31.2 C
Jakarta

Pentingkah Kita Membela Tuhan yang Maha Kuasa?

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanPentingkah Kita Membela Tuhan yang Maha Kuasa?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Di Indonesia pembelaan terhadap agama menjadi sesuatu yang sangat urgen. Pembelaan terhadap agama disamakan dengan pembelaan terhadap Tuhan. Tidak heran jika banyak ditemukan tuntutan diproses secara hukum atas seseorang yang dianggap menistakan agama.

Salah satunya dulu Pak Ahok yang diklaim sebagai penista agama karena ia mengkritik penafsiran sebagai orang yang dipikir keliru secara metodologis. Ahok memahami bahwa surah al-Maidah ayat 51 tidak menyebutkan larangan menjadikan non-muslim sebagai pemimpin. Seorang kyai yang cukup setuju dengan gagasan Ahok adalah Gus Dur.

Baru-baru ini yang diduga sebagai penistaan agama adalah statemen politisi Ferdinand Hutahaean yang lagi trending di Twitter. Bunyinya begini, “Kasihan sekali Allahmu ternyata lemah harus dibela. Kalau aku sih Allahku luar biasa, maha segalanya. Dialah pembelaku selalu dan Allahku tak perlu dibela.” Twittan ini menjadi trending nomer wahid baru-baru ini. Artinya, masih sangat hangat diperbincangkan.

Twittan Ferdinand mengindikasikan bahwa ia telah melakukan pelecehan terhadap agama (Tuhan yang semestinya dibela oleh sebagian kelompok). Pelecehan ini diyakini mereka sebagai penistaan agama. Sehingga, tidak menutup kemungkinan tagar #TangkapFerdinand sangat menggemparkan di jagat pertwitteran.

Statemen Ferdinand, apapun maksud di balik itu semua hanyalah sebatas opini. Opini akan memiliki dua sisi kesimpulan: benar dan salah. Publik tidak perlu terpancing dengan gagasan Ferdinand yang masih multi-tafsir. Bagi yang tidak setuju, cukuplah meresponnya dengan argumentasi yang logis dan dapat diterima, bukan sebatas menebar statemen provokatif yang kurang bermanfaat.

Sementara, yang setuju dengan gagasan Ferdinand berpandangan bahwa politisi yang satu ini bermaksud menghidupkan kembali gagasan Gus Dur yang pernah membuat kelompok separatis blingsatan alias kejang-kejang. Statemen Gus Dur yang dimaksud tertuang dalam judul bukunya “Agama Tidak Perlu Dibela”. Statemen Gus Dur ini menegur publik yang mulai sibuk membela Tuhan yang sudah Kuasa, sedang mereka lupa membela orang yang lemah dan tertindas.

BACA JUGA  Membangun Jakarta ala Anies Baswedan

Nasehat Gus Dur yang sudah lama ditumpahkan dalam statemen yang cukup singkat tersebut mulai terlupakan. Apalagi, baru saja kita merayakan Haul Gus Dur di Desember yang lalu. Bukti bahwa nasehat Gus Dur ini terlupakan adalah banyaknya masyarakat yang sibuk membela agama yang semestinya tidak perlu dibela. Sehingga, pembelaan ini melupakan kewajibannya untuk menegakkan nilai-nilai kemanusiaan di tengah-tengah masyarakat.

Kekeliruan sebagai orang dalam beragama adalah memandang bahwa agama bersifat ukhrawi dan vertikal. Agama sebatas apa yang berhubungan dengan ketuhanan. Padahal, tidak begitu. Agama memiliki cakupan yang sangat luas. Bisa menyasar kepentingan ukhrawi. Bisa pula menyangkut kepentingan duniawi. Menegakkan nilai-nilai kemanusiaan termasuk implementasi dari beragama yang benar. Hal ini pernah dilakukan Nabi Muhammad dalam menghormati agama orang lain di luar Islam, paling tidak, dengan tidak merusak tempat ibadah mereka.

Sebagai penutup, statemen Ferdinand yang cukup heboh di jagat twitter sesungguhnya menghidupkan kembali nasehat Gus Dur yang mulai terlupakan. Sebagai masyarakat twitter yang cerdas, kita jadikan statemen Ferdinand sebagai refleksi untuk perjalanan keagamaan kita semua. Semakin banyak refleksi, kita akan menemukan kebenaran hakiki: kebenaran yang tidak perlu menyalahkan orang lain.[] Shallallah ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru