31.9 C
Jakarta

Serial Pengakuan Eks Napiter (C-LI-XXVII): Eks Napiter Sri Pujimulyo Siswanto Menceritakan Alasan Terpapar Terorisme

Artikel Trending

KhazanahInspiratifSerial Pengakuan Eks Napiter (C-LI-XXVII): Eks Napiter Sri Pujimulyo Siswanto Menceritakan Alasan...
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Terorisme menjadi musuh kita bersama. Ini mungkin salah satu komitmen kita bersama untuk menolak paham radikal. Karena tidak ada cara lain untuk memberantas radikalisme selain menganggap radikalisme sebagai musuh.

Menganggap radikalisme sebagai embrio merupakan bagian dari perintah agama sebagaimana menganggap setan sebagai musuh. Setan yang dimaksud dalam agama merupakan sesuatu yang memiliki potensi negatif dan termasuk di dalamnya adalah terorisme. Maka tidak usah takut untuk melawan radikalisme-terorisme.

Perlawanan pemerintah dan masyarakat bawah dalam memberantas terorisme telah membuahkan hasil yang cukup membanggakan. Tidak sedikit orang yang terpapar radikalisme kembali ke jalan yang benar yaitu mengabdikan hidupnya kepada negara Indonesia.

Seorang yang pernah terpapar radikalisme dan sekarang sudah bertaubat adalah Sri Pujimulyo Siswanto. Sri terpapar terorisme karena lemahnya pendidikan agama dalam keluarga. Ia kemudian tertarik untuk mengikuti kegiatan di masjid sekitar rumahnya untuk mendalami agama.

Seiring berjalannya waktu muncullah sikap merasa benar sendiri, membatasi pergaulan dengan orang yang tidak sekomunitas dan mulai membenci pemerintah. Setelah sekian lama mengikuti pengajian itu, Sri pun bergabung dengan jaringan Noordin M. Top dan Dr. Azahari. Ia mengaku dua kali tersangkut pidana terorisme. Tahun 2005 akhir, kemudian tahun 2010 pertengahan.

Pada kasus pertama, Sri terlibat terorisme karena menyembunyikan teroris Noordin M. Top dan Dr. Azahari. Kemudian kasus kedua, dia menyembunyikan Abu Tholut. Puji pernah ditahan di Nusakambangan, Mako Brimob, dan Lapas Kedungpane.

BACA JUGA  Serial Pengakuan Eks Napiter (C-LI-XXXV): Eks Napiter Mahmudi Kini Memilih Jalan Hidup Sebagai Pengusaha

Sri mulai sadar saat dipenjara pada kasus kedua. Saat itu ia ikut program deradikalisasi dari pemerintah dan BNPT, ada diskusi, dialog dari berbagai kalangan. Setelah bebas dari penjara untuk kedua kalinya dan telah mengikuti deradikalisasi, Sri ingin kembali ke masyarakat. Namun ternyata hal itu tidak semudah yang dibayangkan karena rekam jejaknya sebagai napi terorisme.

Sempat mendapat stigma negatif sebagai mantan napiter, Sri akhirnya bisa meyakinkan tetangganya kalau sudah tidak seperti dulu. Ia akhirnya diberi kepercayaan Ketua RT tempat tinggalnya untuk menjadi ketua takmir masjid.

Kembalinya Sri kepada jalan yang benar dapat dikatakan sebagai bentuk ia telah memperoleh hidayah dari Tuhan karena tidak ada jalan lain yang dapat mengubah seseorang kecuali hidayah-Nya. Hijrah di sini merupakan hijrah yang positif karena ia telah meninggalkan perbuatan yang buruk menuju yang baik.

Sebagai penutup, pelajaran yang dapat dipetik dari perjalanan untuk Sri ini adalah hendaknya kita berhati-hati terhadap paham radikal yang dapat membawa kita menjadi seorang pelaku teror. Selain itu, bagi pelaku teroris hendaknya segera kembali ke jalan yang benar seperti yang sudah dilakukan oleh Sri.[] Shallallahu ala Muhammad.

*Tulisan ini disadur dari cerita eks napiter Sri Pujimulyo Siswanto yang dimuat di media online Islamkaffah.id

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru