31.2 C
Jakarta

Paham Radikalisme Dapat Dicegah dengan Kearifan Lokal

Artikel Trending

AkhbarDaerahPaham Radikalisme Dapat Dicegah dengan Kearifan Lokal
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Depok-Universitas Indonesia (UI) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) melakukan diskusi untuk mencegah dan menangkal paham radikalisme dengan memanfaatkan kearifan lokal setiap daerah.

“Indonesia memiliki kearifan lokal yang dapat menangkal radikalisme dan terorisme,” kata Kepala Makara Art Center Universitas Indonesia (MAC UI) Dr. Ngatawi Al-Zastrow dalam keterangannya, Jumat, 29 April 2022.

Ia mengatakan, ini bukan berarti kearifan lokal menjadi solusi radikalisme dan terorisme, melainkan apakah masyarakat Indonesia mampu memanfaatkannya untuk itu. Kearifan lokal itu ibarat emas dan berlian yang perlu diolah.

Ia bukan sekadar pengetahuan, melainkan ilmu yang dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.  Zastrow menambahkan, kearifan lokal yang termasuk dalam kebudayaan ini harus menjadi ilmu laku. Kebudayaan harus built-in dalam diri, terekspresi dalam laku, dan terwujud dalam kerangka pikir.

Pernyataan Zastrow tersebut disampaikan dalam diskusi “Membingkai Budaya Keberagaman, Meneguhkan NKRI, Menolak NII”. Acara yang diadakan MAC UI berkolaborasi dengan Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) UI dan Badan Penanggulangan Ekstremisme dan Terorisme, Majelis Ulama Indonesia (BPET-MUI) ini disiarkan langsung melalui kanal Youtube.

BACA JUGA  BNPT bersama Pemerintah Aceh Tanggulangi Terorisme

Diskusi yang dihadiri Wakil Ketua BPET-MUI, Dr. K.H. Muslih Nasuha; Ketua Program Studi Kajian Terorisme SKSG UI, M. Syauqillah, Ph.D.; dan Lead Researcher of Terrorism and Political Violence Galatea Thinktank, Ulta Levenia, tersebut membahas upaya membendung munculnya paham radikalisme.

Menurut Syauqillah, semua organisasi teror di Indonesia memiliki akar yang sama meski diekspresikan dengan cara berbeda. Berbagai organisasi sebetulnya memiliki ideologi yang sama, yaitu membentuk pemerintahan khilafah atau daulah. Kesamaan tujuan ini membuat anggota organisasi tertentu mudah berpindah ke antarorganisasi serupa.

Tumbuhnya organisasi radikal di Indonesia disebabkan adanya pemahaman yang keliru atas ajaran agama. Dalam Islam, misalnya, dasar-dasarnya jelas merujuk ke Al-Qur’an dan Hadits. Namun, ketika penyampaiannya salah, pemahaman aturannya pun bisa keliru, katanya.

Proses penyampaian ajaran agama membutuhkan budaya agar mudah dimengerti masyarakat. Kepiawaian ustadz, kiai, dan ulama juga ditantang agar pesan yang disampaikan dipahami dengan tepat, ujarnya.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru