28.4 C
Jakarta

Perjalanan Ideologi Ustaz Abdul Somad (UAS): Dari Qaul Qadhim sampai Qaul Jadid

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanPerjalanan Ideologi Ustaz Abdul Somad (UAS): Dari Qaul Qadhim sampai Qaul Jadid
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Seorang penceramah kondang Ustaz Abdul Somad atau yang akrab disapa dengan UAS mendapatkan penolakan (deportasi) dari pemerintahan Singapura beberapa hari yang lalu. Alasan penolakan ini, sebagaimana yang disampaikan pemerintah negara sana, tak lain dan tak bukan berhubungan dengan ceramah UAS beberapa tahun silam.

Ada tiga poin dari beberapa kutipan ceramah UAS yang bertentangan dengan ideologi Singapura: bersatu di tengah keberagaman. Pertama, ceramah UAS yang cenderung ekstrem dan radikal. Kedua, ceramahnya yang mendukung tegaknya sistem Khilafah versi HTI. Ketiga, ceramahnya yang menyulut kebencian orang lain semisal menyebutkan bahwa di dalam salib ada jin kafir.

Kecenderungan ceramah UAS yang bertentangan dengan nilai-nilai keberagaman Singapura membuat penceramah ini tidak mendapatkan ruang yang hangat di negara tersebut. Denny Siregar menyebutkan dalam twittannya kehadiran UAS membuat warga Singapura “jengkel”. Mereka tidak suka melihat kedatangan UAS, meski dia sendiri tidak ada niatan berceramah melainkan hanya berlibur.

Terlepas dari komentar netizen, baik yang pro maupun yang kontra, Singapura berhak mengambil keputusan deportasi tersebut. Sebab, UAS adalah pendatang atau, dengan bahasa yang lebih halus, “tamu”. Sedang, yang punya rumah adalah orang Singapura sendiri. Jadi, tamu diterima masuk atau diminta pulang adalah hak orang yang punya rumah. Tamu tidak berhak mempersoalkan keputusan tuan rumah tersebut.

Melalui kasus UAS itu, ada banyak catatan yang perlu diperhatikan: Pertama, pentingnya mencegah paham-paham radikal-ekstrem. Paham ini berbahaya, bukan hanya kepada orang lain melainkan pula kepada pengusungnya. Bisa-bisa pengusungnya tidak mendapat sambutan yang hangat dan menggembirakan. Karena, orang lain merasa terancam dengan kehadiran pengusung paham itu.

BACA JUGA  Tafsir Lingkungan di Tengah Kebijakan Penguasa

Kedua, pentingnya menegakkan nilai-nilai kemanusiaan. Menegakkan nilai-nilai kemanusiaan jauh lebih penting dibandingkan dakwah yang gemar menebar ujaran kebencian. Nilai-nilai kemanusiaan merupakan nilai-nilai global yang dapat diterima secara luas. Semisal, menghormati orang lain tanpa memandang status agama dan ideologinya. Orang yang terbuka dengan nilai global ini akan mudah diterima oleh orang banyak. Kehadirannya dirindukan, karena ia dianggap sebagai teman yang menyelamatkan.

Ketiga, ceramah hendaknya mendukung sistem negara yang berlaku. Ceramah UAS yang mendukung tegaknya Khilafah melawan sistem negara yang berlaku. Jangankan Singapura yang serba ketat dengan sistem Khilafah, Indonesia saja sudah lama menolak sistem buatan HTI ini. Buktinya, Indonesia membubarkan HTI.

Bahkan, Eko Kuntadhi menyebutkan UAS harus banyak bersyukur masih diterima ceramahnya di Indonesia. Karena, dengan Demokrasi Indonesia membebaskan warganya berpendapat selagi pendapat tersebut tidak mengganggu persatuan dan perdamaian. Lihat saja, UAS selesai ditolak di Singapura berceramah di Madura. Pemerintah tidak melarangnya.

Kritik dan penolakan dapat mengantarkan UAS merefleksikan ceramahnya yang sudah-sudah (qaul qadhim). UAS kemudian merevisi ceramah yang cenderung radikal diganti dengan ceramah baru (qaul jadid) yang cenderung moderat. UAS juga menghapus ceramah yang mengundang kebencian orang lain dengan ceramah yang menggugah jiwa.

Kekeliruan bagi penceramah adalah suatu yang wajar-wajar saja. Manusia memang tercipta dengan potensi salah dan lupa. Sehingga, kesalahan itu dapat diperbaiki di masa mendatang. Tiada manusia yang mulai setelah salah melain mereka yang meminta maaf dan saling memaafkan. Jangan sampai kita terpecah karena kasus deportasi itu.[] Shallallah ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru