radikalisme salah satunya berangkat dari kebencian kepada pemimpin. Kebencian tersebut diperoleh juga ada kaitannya dengan memilih guru yang kurang tepat, di antaranya dalam memahami ilmu agama Islam.

“Saya mendapati anak-anak belajar agama, tetapi kemudian muncul kebencian yang tinggi kepada negara. Saya melihat kecenderungan itu karena provokasi guru agama yang salah,” ungkap Gus Miftah dalam Orasi Kebangsaan di gor Gajah Putih Trenggalek, Kamis 23 Februari 2023.

Beliau mencontohkan semasa covid-19 berlangsung, banyak yang menganggap pemerintah tidak bertanggung jawab dan menjelek-jelekkan awal pandemi masuk di Indonesia. Begitu muncul bantuan langsung tunai (BLT), orang tersebut ikut mengantri.

Selain itu, soal tingginya kebencian kepada pemerintah itu nampak saat masyarakat meminta adanya vaksin. Begitu vaksin keluar, banyak yang mengkritik tentang sertifikasi halal. Halal belum cukup, harus presiden yang pertama kali disuntik dan live streaming. “Setelah live streaming, katanya editan,” bebernya.

Dulu, lanjut Gus Miftah, ia menemukan salah satu guru di Boyolali mengharamkan murid untuk hormat kepada merah putih. Karena itu dianggap musyrik dengan merah putih kok disembah. Termasuk sewaktu pandemi, ada guru yang mengatakan Pancasila merupakan bid’ah dan mencintai negara adalah kafir.

Pendakwah nyentrik ini mengungkapkan, kenapa Rasulullah SAW dulu mencintai tanah Arab, tidak lain karena Nabi Muhammad lahir di Arab, besar di Arab, berjuang di Arab, hingga wafat serta dimakamkan di tanah Arab.

BACA JUGA  Optimalkan RAN PE, Sestama BNPT RI Himbau Sinergi Semua Pihak

“Saya mencintai Indonesia, karena saya lahir di Indonesia. Besar di Indonesia, berjuang di Indonesia, cari makan minum di Indonesia. Dan saya besok mati dimakamkan di Indonesia, itulah alasan saya kenapa kita mencintai Indonesia, sesimpel itu,” paparnya.

Gus Miftah tidak serta merta condong kepada plat merah tanpa alasan, ia akan mengktritik pemerintah apabila salah, buktinya ia pernah mengkritik di Pemerintahan Joko Widodo yang saat itu mengeluarkan kebijakan Surat Keputusan Presiden tentang legalitas miras (minuman keras).

Mendapati peraturan tersebut, Gis Miftah tak tinggal diam. Ia mengumpulkan beberapa jurnalis untuk menggelar konferensi pers berkaitan penolakan tersebut. Alasan penceraman yang selalu menggunakan blangkon tersebut menolak karena dalam Al-Qur’an sudah jelas bahwa minuman keras mutlak haram untuk dikonsumsi maupun diperjualbelikan.

“Keharaman khamr dalam Al-Quran itu mutlak tidak bisa ditawar. Mohon izin minuman keras yang layak dikonsumsi hanya satu, es batu,” ujarnya disambut riuah tawa hadirin.

Pimpinan Pondok Pesantren Ora Aji di Sleman, Yogyakarta menggarisbawahi di Indonesia permasalahannya, jika sudah benci kepada pemimpin, ketika memberikan kritik tidak sopan.

Beliau mencontohkan isu penolakan kenaikan BBM di Gorontalo. Ada mahasiswa yang demo kemudian menghina Pak Jokowi dengan menyebut Pak Jokowi alat kelamin. Hal itu menurut Gus Miftah yang ditonjolkan bukan kritikan, melainkan kebencian. “Untuk memberikan kritik itu perlu ada perlu etika, sopan dan santun,” tandasnya.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru