27.2 C
Jakarta

Mewaspadai Bibit Radikalisme di Kalangan Anak Muda

Artikel Trending

KhazanahResensi BukuMewaspadai Bibit Radikalisme di Kalangan Anak Muda
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF
Judul Buku: 21 Kesalahan Orang Tua dalam Mendidik Anak yang Tidak Sesuai dengan Quran Hadis, Penulis: Najamuddin Muhammad, Penerbit: Araska, Cetakan: I, Maret 2022, Tebal: 236 halaman, ISBN: 978-623-7537-91-5, Peresensi: Sam Edy Yuswanto.

Harakatuna.com – Radikalisme termasuk gerakan yang sangat membahayakan generasi muda bangsa. Biasanya, perilaku atau sikap radikalisme berawal dari pemahaman agama yang keliru. Menurut pandangan saya, ajaran radikalisme disusupkan oleh orang-orang yang tidak menyukai adanya perbedaan pendapat, atau mereka yang menganut aliran agama yang sangat kaku dan keras. Sehingga setiap hal yang bertentangan dengan pemahaman mereka, akan ditentang habis-habisan bahkan dilawan alias diperangi.

Arti radikalisme bila merujuk keterangan M. Prawiro (Maxmanroe.com, 22/06/2022) secara sederhana adalah suatu paham yang menghendaki adanya perubahan atau pergantian secara ekstrim terhadap suatu sistem masyarakat hingga ke akarnya. Radikalisme adalah satu masalah sosial yang menghantui kehidupan masyarakat di Indonesia dan dunia. Adanya globalisasi menjadi salah satu pemicu munculnya paham atau ideologi radikalisme, baik dalam kehidupan sosial maupun politik.

Sri Lestari dalam tulisannya (BBC News Indonesia, 18/2/2016) menjelaskan keterangan Anas Saidi, peneliti LIPI, bahwa kalangan anak muda Indonesia makin mengalami radikalisme secara ideologis dan makin tak toleran, sementara perguruan tinggi banyak dikuasai oleh kelompok garis keras. Paham radikalisme ini terjadi karena proses Islamisasi yang dilakukan di kalangan anak muda ini berlangsung secara tertutup, dan cenderung tidak terbuka pada pandangan Islam lainnya, apalagi yang berbeda keyakinannya.

Lantas, bagaimana caranya agar anak-anak muda bangsa ini tak terpapar aliran radikalisme yang begitu meresahkan tersebut? Menurut saya, sejak dini anak-anak harus mendapatkan pendidikan agama yang layak dari orang tuanya. Jangan sampai orang tua hanya mengandalkan pendidikan yang ada di sekolah-sekolah hingga perguruan tinggi saja.

Ketika anak sudah mendapatkan bimbingan pendidikan agama yang baik sejak di lingkungan keluarganya, saya yakin hal tersebut dapat menjadi semacam benteng yang cukup kuat bagi anak saat berada di luar rumah. Artinya, ketika di sekolah atau perguruan tinggi, mereka tidak akan mudah terkecoh atau terpengaruh dengan munculnya aliran-aliran keras yang disusupkan oleh sebagian orang yang tak menyukai adanya keragaman dan perbedaan di tengah masyarakat.

Mengenalkan akhlak terpuji yang dimiliki oleh Nabi Muhammad Saw. kepada anak-anak sejak usia dini misalnya, dapat dilakukan oleh para orang tua sebagai upaya membentengi mereka dari sikap keras terhadap sesama yang berbeda pendapat dan keyakinan. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa Rasulullah Saw. adalah pribadi yang begitu menyayangi sesama dan menghormati perbedaan. Terhadap nonmuslim saja beliau begitu menghormati, apalagi terhadap sesama muslim.

BACA JUGA  Peran Pesantren dalam Memberangus Radikalisme-Ekstremisme

Ada dua alasan, mengapa orang tua penting memperkenalkan dengan sungguh-sungguh tentang sosok Rasulullah Saw. pada anak-anaknya. Pertama, menanamkan keteladanan beliau agar menjadi tokoh yang menginspirasi perilaku keseharian anak-anak.

Kedua, agar mereka memiliki kecintaan pada orang-orang saleh, di mana dengan kecintaan itu mereka akan meniru perilaku orang-orang yang dicintainya. Seseorang yang mencintai orang lain maka ia akan berusaha selalu menyamakan sikap dan komitmen. Tujuannya agar di antara mereka tak terjadi perpecahan yang akan mengakibatkan terputusnya hubungan.

Nilai-nilai kecintaan pada Rasulullah inilah yang diharapkan tumbuh di hati anak-anak kita. Anak-anak yang memiliki rasa cinta pada Rasulullah akan selalu menyebut-nyebut nama beliau, meniru perilakunya, bersikap sebagaimana sikap yang ditunjukkan oleh beliau (halaman 67-69).

Mengajarkan Alquran sejak usia dini pada anak-anak juga dapat membentengi mereka dari aliran keras dan perilaku radikalisme. Dalam buku “21 Kesalahan Orang Tua dalam Mendidik Anak yang Tidak Sesuai dengan Quran Hadis” karya Najamuddin Muhammad dijelaskan dua alasan mengapa orang tua harus mendidik atau mengajarkan Alquran kepada anak-anaknya:

Pertama, untuk membentengi anak dari hal-hal yang dapat merusak akidah mereka serta untuk membekali mereka dengan ilmu tingkah laku dan sikap-sikap yang menyelamatkan serta untuk mengatur atau memperbaiki bagaimana mereka beribadah kepada Allah Swt. Kedua, pentingnya orang tua mengajarkan Alquran kepada anak tidak lain untuk menjadikan mereka sebagai manusia yang bakal mendapatkan derajat kesalehan di hadapan Allah, baik ketika mereka masih hidup di dunia dan terutama kelak di akhirat.

Semoga terbitnya buku ini dapat menjadi salah satu panduan atau referensi yang bermanfaat bagi para orang tua dalam memberikan pendidikan agama kepada anak-anaknya sejak usia dini di rumah. Dengan pendidikan dan pemahaman agama yang baik dari rumah, diharapkan dapat membentengi anak-anak generasi muda penerus bangsa dari aksi-aksi radikalisme yang sangat membahayakan keamanan dan kerukunan umat beragama di negeri ini.

Sam Edy Yuswanto
Sam Edy Yuswanto
Bermukim di Kebumen, tulisannya dalam berbagai genre tersebar di berbagai media, lokal hingga nasional, antara lain: Koran Sindo, Jawa Pos, Republika, Kompas Anak, Jateng Pos, Radar Banyumas, Merapi, Minggu Pagi, Suara Merdeka, Kedaulatan Rakyat, dll.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru