32.5 C
Jakarta

Mengonstruksi Ruang Digital yang Steril dari Ekstremisme-Terorisme

Artikel Trending

KhazanahPerspektifMengonstruksi Ruang Digital yang Steril dari Ekstremisme-Terorisme
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Salah satu tantangan terberat pemberantasan ekstremisme di era modern ini adalah upaya pencegahan indoktrinasi ideologi di ruang digital. Di balik fungsinya yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia, media digital juga menyimpan dampak berbahaya jika digunakan oleh kelompok radikal untuk memperkuat basis dan pengaruh mereka.

Kehadiran media digital telah merubah cara manusia untuk berinteraksi dan mendapatkan pengetahuan lewat akses terhadap informasi apa pun dengan cepat dan sangat mudah. Keterbatasan jarak dan masalah biaya bukan lagi kendala. 

Platform-platform yang disediakan dalam ruang digital membuat setiap individu dari latar belakang yang berbeda dapat saling saling terhubung, belajar satu sama lain, dan berpartisipasi dalam diskusi global.

Namun di sisi lainnya, ruang digital juga memberikan kesempatan yang besar kepada kelompok radikal untuk menyebarkan paham ekstremismenya. Mereka dengan bebas menyebarkan pesan mereka dengan narasi yang kuat serta dapat melakukan interaksi secara persuasif di berbagai belahan dunia karena sudah tidak terkendala oleh batas fisik dan komunikasi.

Ruang digital memang sudah menjadi ladang subur menyebarkan paham radikalisme kepada masyarakat awam. Dari data yang  diambil dari Kementerian Kominfo, menunjukkan selama tahun 2018, sudah dilakukan pemblokiran konten yang mengandung radikalisme dan terorisme sebanyak 10.499 konten. Terdiri dari 7.160 konten di Facebook dan Instagram, 1.316 konten di Twitter, 677 konten di YouTube, 502 konten di Telegram, 502 konten di filesharing, dan 292 konten di situs website.

Hegemoni Media Digital

Dalam kehidupan manusia yang terus berkembang, saat ini media digital memiliki kekuatan yang besar untuk mengatur dan membentuk akal pikiran serta perilaku masyarakat. Konten di media digital yang berisi berbagai informasi dan pesan-pesan tertentu secara aktif membentuk identitas, nilai-nilai, dan pandangan individu terhadap dunia. 

Seperti ungkapan Herbert Marshall McLuhan seorang ilmuwan komunikasi dan kritikus asal Edmonton, Kanada. Marshall McLuhan mengatakan “The medium is the message (media membentuk cara kita memahami dan merespons pesan.” Cara pesan disampaikan, apakah melalui tulisan, televisi, atau ruang digital, memengaruhi persepsi dan interpretasi kita terhadap isi pesan.

Dari pernyataan McLuhan ini kita dapat menyimpulkan bahwa pola pemikiran dan tindakan radikal yang terjadi di masyarakat tidak bisa dilepaskan dari pola konsumtif masyarakat terhadap konten-konten radikal di media digital. Masyarakat yang tidak memiliki kemampuan literasi digital yang cukup akan mudah terpengaruh dengan narasi-narasi yang mereka buat sehingga terjebak dalam arus ekstremisme-terorisme.

Secara efektif berbagai kelompok teroris mencoba menggunakan media digital demi kepentingan mereka, contohnya ISIS yang memanfaatkan sosial media sebagai alat untuk menarik simpati anak-anak muda agar mau diajak berjihad. Mereka membuat video aksi teror yang dilakukannya seperti sebuah film laga dengan menempatkan posisi mereka seolah di pihak yang benar.

Selanjutnya di Indonesia sendiri ada berbagai kelompok ekstremis menggunakan media digital untuk kepentingan mereka, contohnya kelompok teroris Santoso yang memanfaatkan media sosial seperti Twitter, Facebook dan YouTube sebagai alat propaganda. langkah Santoso ini pengaruhnya mampu menjangkau sejumlah daerah antara lain Solo, Medan, Makassar, dan Bima.

Selain itu laporan dari Brookings Institute beberapa tahun lalu, ada 46.000 akun Twitter yang berafiliasi dan mendukung ISIS. Akun tersebut juga berafiliasi dengan ISIS. Setiap harinya mengirimkan 90.000 pesan digital di akun media sosial mereka.

Sementara itu, berdasarkan penelitian pengamat teroris dari Universitas Indonesia, Solahudin, bahwa ISIS memiliki lebih dari 60 kanal media sosial Telegram yang memasok sekitar 80-180 pesan radikalisme dalam sehari. 

Media digital memang memainkan perang penting dalam perubahan pola pikir dan perilaku masyarakat menjadi radikal. Kecepatan penyampaian pesan radikal dengan narasi yang kuat dan memicu perasaan emosional lewat konten digital seperti video, tulisan, atau materi propaganda lainnya berpotensi mempengaruhi pemikiran masyarakat secara cepat pula. 

BACA JUGA  Menghindari Tafsir Tekstual, Menyelamatkan Diri dari Radikalisme

Keuntungan lainnya adalah media digital memiliki fitur anonimitas, fitur ini dapat digunakan kelompok radikal untuk beroperasi tanpa terdeteksi. Forum, chatrooms, dan platform online lainnya memungkinkan anggota kelompok untuk berkomunikasi tanpa harus mengungkapkan identitas mereka.

Peran Kreator Konten

Langkah pencegahan terhadap ekstremisme digital harus dilakukan agar tidak semakin parah. Salah satu upaya untuk melindungi masyarakat dari pesan-pesan ekstrem adalah dengan menciptakan konten positif dan edukatif.  

Lewat konten yang menyajikan fakta-fakta terverifikasi dapat memberikan alternatif pandangan yang rasional agar dapat membuka pemahaman masyarakat terhadap kerumitan isu-isu yang sering dieksploitasi oleh kelompok radikal di ruang digital.

Salah satu pihak yang secara efektif dapat melawan propaganda radikalisme digital secara optimal adalah konten kreator. Keterlibatan konten kreator dalam upaya kontra-radikalisme memiliki pengaruh besar karena mampu membentuk opini publik serta mempengaruhi pandangan dan tindakan masyarakat lewat konten yang mereka buat.

Dengan kemampuan dan kreativitasnya dalam membuat sebuah konten, seorang konten kreator sudah menjadi pilar utama untuk menciptakan ekosistem media digital yang kompleks. Dengan menciptakan konten berupa video, tulisan, gambar, atau bentuk konten lainnya yang dapat dinikmati oleh banyak orang, konten kreator dapat menjadi sumber pengetahuan yang utama dalam kehidupan masyarakat.

Dengan pengaruh serta jangkauan yang dimiliki oleh konten kreator tentu saja mereka dapat secara optimal melawan narasi-narasi radikal yang disebarkan oleh kelompok ekstrem. Tentu saja konten yang dibangun haruslah memuat sesuatu yang positif dan menginspirasi untuk mendidik masyarakat. 

Konten positif ini dapat berupa penyampaian isu-isu kompleks agar meredakan ketegangan serta mampu merayu pada nilai-nilai yang mendukung perdamaian dan keberagaman. Dengan menggandeng konten kreator, pihak berwenang akan memiliki banyak cara untuk meredam arus ekstremisme yang menyerang di media digital.

  • Pembuatan konten edukatif

Demi melawan arus ekstremisme digital, seorang konten kreator memiliki kemampuan menciptakan materi edukatif yang menarik tentang seluk beluk ekstremisme, konten tersebut dapat secara jelas menggambarkan metode-metode yang dipraktikkan oleh kelompok radikal serta konsekuensi yang ada di baliknya.

Selain mengajarkan masyarakat tentang wajah sebenarnya dari ekstremisme, konten kreator juga dapat membuat berbagai konten yang memuat pesan untuk  mempromosikan nilai perdamaian dan toleransi kepada masyarakat. Sehingga wawasan masyarakat dapat bertambah serta mereka dapat lebih bijaksana dalam menanggapi konten yang mereka lihat.

  • Meluruskan informasi menyesatkan

Tentu saja konten yang yang disebarkan memuat informasi yang menyesatkan dan jauh dari kebenaran. Konten kreator dengan kemampuannya dapat melakukan riset terlebih dahulu terhadap informasi yang menyebar tersebut.

Setelah mendapatkan informasi yang dibutuhkan maka selanjutnya mereka dapat membuat konten-konten yang dapat meluruskan informasi radikal dan menyesatkan. Secara optimal kreator konten mampu mengidentifikasi dan menolak disinformasi atau teori konspirasi yang dapat digunakan kelompok ekstremis. 

  • Membuat forum diskusi

Salah satu yang menjadi kelebihan dari konten kreator yaitu mereka mampu menciptakan ruang untuk diskusi terbuka di antara pengikut mereka. Dengan menciptakan sebuah forum diskusi maka penyampaian pesan-pesan perdamaian dan toleransi dapat dilakukan lebih mendalam, hal ini dapat memicu komentar dari pengikut mereka untuk sesi tanya jawab antar pengikut dengan konten kreator.

Langkah ini dapat sangat efektif untuk melihat sejauh mana pesan edukatif dipahami penontonnya, dengan mendengar respons pengikutnya maka langkah evaluasi dapat terus dilakukan.

Media digital memang memberikan kemudahan dalam kehidupan manusia, namun bagai pisau bermata dua yang juga menyimpan bahaya di belakangnya. Kita harus bijak dalam menggunakan media digital jangan sampai kita termakan jebakan-jebakan menyesatkan yang menjerumusukan dalam jurang kehancuran.

Muhamad Andi Setiawan
Muhamad Andi Setiawan
Sarjana Sejarah Islam UIN Salatiga. Saat ini aktif dalam mengembangkan media dan jurnalistik di Pesantren PPTI Al-Falah Salatiga.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru