Harakatuna.com. Banten – Dosen UIN Banten sekaligus peneliti CSIIS Dr. Ali Muhtarom menyampaikan, ada tiga faktor anak milenial mudah dipengaruhi oleh paham keagamaan ekstrem atau radikalisme.
Ketiga faktor itu yakni dari media sosial, gerakan dakwah yang disusupi agenda politik dan semangat keagamaan (banyak dijumpai di lembaga pendidikan, menyusup di ROHIS dan LDK), serta peredaran sumber bacaan bermuatan ideologi keagamaan tertentu yang menghiasi rak toko toko buku terkenal.
Menghadapi ketiga faktor itu, Ali memiliki solusi. Ali menyatakan perlu ada tandingan untuk melawan intensitas ketiga faktor itu.
“Untuk faktor pertama, ketika tidak ada konten medsos yang mampu menandingi narasi radikalisme paham keagamaan seperti yang saat ini semakin menguat baik yang mengarah pada radikalisme budaya, radikalisme politik, maupun radikalisme jihadis, generasi millenial akan mudah terpapar radikalisme melalui medsos,” kata Ali, Sabtu 5 Maret 2022.
Adapun untuk menanggulangi sebagian dakwah keagamaan ROHIS atau LDK yang menggaungkan semangat intoleransi atau bahkan semangat militansi jihadis, perlu dilakukan intervensi dari pimpinan lembaga pendidikan dengan membangun kultur pendidikan berbasis pada moderatisme paham keagamaan.
Sedangkan, kata Ali, dari faktor ketiga tentang pengaruh bacaan, harus ada aturan dari pemerintah untuk membuat tim penyeleksi buku-buku tertentu yang memiliki agenda ideologi tertentu.
“Tim tersebut bergerak secara profesional, terutama dalam menyeleksi buku buku bermuatan ideologis tertentu yang diedarkan di lembaga pendidikan di Indonesia,” pungkasnya.