29.2 C
Jakarta

Menjaga Toleransi: Refleksi Keberagaman di Bulan Ramadan

Artikel Trending

KhazanahOpiniMenjaga Toleransi: Refleksi Keberagaman di Bulan Ramadan
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Bulan Ramadan adalah bulan yang penuh berkah dan dinanti-nantikan oleh umat Islam di seluruh dunia. Umat Islam diwajibkan untuk berpuasa di bulan Ramadan, dianjurkan untuk meningkatkan laku-laku spiritual, ibadah kepada Allah, dan berbuat baik kepada siapa pun. Tidak ada batasan dalam beribadah kepada Allah. Maka penting untuk seluruh umat Islam fastabiqul khairat (berlomba-lomba dalam melakukan kebaikan) di bulan Ramadan ini.

Rasulullah bersabda, “Setiap amalan kebaikan anak Adam (manusia) akan dilipatgandakan dengan 10 kebaikan yang semisal hingga 700 kali lipat. Allah Ta’ala berfirman ‘Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi’.” (H.R. Bukhari).

Artinya, Allah akan memberikan pahala yang dilipatgandakan kepada orang yang berbuat kebaikan di bulan suci ini. Berbeda dengan perbuatan baik di bulan yang lain, tidak akan mendapatkan pelipatan ganda seperti layaknya perbuatan baik di bulan Ramadan.

Uniknya, Ramadan di Indonesia adalah tempat untuk meningkatkan toleransi beragama. Karena seperti kita tahu, bahwa di negara ini banyak sekali umat beragama selain Islam. Yang tercatat secara resmi ada lima agama, yakni Islam, Kristen, Hindu, Buddha, dan Kong Hu Chu.

Selain itu, yang tidak tercatat pun masih banyak, seperti Sunda Wiwitan, Kejawen, Karapun, dan lainnya. Momen bulan suci Ramadan dapat menjadi waktu bagi Muslim dan non-Muslim untuk merenungkan nilai-nilai toleransi, menghormati keberagaman agama, dan memperkuat hubungan antarumat beragama.

Nonis Ikut War Takjil

Baru-baru ini viral konten-konten di media sosial yang memperlihatkan orang non-Islam ikut berbondong-bondong mencari takjil di bulan suci Ramadan. Mencari takjil sebelum berbuka puasa, sudah menjadi tradisi di berbagai wilayah di Indonesia. Biasanya para penjual takjil membuka lapaknya dimulai dari jam 4 sore sampai azan Magrib.

Uniknya, yang berburu takjil tidak hanya orang Islam, Nonis pun mencari takjil. Hal tersebut menjadi unik karena menunjukkan bahwa di dalam perbedaan agama tidak perlu untuk saling merendahkan, merasa paling benar, kita perlu untuk saling merangkul satu sama lain.

Pentingnya Toleransi di Bulan Ramadan

Orang yang berpaham radikal dan ekstrem tentu tidak senang dengan momen toleransi yang sedang mencuat ke publik tersebut. Mereka beranggapan bahwa non-Islam bukan saudara kita. Mereka menganggap bahwa Ramadan hanya milik orang Islam saja. Non-Islam tidak boleh berbagi atau berbuat kebaikan. Padahal, mereka adalah saudara kita, dalam lingkup kemanusiaan. Untuk menyelamatkan Muslim dari radikalisme dan ekstremisme, penting sekali untuk meningkatkan rasa toleransi di bulan Ramadan ini.

Toleransi adalah sebuah pakem penting dalam membangun masyarakat yang toleran dan inklusif. Bulan suci ini adalah waktu untuk menghayati lebih dalam makna toleransi konteks perbedaan keyakinan. Di bulan ini adalah waktu untuk umat Islam berbagi nilai-nilai kebaikan, kepedulian kepada sesama manusia.

Toleransi di bulan Ramadan ini tidak hanya menghormati praktik keagamaan orang yang berbeda keyakinan, tetapi juga menjadi momen untuk menunjukkan kepada sesama Muslim, atau non-Islam bahwa Islam adalah agama yang penuh dengan kasih sayang, berbagi kebaikan kepada siapa saja, tanpa memandang agama, ras, dan suku. Hal tersebut dapat menjadi motivasi bagi Muslim lainnya untuk juga berbagi kebaikan, kasih sayang bagi semua umat.

BACA JUGA  Manifesto Perbedaan Hari Raya Idulfitri, Masih Perlukah Penetapan?

Menghargai Keberagaman

Bulan Ramadan juga merupakan waktu yang tepat untuk menghargai keberagaman agama. Kita bisa melihat bagaimana Muslim dan non-Muslim saling mendukung dan berbagi kebahagiaan selama bulan suci ini. Warung-warung makan, restoran, menyediakan hidangan berbuka bagi umat Muslim meskipun yang punya resto tersebut adalah non-Muslim. Umat Islam juga memberikan takjil gratis di jalan-jalan atau di masjid, dibagi tidak hanya bagi umat Muslim, tapi juga umat non-Muslim yang sedang beraktivitas di jalan.

Ini adalah momen yang baik dan indah, dimana perbedaan agama menjadi sumber rezeki, dan menjadi ladang berbagi bagi sesama, bukan sumber berkonflik, saling merendahkan, dan saling mencaci. Ramadan memberikan kita semua kesempatan untuk saling mengambil hikmah dan pelajaran antar umat beragama, untuk saling menghargai dan selalu menyebarkan kenyamananan dan kedamaian antarumat.

Tantangan dalam Toleransi

Toleransi yang kita lihat di bulan Ramadan yang dilakukan banyak orang memiliki tantangan dalam mempertahankannya. Dalam beberapa tahun yang sudah lampau, kita disuguhi beberapa kejadian intoleransi dan kekerasan berbasis agama di Indonesia secara khusus dan di dunia secara umum. Kejadian tersebut berupa serangan ke rumah-rumah ibadah, persekusi terhadap umat beragama minoritas, dan sikap prejudis kepada umat beragama lain.

Peristiwa tersebut sudah menjadi tantangan bagi kita semua untuk bertindak bersama, untuk tidak memerangi intoleransi dan ekstremisme agama. Pendidikan tentang toleransi, saling menghargai satu sama lain antar umat beragama, harus senantiasa diperkuat di kalangan masyarakat.

Peran pemimpin agama juga vital dalam menanamkan nilai-nilai toleransi di masyarakat. Mereka harus memberikan didikan kepada umat, tentang pentingnya saling menghargai antarumat. Mereka adalah pimpinan bagi umat beragama. Di sisi lain harus memberikan pemahaman, juga harus memberikan contoh aksi-aksi nyata nilai toleransi terhadap umat. Sehingga masyarakat akan meniru pemimpin agamanya yang sudah melakukan aksi toleransi kepada umat beragama lain.

Peran Individu Menjaga Toleransi

Setiap individu memiliki peran fundamental dalam membangun atau menjaga semangat toleransi di tengah masyarakat. Keterbukaan, empati, dan penghargaan terhadap perbedaan, akan membantu kita membangun atau mempertahankan nilai-nilai toleransi di masyarakat yang notabene mempunyai perbedaan keyakinan dalam hal agama.

Bulan Ramadan dijadikan kesempatan untuk mempererat hubungan antarumat beragama. Dalam hal mencari takjil misalnya, masyarakat non-Islam juga ikut mencari takjil yang sebenarnya untuk masyarakat Islam yang sedang berpuasa.

Dengan bergabungnya mereka membeli takjil, maka mereka secara tidak langsung dapat berinteraksi dengan orang Islam. Maka terjalinnya hubungan saling menghargai antarumat beragama pada waktu tersebut. Maka tidak etis apabila ada larangan bagi umat non-Islam untuk ikut membeli takjil atau ikut buka bersama gratis di masjid-masjid.

Bulan suci ini juga mengajarkan kita, umat Islam, untuk mengendalikan hawa nafsu, menahan diri dari tindakan yang dapat menimbulkan konflik antarumat beragama, ketidaknyamanan bagi umat beragama lainnya. Jadi di bulan ini umat Islam harus belajar untuk menahan nafsu dari hal-hal yang berbau intoleransi, permusuhan, kebencian terhadap agama lain. Sehingga dengan adanya bulan Ramadan, dapat mempererat kerukunan antarumat beragama di Indonesia.

Bagis Syarof, S.H
Bagis Syarof, S.H
Alumni Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru