29 C
Jakarta

Orang Moderat dan Non-Moderat, Apa Perbedaannya?

Artikel Trending

KhazanahOpiniOrang Moderat dan Non-Moderat, Apa Perbedaannya?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Pada dasarnya moderasi bukanlah hal yang baru bagi umat beragama, terlebih di era-era sekarang. Namun, masih terdapat beberapa fenomena yang terjadi akibat kurangnya wawasan mengenai sikap moderasi beragama, terutama dalam dimensi kemanusiaan. Misal hanya karena salah dalam berucap dan berperilaku dapat mengakibatkan perpecahan antarumat.

Pengetahuan mengenai sikap moderasi ini, memang seharusnya dipelajari, dipahami, dan dipertahankan. Terutama untuk menghindari kesalahpahaman, sehingga mampu menciptakan toleransi yang tinggi, dan menjadi umat beragama yang damai tanpa menjatuhkan pihak manapun.

Perspektif Moderat dan Non-Moderat

Untuk mewujudkan keseimbangan dalam semua perkara hidup beragama dan bermasyarakat, tentu sangatlah penting untuk menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Lantas, seperti apa orang moderat dalam memahami nilai kemanusiaan? Apakah sama dengan cara pandang nilai kemanusiaan orang non moderat? Seperti apa dampak dari perbedaan itu bagi masyarakat?

Tentu saja berbeda, orang yang memiliki sikap moderat bukan menjadi pertanda lemahnya dalam beragama. Bukan juga mengutamakan kebebasan dan terbuka. Hanya saja dalam beragama, orang moderat lebih serius dan sungguh-sungguh jika mengamalkan semua ajarannya, dan selalu memiliki sikap toleran sesama umat beragama.

Sedangkan orang non-moderat mereka cenderung tidak memedulikan seberapa pentingnya nilai kemanusiaan dan bersifat ekstrem dalam beragama. Padahal, jika terbentuk suatu pemahaman kemanusiaan yang baik otomatis menciptakan suatu perdamaian yang abadi tanpa perpecahan.

Kadar Kemanusiaan

Sikap moderat merupakan sikap yang berada di jalan tengah, tidak memihak dari sisi mana pun atau kubu siapa pun. Orang yang memiliki sikap moderat dapat dilihat dari kebiasaan sehari-hari ketika hidup bermasyarakat. Seperti tidak ada batasan untuk bersosialisasi dengan orang yang berbeda keyakinan, contoh kecil sebagaimana NU dan Muhammadiyah dalam menentukan hari raya pun mereka juga melakukan cara yang berbeda.

Sebaliknya, orang non moderat juga dapat dilihat dalam keseharian mereka. Mereka merasa paling benar, dan paling merasa jika kubu merekalah yang paling berada di jalan yang sesungguhnya.

Contohnya mengatakan kepada orang lain yang tidak sejalan dengan pikiran mereka dengan sebutan kafir dan dosa besar, menolak setiap pendapat yang tidak sesuai dengan pendapat mereka, berprasangka buruk, memandang bahwa orang yang berkulit putih itu lebih baik daripada orang yang berkulit hitam, dan banyak hal lainnya.

Pada intinya, orang-orang non-moderat akan selalu merasa di atas, memiliki tabiat merendahkan, memusuhi orang lain. Lebih ekstremnya ialah tidak memberikan celah untuk orang lain menuangkan pemikirannya.

Kemanusiaan dalam Realitas

Orang yang memiliki sikap moderat sangat berkontribusi dalam menjaga keseimbangan ketika menghadapi sesuatu dari berbagai situasi. Mereka dapat mengambil keputusan yang tepat dan bijaksana. Tanpa adanya orang moderat pasti suatu keributan akan terus terjadi, dan tidak menciptakan umat beragama yang damai.

BACA JUGA  Menjaga Toleransi: Refleksi Keberagaman di Bulan Ramadan

Terdapat bukti nyata betapa beruntungnya indonesia pernah memiliki orang moderat, seperti halnya Munir Said Thalib sebagai pejuang HAM kelas dunia, yang pada tahun 2000 telah berhasil mengampanyekan toleransi dan anti kekerasan, dan pada tahun 2000 juga Munir mendapatkan penghargaan “The Fight Livelihood Award” dari Swedia untuk pengembangan kontrol sipil atas militer dan promosi HAM.

Setelah lulus kuliah, beliau bekerja di LBH Surabaya Bos Malang, beliau berhasil membangun jaringan buruh yang luas di wilayah Surabaya, Sidoarjo, Malang, dan Gresik yang dikenal sebagai daerah kantong buruh di Jawa Timur. Beliau menggerakkan buruh untuk organisasi dan melihatkan haknya sebagai pekerja agar tidak ditindas oleh pemilik perusahaan. Tidak hanya buruh, beliau juga aktif membela petani, nelayan dan kelompok marjinal lain di Jawa Timur.

Terlihat pada sisi lain mengenai bukti mengerikan tentang orang-orang non moderat,  misal yang baru-baru saja ini terjadi di Gaza berupa perlakuan anarkis dan tidak berperikemanusiaan.

Tercatat Israel melemparkan serangan udara ke Gaza waktu subuh yang menyerang gedung apartemen berlantai lima. Israel melakukan tembakan lebih dari 130 target yang mengakibatkan tewasnya 24 jiwa, 3 di antaranya merupakan komandan jihad Palestina.

Ternyata serangan ini menjadi serangan terberat dalam sembilan bulan terakhir. Israel menyebut hal ini sebagai aksi balas dendam serangan jihad Palestina yang pada 10 Mei yang menembakkan lebih dari 460 roket ke Israel.

Tindakan kejam Israel tersebut mengingatkan sebuah tulisan dalam buku “Moderat Dan Prinsip Kemudahan” karya Prof Dr. Mohammed Mohammed Emam Dawood, Dkk bahwa, banyaknya kejadian ekstrem dapat menyebabkan munculnya kekerasan dan teror yang akan membuat seluruh tatanan masyarakat modern berantakan.

Urgensi Moderasi

Lahirnya orang-orang non moderat ini disebabkan karena beberapa faktor, seperti faktor pemikiran: contohnya tidak memahami bagaimana cara berperikemanusiaan yang baik. Faktor psikologis: contoh minimnya kepuasan batin yang diterima sedari kecil. Faktor sosial: contoh bagaimana keberadaan seseorang dilabeli di lingkungan tersebut dan bagaimana cara pandang masyarakat terhadap kemanusiaan.

Selain itu orang moderat juga lahir karena didukung oleh pengetahuan dan lingkungan yang memiliki sikap moderat tinggi. Maka, dengan mulai memperbaiki pola pikir diri kita dan orang-orang terdekat, masyarakat masih selalu memiliki kesempatan. Sebuah kesempatan emas untuk membentuk masa depan yang dominan toleransi dan moderasi.

Shofi’ul Ana
Shofi’ul Ana
Mahasiswi Prodi Tadris Bahasa Indonesia UIN Raden Mas Said Surakarta

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru