28.8 C
Jakarta

Merebut Suara Anak Muda dalam Kontestasi Dakwah di Media Sosial

Artikel Trending

KhazanahTelaahMerebut Suara Anak Muda dalam Kontestasi Dakwah di Media Sosial
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.comDi TikTok ataupun di Instagram, sedang ramai cuplikan dakwah yang diampu oleh ustaz Hanan Attaki, kisah seorang perempuan muda yang ditinggalkan oleh suaminya, demi berbakti kepada orang tua.

Saya yang mendengarkan kisah tersebut, rasanya seperti tidak mampu untuk mendengarkan secara penuh lantaran kasihan, terharu dan perasaan campur aduk lainnya. Namun, bukan kisah itu yang ingin saya utarakan, melainkan euforia yang begitu besar dari anak muda untuk bergabung dalam forum dakwah tersebut.

Di TikTok, melalui FYP akun saya, gambaran forum dakwah yang diikuti oleh anak muda, begitu besar pengaruhnya terhadap minat anak muda. Ketertarikan itu tidak lepas dari tema yang diangkat dalam kajian, serta tokoh yang hadir adalah influencer yang memiliki banyak followers di media sosial.

Namun, ada beberapa perbandingan yang saya kira begitu urgent untuk di-highlight dalam tulisan ini terkait forum pengajian anak muda dengan tipe pengajian yang biasa diikuti oleh masyarakat umum.

Pertama, ruang privat yang disediakan sangat cocok belajar agama. Jika dalam forum pengajian biasanya yang kita lihat diadakan di lapangan atau lahan begitu luas, sehingga bisa menjangkau ribuan orang, berbeda dengan strategi dakwah dengan target anak muda.

Dakwah dengan model pemberian slot terbatas kepada peserta, serta letak tempat yang biasanya di ballroom hotel atau aula dengan kapasitas terbatas, membuat anak muda rela menyisihkan waktu untuk ikut forum kajian.

Selain dari segi tempat memberikan kenyamanan agar tidak berdesak-desakan seperti pengajian yang diadakan di lapangan atau lahan yang luas, melalui ketetapan pembatasan kuota, menjadikan minat yang cukup tinggi dari kalangan anak muda.

Kedua, jika ada pepatah bahwa sesuatu yang berbayar akan membuat seseorang merasa sayang untuk meninggalkan sesuatu dan lebih bermakna dibandingkan dengan yang gratis, maka itu benar adanya.

Kajian-kajian anak muda, dengan kuota terbatas serta penarikan harga tiket masuk, membuat seseorang semakin sayang untuk meninggalkan kajian tersebut. Meskipun demikian, ada banyak fasilitas yang didapatkan dari pembayaran tiket masuk, seperti: snack, minuman, hingga e-sertifikat serta tempat yang begitu nyaman.

Rasanya bagi alumni pesantren, sangat tidak terbiasa ikut kajian mendapatkan sertifikat. Kadang terbesit dalam pikiran, bagaimana jadinya jika dulu ikut ngaji di pondok mendapatkan e-sertifikat.

Rasanya, ribuan sertifikat akan kita kumpulkan karena aktivitas ngaji yang sudah kita lakukan. Namun, lagi-lagi hal yang tidak terbiasa perlu kita lakukan dengan menyebut bahwa inilah strategi dakwah yang perlu diterapkan untuk merebut suara anak muda.

BACA JUGA  Idulfitri: Rajut Silaturahmi dengan Sikap Toleran Antarumat Beragama

Ketiga, tema yang diangkat dalam kajian sangat friendly kepada anak muda, mulai dari kesehatan mental, persiapan pernikahan hingga kehidupan jomblo dengan perjalanan hijrah yang begitu menyentuh hati. Tentu, keresahan semacam ini dialami oleh anak muda.

Di samping karena hausnya spiritual yang begitu besar, media sosial menjadi salah satu faktor yang membuat penggunanya terdistraksi dengan berbagai informasi yang ada di dalamnya. Pengajian bisa menjadi ruang healing bagi kaum beragama untuk mengembalikan titik permasalahan hidup kepada Sang Pencipta.

Di samping itu, strategi lain yang bisa dilihat hadirnya influencer muda yang menampilkan gaya hidup Islam kekinian menjadi daya tarik yang begitu besar. Tokoh-tokoh pasangan dengan penampilan syar’i, namun tetap mengikuti zaman menjadi potret ciamik, menunjukkan bahwa seseorang yang mengikuti ajaran agama masih bisa tetap keren dan tidak ketinggalan zaman.

Gaya hidup seperti kisah pertemuan dari pernikahan yang dijalani, mulai dari taaruf, hingga kehidupan pernikahan yang begitu didamba oleh banyak anak muda, semakin menambah minat anak muda untuk ikut dalam forum.

Kalangan Muslim urban menjadi salah satu populasi masyarakat Muslim yang turut serta menyemarakkan kesalehan publik dalam ruang masyarakat sehingga memiliki dampak terhadap kehidupan sosial keberagamaan.

Suara Anak Muda, Mau Dibawa Kemana?

Strategi dakwah di atas, adalah suatu fakta yang tidak terbantahkan dari kenyataan geliat anak muda menyukai pengajian keagamaan. Namun, perebutan suara anak muda yang begitu besar ini, perlu untuk dipertanyakan, mau dibawa kemana ketika melihat persoalan sosial yang terjadi?

Dalam konflik Palestina, misalnya. Bagaimana suara anak muda untuk menyikapi persoalan Palestina. Jangan sampai ikut-ikutan bersuara untuk menegakkan khilafah sebagai solusi dari konflik yang berkepanjangan itu.

Dalam menghadapi tahun politik, bagaimana suara anak muda? Barangkali ada yang berpikir bahwa irisannya terlalu jauh jika dikaitkan dengan forum keagamaan. Akan tetapi, anak muda adalah kelompok strategis yang perlu disorot dalam melihat suatu fenomena sosial.

Anak muda perlu lirik dan dilibatkan, serta diperhitungkan. Selain karena populasinya yang begitu besar, gagasan dan militansi yang dimiliki oleh anak muda sangat tinggi. Dengan demikian, forum keagamaan menjadi salah satu ruang perebutan suara anak muda dalam menyikapi fenomena sosial yang terjadi. Wallahu A’lam.

Muallifah
Muallifah
Aktivis perempuan. Bisa disapa melalui Instagram @muallifah_ifa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru