27.8 C
Jakarta

Munajat Kubro 212: Waspada Penumpang Gelap yang Bergerak untuk Mengacaukan Indonesia

Artikel Trending

KhazanahTelaahMunajat Kubro 212: Waspada Penumpang Gelap yang Bergerak untuk Mengacaukan Indonesia
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Persaudaraan Alumni (PA) 212 menggelar Munajat Kubro di Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat, Sabtu (2/12) kemarin. Aksi dilakukan dengan beberapa rangkaian kegiatan yang dimulai sejak pagi. Para demonstran memadati tempat sejak pukul 03.00 WIB, dan melakukan salat tahajud bersama serta salat Subuh berjemaah. Aksi ini ditutup dengan pembacaan doa pada pukul 09.10 WIB. Panitia juga menghimbau supaya para peserta demonstran tidak meninggalkan sampah untuk menjaga kebersihan.

Munajat Kubro 212 ini, digelar sebagai aksi solidaritas untuk Palestina. Seperti aksi damai Palestina lain di berbagai daerah lainnya, tidak ada anarkisme dan premanisme dalam demonstrasi ini. Kenyataan itu juga ditegaskan oleh Ketua Komite Habib Muhammad bahwa, acara Munajat Kubro 212 ini demi kemenangan Palestina dan keselamatan NKRI, ikhtiar pintu langit dan pembuktikan keberpihakan masyarakat Indonesia dalam menentang penjajahan zionis Israel yang sangat biadab.

Dalam aksi ini pula, sebanyak 5.734 personel gabungan dikerahkan untuk mengamankan acara tersebut untuk mengantisipasi kemacetan. Mereka mengenakan pakaian Muslim warna putih-hitam. Sambil membawa bendera Indonesia dan Palestina, mereka secara serentak membaca lantunan shalawat. “Palestina merdeka! Palestina merdeka,” teriak para demonstran.

Melihat aksi ini, sebenarnya tidak ada masalah dalam konteks Indonesia. Kebebasan berekspresi dan berpendapat dalam negara demokrasi, menjadi salah satu hal yang perlu dijunjung untuk terus digemakan oleh bangsa Indonesia. Namun, di tengah aksi ini, muncul berbagai kekhawatiran yang harus menjadi perhatian bersama.

Waspadai Penumpang Gelap

Seperti yang kita ketahui bahwa, aksi bela Islam 212 yang berlangsung pada tahun 2016 silam, merupakan gerakan yang bersifat nasional dan menyasar posisi-posisi elite nasional pada setiap tuntutan dan wacana yang diusung. Aksi itu merupakan gerakan yang dilakukan untuk melawan dominasi penguasa.

BACA JUGA  Militansi Muslimah Eks HTI dalam Penyebaran Ideologi

Meski begitu, melalui aksi itu kita melihat emosi umat Islam yang merasa kitab sucinya dihina oleh penguasa, sehingga menciptakan polarisasi dan segregasi yang kuat antara kelompok Islam.

Fenomena bangkitnya populisme Islam pada gerakan 212, memberi arti bahwa Islam dianggap sebagai gerakan yang dapat diandalkan untuk mengartikulasikan kepentingan masyarakat dalam menghadapi era neoliberalisme. Islam dijadikan sebagai kendaraaan untuk melakukan perlawanan terhadap penguasa yang dianggap sangat tidak layak untuk menjadi pemimpin di Indonesia.

Dengan massa yang cukup besar, yakni masyarakat Muslim Indonesia, gerakan ini cukup mampu menjadi jawaban bahwa, masyarakat Muslim mampu membuat perubahan yang begitu besar.

Meski begitu, kita perlu belajar dari aksi bela Islam 212. Munajat Kubro 212 perlu dilihat bagaimana ke depan, populisme dibawa dari kegiatan tersebut. Kondusivitas dan yang dibawa oleh aksi ini, tidak hanya dilihat sebagai bagian dari gerakan perdamaian semata. Perlu melihat juga kelompok radikalisme, terorisme, yang dikhawatirkan menunggangi kegiatan ini.

Terlepas dari apa pun alasannya, kegiatan ini sangat tidak bertentangan dengan demokrasi di Indonesia. Sekali lagi, populis yang terlihat samar secara eksistensi, namun membawa dampak yang begitu besar terhadap kondisi sosial, perlu menjadi perhatian bersama masyarakat Indonesia.

Narasi-narasi kaum radikal yang ingin menunggangi aksi Munajat Kubra 212 ini, adalah penumpang gelap yang memanfaatkan momentum dan ingin merebut suara Muslim untuk kepentingan kelompok. Ini saatnya masyarakat harus cerdas dalam melihat fenomena sosial. Tidak masalah, apabila ikut serta dalam aksi Munajat Kubra 212.

Namun, jangan sampai terlena oleh kelompok yang menyebarkan narasi propagandis dan memecah belah persatuan dan kesatuan masyarakat Indonesia. Mari terus jaga persatuan. Apalagi, menghadapi Pemilu yang akan datang, rentan sekali kelompok pengacau NKRI datang. Wallahu A’lam.

Muallifah
Muallifah
Aktivis perempuan. Bisa disapa melalui Instagram @muallifah_ifa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru