28.5 C
Jakarta

Pentingnya Mitigasi Dini Bencana Alam untuk Membangun Negara Yang Tangguh

Artikel Trending

KhazanahOpiniPentingnya Mitigasi Dini Bencana Alam untuk Membangun Negara Yang Tangguh
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Negara Kesatuan Republik Indonesia, jika dilihat dari mata kebencanaan, merupakan “Supermarket Bencana”. Beragam bencana seperti banjir, gempa bumi, tsunami, tanah longsor, erupsi gunung berapi, iklim ekstrem, kebakaran hutan, dan bencana lainnya terus mengintai negeri ini setiap saat.

Fakta ini menyadarkan negeri ini bahwa kita harus mengenal bencana alam tersebut dan mewaspadai dampaknya, khususya efek kerugian yang mengancam korban jiwa dan kerusakan infrastruktur. Upaya dini yang dapat dilakukan masyarakat prabencana adalah melakukan mitigasi bencana.

Kita ingat bencana Megatsunami 26 Desember 2004 yang dapat dikategorikan bencana terbesar yang melanda Ibu Pertiwi di abad 20 ini, yang bahkan negara sahabat seperti Thailand, India, Sri Lanka, dan Maladewa merasakan dampaknya. Megatsunami tersebut merenggut ratusan ribu korban jiwa, puluhan ribu jiwa hilang dan kerugian materil hingga triliunan rupiah.

Tidak hanya bencana bersumber dari dalam bumi, bencana banjir juga terjadi setiap tahun. Sering kali datangnya musim hujan kurang ditanggapi secara kritis oleh masyarakat berisiko, terutama masyarakat DKI Jakarta. Cuaca ekstrem dalam bentuk datangnya hujan dengan intensitas tinggi secara mendadak dalam waktu yang singkat, sering ditemui di Indonesia.

Seiring berkembangnya populasi penduduk dunia dan kemajuan teknologi, beragam bencana alam baru menjadi tinjauan khusus di Indonesia. Pemanasan global, perubahan iklim, badai magnet, dan penurunan kualitas udara menjadi bencana terbaru pada abad ke-21. Rangkaian bencana tersebut kini belum terlalu dirasakan dampaknya.

Namun, akan menjadi bencana besar ketika manusia tidak memahami dan mewaspadai hingga menjadi bencana makro. Tidak dapa dipungkiri, segala upaya mitigas bencana sangat perlu dilakukan seluruh elemen masyarakat Indonesia.

Mitigas bencana adalah usaha untuk mengurangi bahkan meniadakan korban dan kerugian yang mungkin timbul akibat bencana. Prioritas diberikan pada tahap sebelum terjadinya segala jenis bencana, baik yang termasuk ke dalam bencana alam (natural disaster) maupun bencana sebagai akibat perbuatan manusia (man-made disaster).

Bencana yang tidak bisa dihindari dan berpotensi menimbulkan banyak korban adalah bencana alam. Diperkuat data statistik tahun 1815-2013 yang dihimpun Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menunjukkan, gempa bumi, bencana banjir, tanah longsor, dan puting beliung mendominasi jumlah bencana yang pernah terjadi di negeri ini.

BACA JUGA  Memahami Toleransi Beragama dalam Kerangka Filsafat Politik Abad Pertengahan

Informasi dari instansi terkait ada baiknya dimanfaatkan untuk langkah-langkah antisipasif meliputi adaptasi dan mitigasi bencana tektonik ataupun hidrometeorologis. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memberikan pelayanan informasi cuaca hingga peta-peta potensi bencana banjir.

Selain informasi cuaca, BMKG juga memberi informasi dini gempa bumi dan tsunami yang dapat diakses melalui website, pesan singkat via ponsel atau pun melalui email. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) juga memberi informasi terkini aktivitas gunung api aktif di seluruh Indonesia. BNPB hingga kini sangat baik dalam menjalankan tugas utamanya dalam fungsi penanggulangan bencana.

Namun, dalam melakukan mitigasi bencana tidak dapat hanya mengandalkan peran lembaga tertentu, tetapi diperlukan sinergisitas, semangat kerja bersama antara pemerintah dan masyarakat. Seperti dalam mitigasi bencana banjir, pemerintah daerah dan masyarakat harus memperhatikan bangunan pengendali banjir, kondisi saluran air yang tersumbat, pengerukan/pelebaran sungai sebagai langkah antisipatif.

Dalam mitigasi bencana gempa bumi, untuk mengurangi kerusakan dan korban jiwa, pemerintah dan masyarakat dapat berkerja sama meninjau ulang konstruksi bangunan untuk direkonstruksi menjadi bangunan tahan gempabumi. Begitu juga dalam hal mitigasi bencana tsunami, pemerintah dan masyarakat bekerja sama melakukan sosialisasi, penanaman hutan mangrove untuk memecah ombak.

Reboisasi dan terasering juga dapat dilakukan untuk mencegah tanah longsor serta kebakaran hutan. Semua hal itu harus terus dilakukan, selain merupakan salah satu langkah mitigas bencana, hal tersebut dilakukan dalam rangka menjaga keseimbangan ekosistem.

Mitigasi  berbasis kearifan local juga perlu dilakukan. Pembangunan rumah adat tahan gempabumi Omo Hada di lereng gunung api, interpretasi alam melalui aktivitas hewan dan tumbuhan lereng gunung, serta tradisi “smong” atau imbauan dari pemukan adat untuk melarikan diri ke dataran tinggi, juga merupakan salah satu prestasi mitigasi terbaik yang pernah dilakukan masyarakat Indonesia dahulu kala.

Mari kita maksimalkan usaha memahami dan melakukan mitigasi bencana di negeri ini, dalam rangka membangun kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadapa bencana demi terciptanya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tangguh menghadapi bencana.

Tris M, S.Tr., M.Si
Tris M, S.Tr., M.Si
Observer Geofisika Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru