31.9 C
Jakarta

Profesi Penulis Akan Sirna, Ini Alasannya

Artikel Trending

KhazanahLiterasiProfesi Penulis Akan Sirna, Ini Alasannya
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Hadirnya ChatGPT membawa keresahan bagi para penulis. Sempat tersebar kabar bahwa profesi penulis lama-lama bisa tergantikan oleh robot kecerdasan artifisial. Apakah semudah itu tergantikan dan sirna begitu saja karena robot AI sudah bisa menjawab apa yang dicari manusia?

Menulis bisa dilakukan siapa saja, bahkan kita sudah menulis sejak TK. Namun, tidak semua orang bisa menjadi profesi penulis. Penulis hanya dilakukan oleh orang-orang yang cerdas dan punya gagasan yang bisa memberikan tulisan yang jelas dan informatif.

Penulis mengerti apa yang ditulisnya, memahami tanda baca dan teknis kepenulisan. Seringkali kita selalu bingung menemukan ide-ide untuk menulis. Padahal, menulis bukan sesuatu yang penuh kemewahan, menulis merupakan hal yang sederhana yang didapat dari aktivitas kita sehari-hari.

Bisa jadi merupakan keresahan yang dialami penulis. Namun, dikemas sedemikian menarik hingga menjadi sebuah artikel yang bersifat informatif. Itulah bedanya orang yang menulis biasa dengan profesi penulis. Penulis mengumpulkan data dan mengelolanya sedemikian rupa hingga menjadi bentuk tulisan.

Penulis merupakan manusia yang bisa melakukan riset dan menghimpun data tersebut, membuat maksud tulisan sampai ke pembaca. Satu hal yang sering orang lupakan adalah penulis manusia yang memiliki hati, sehingga manusia menulis dengan menggunakan “rasa” bukan dengan tools.

Menjadi seorang penulis membuat aku semakin mengenal diriku sendiri, menambah value yang ada pada diri dan mengenal relasi tanpa sekat geografis. Membagi rasa lewat aksara itu menyenangkan. Hal yang tidak bisa dilakukan oleh ChatGPT. Jadi, masihkah kamu tertarik dengan profesi penulis? Apakah kamu yakin akan meninggalkannya?

Tentu saja tidak. Selama orang masih mencari buku dan tulisan lewat Google, penulis masih dibutuhkan. Entah menulis di media cetak atau blog. Baik offline maupun online. Penulis akan selalu bersinar dengan karyanya.

Hal yang mungkin kamu anggap remeh dan tidak bermanfaat, bisa jadi tulisan yang sangat dibutuhkan bagi pembaca. Selain mendapatkan uang dari menulis, ada hal yang lebih membahagiakan jika dibandingkan dengan uang. Meski tidak bisa dipungkiri juga kalau mendapatkan uang dari menulis bisa membuat bahagia.

Terasa tulisan kita dihargai ketika ada yang mengirim pesan berupa pujian seperti “Terima kasih ya, tulisannya sangat bermanfaat.” Bukan hanya memberi pujian, lebih senang lagi jika ada yang membagikan tulisan kita di media sosial. Itu artinya tulisan kita bermanfaat dan masih dibutuhkan oleh pembaca.

BACA JUGA  Menulislah, Ide Itu Begitu Berharga

Meski kini juga banyak orang yang lebih tertarik untuk membuat atau menonton tayangan video berupa reels Instagram, TikTok dan YouTube, peran tulisan tidak pernah tergantikan sama sekali. Tulisan masih berperan penting dalam memberikan informasi baik berupa data maupun hiburan.

Profesi penulis tidak akan sirna selama kita terus mengasah skill yang kita punya. Selalu tingkatkan kemampuan menulis kita agar semakin banyak pembaca yang membaca tulisan kita. Tahukah kamu, satu tulisan saja bisa bermanfaat bagi banyak orang dan menjadi amal jariyah kelak di akhirat, apalagi banyak?

Izinkan aku mengutip quote dari sastrawan legendaris Pramoedya Ananta Toer yang semoga bisa menjadi semangat bagi penulis bahwa, “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dalam masyarakat dan sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”

Aku yakin tujuan setiap penulis yang satu dengan yang lainnya pasti berbeda. Untuk itulah saat kita sedang mengalami burnout dalam menulis selalu ingat tujuan besar kita tersebut. Menulis buatku sendiri adalah sebagai self healing dalam proses penyembuhan luka.

Menulis menjadi alternatif aku untuk menceritakan hal yag tidak menyenangkan menjadi sebuah tulisan. Dari tulisan itu dengan sadar aku berproses menerima kejadian yang tidak menyenangkan tersebut. Tidak disangka, banyak orang yang relate dengan yang aku rasakan. Banyak hal yang berisik di kepala dan aku butuh mengeluarkannya menjadi sebuah tulisan. Setelah menulis ada perasaan lega sudah bisa berbagi dan menuangkannya hingga sampai ke pembaca.

Selain itu, menulis bagiku sebagai aktualisasi diri. Menulis sudah menjadi hobiku sedari kecil. Siapa sangka, hobi menulis tersebut kini bisa menghasilkan dan menjadi profesi. Perjalanan yang tidak mudah, namun sudah bisa dinikmati hasilnya sekarang. Rasanya sayang untuk meninggalkan profesi ini.

Meninggalkan jejak berupa tulisan yang akan diwariskan kepada anak cucu kelak. Sebuah kebanggan tulisan kita nantinya bisa dibaca oleh anak saat dewasa. Mengikat ilmu melalui tulisan, menjadi pengingat di kemudian hari. Apa tujuanmu menulis? Menulislah sebelum mesin menggantikan profesimu.

Alfida Husna
Alfida Husna
Penulis lepas. Mukim di Karawang.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru