26.1 C
Jakarta

Seni Mengolah Kata dalam Bahasa Tulisan

Artikel Trending

KhazanahLiterasiSeni Mengolah Kata dalam Bahasa Tulisan
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Menulis merupakan sebuah ekspresi untuk meluapkan perasaan, ide, atau pengalaman yang dapat ditempuh lewat bahasa tulisan. Begitu juga bisa dicurahkan atau diekspresikan melalui bahasa lisan. Namun, kali ini saya hanya ingin mencurahkan tentang “bagaimana seni mengolah kata” dalam sebuah tulisan.

Mengapa saya akan membahas mengenai “seni mengolah kata” dalam sebuah tulisan? Karena bagaimanapun, bahasa tulisan tidak sama dengan bahasa lisan. Perlunya latihan khusus yang berkelanjutan sembari ditunjang dengan berbagai referensi bacaan untuk memperkaya kosa kata—hal ini juga agar bahasa tulisan kita memiliki seni yang dengan susunan kalimat yang sempurna.

Pertanyaan kemudian, mengapa bahasa tulisan kita perlu kita olah sehingga menjadi tulisan yang sempurna?

Ada dua perbedaan mendasar bahasa tulisan dan bahasa lisan. Tulisan yang kita buat masih memiliki kesempatan untuk terlebih dahulu “mengolah”nya sebelum kemudian dibaca oleh khalayak. Dalam bahasa lisan jelas kita tidak bisa merevisi kalimat-kalimat kita, sebaliknya bahasa tulisan memungkinkan kita untuk menyempurnakannya sehingga bisa tersampaikan dengan baik kepada pembaca.

Perlu diakui bahwa menulis membutuhkan sebuah seni. Konsekuensinya, penulis harus pandai mengolah kata per-kata agar menjadi kalimat yang istimewa. Berangkat banyak kasus, tak jarang kita temui banyak tulisan yang membuat bingung para pembaca, oleh karena tidak tahu apa makna, inti, serta subtansi kemana arah tulisan tersebut.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Ernest Hemingway, bahwa writing is adventure, menulis adalah petualangan, demikian kata sastrawan besar AS yang karya-karyanya dipenuhi dengan jiwa-jiwa dan nafas petualangan. Dengan demikian, menulis juga membutuhkan ketelatenan dan kreativitas yang tinggi untuk menciptakan sebuah kalimat yang mudah dibaca dan dicerna oleh pembacanya.

Bahasa merupakan representasi dan wadah ide kita. Oleh karena itu, Language and mind tidak dapat dipisahkan. Apabila ada kata-kata yang kita tuangkan belum mewakili ide kita, maka kita harus mengoreksi atau merevisi kata-kata tersebut.

Lalu, apa itu seni mengolah kata dalam sebuah tulisan? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, seni sendiri memiliki makna keahlian membuat karya yang bermutu atau kesanggupan akal untuk menciptakan sesuatu yang bernilai tinggi. Kurang lebih dalam mengolah kata harus ada 4 poin yang harus diperhatikan. Kita harus menentukan ide atau tema dan memeriksa tata bahasa, diksi (pilihan kata),  serta gaya bahasa.

Pertama, tentukan dahulu ide atau tema apa yang akan kita tuang dalam sebuah tulisan. Pilih tema yang sederhana akan tetapi banyak yang mencari dan cukup menarik perhatian khalayak ramai. Tema merupakan gagasan pokok dalam sebuah tulisan. Oleh karena itu, apabila temanya menarik, maka dapat memberikan nilai yang lebih bagi pembaca.

BACA JUGA  Hilang Motivasi Membaca? Ini Cara Mengatasi “Reading Slump”

Kedua, tata bahasa juga wajib diperiksa apakah kalimat-kalimat kita terdapat subjek-predikat  secara benar dan terstruktur. Dengan demikian, apabila “kalimat” kita masih berupa klausa (walau panjang), maka kita harus segera menyusunnya menjadi kalimat bersubjek-berpredikat. Dengan relasi subjek-predikat yang tepat, pembaca akan mudah memahami tentang “siapa” “melakukan apa”—dan itu mendominasi konstruk pikirannya.

Ketiga, kita harus mengolah diksi yang kita gunakan. Ketika menuangkan gagasan dalam suatu tulisan, mungkin  kita telah menggunakan kata “mati” untuk menyebut meninggalnya seorang tokoh agama. Tentu saja,  hal itu kurang cocok, alias tidak tepat pada konteksnya. Karena itu, dibutuhkan mengolah kata tersebut menjadi “wafat”.  Pada sisi kontekstual, pemakaian “wafat” lebih patut daripada “mati”, walaupun kenyataannya tokoh agama tersebut memang meninggal dunia.

Diksi merupakan poin penting yang akan mewakili gagasan  atau suasana batin kita.  Itulah kenapa diksi dapat digunakan oleh orang lain untuk “menilai” suasana pikiran, perasaan, atau pengalaman kita. Kegembiraan, kemarahan, kesedihan, dan sebagainya tercermin dari diksi yang kita pilih. Karena itu, hati-hatilah dalam memilih diksi.

Keempat, gaya bahasa (style) dalam sebuah tulisan. Seumpama kita menulis artikel ilmiah, kita wajib mengolah bahasa yang kita pakai ke dalam gaya bahasa ragam resmi (ilmiah). Seharusnya kita menggunakan diksi-diksi konseptual dalam paparan tulisan kita.

Pada intinya, mengolah bahasa tulisan kita harus kita lakukan sendiri sebelum menyerahkannya kepada orang lain, atau mengirimkannya ke media massa. Masalahnya, tidak semua menyadari betapa pentingnya mengolah bahasa tulisan ini. Masih cukup banyak yang berpendapat bahwa bahasa lisan dan bahasa tulisan adalah sama persis; padahal keduanya memiliki sisi yang berbeda—walaupun hakikatnya ada sedikit kesamaan.

Mengolah bahasa tulisan kita memang bukan pekerjaan mudah dan dapat dilaksanakan  sekejap lho! Membutuhkan perjuangan yang keras untuk mendapatkan tulisan yang berkualitas, selain info yang berbobot, kita harus meneliti bahasa yang digunakan, dan mengolahnya dengan benar pula.

Last but not least, seorang penulis perlu mengecek kembali tulisannya secara kritis dan objektif tentang berbagai hal, khususnya dalam ketepatan pemilihan kata, untuk menghindari kesalahan dalam penyusunan kalimat. Hal ini menunjukkan bahwa menulis merupakan sebuah seni mengolah kata agar tulisan yang tersusun memiliki kualitas yang layak dikonsumsi untuk mencerdaskan publik.

Iffatus Sholehah, S. Sos., M.A
Iffatus Sholehah, S. Sos., M.A
Pengajar, Ibu Rumah Tangga dan Dasterpreneur. Alumni Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru