28.3 C
Jakarta

Menelaah Keislaman Bangsa Indonesia Menjelang Tahun Pemilu

Artikel Trending

KhazanahPerspektifMenelaah Keislaman Bangsa Indonesia Menjelang Tahun Pemilu
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Kontestasi politik di negara Indonesia berdasarkan jadwal resmi KPU (Komisi Pemilihan Umum) pada 14 Februari 2024. Itu artinya pada Maret 2023 sudah resmi mulai ada suasana politik di Indonesia, menuju Pemilu 2024.

Hal ini disebabkan para partai politik dan para calon pemimpin bangsa sudah mulai mempersiapkan pencalonan yang jadwal keseluruhan pencalonan ada di tahun 2023. Beberapa calon pemimpin pun pada Maret 2023 sudah mulai bermunculan isunya di tengah masyarakat.

Rata-rata nama calon yang diisukan akan menjadi pemimpin Indonesia pada jabatan Presiden dan Wakil Presiden beragama Islam. Hal ini membuat kesimpulan bahwa negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam maka pemimpin negara kemungkinan besarnya akan beragama Islam.

Namun jika ditarik garis besar negara Indonesia yang merupakan negara demokrasi ini memiliki enam agama yang resmi diakui negara. Lantas adakah kemungkinan negara Indonesia suatu akan dipimpin Presiden dan Wakil Presiden selain beragama Islam?

Analisis lebih jauh terkait fakta pemilu di Indonesia, masyarakat cenderung memilih yang sesuai dengan golongannya dalam agama maupun partai. Jikapun ada yang memilih di luar golongannya itu menjadi hak pribadi yang kemungkinan besar tidak akan diketahui kalangan umum karena sifat Pemilu yang rahasia, dan bebas dalam memilih.

Kecuali jika pemilihnya memberitaukan kepada orang lain terkait pilihanya yang berbeda. Terkait fakta hasil pemilih rata-rata golongan di daerah ini dapat ditemukan lebih jauh melalui hasil Pemilu tiap daerah.

Daerah yang sudah sebagian besar terpengaruh fanatik kepada calon pemimpin A, dari golongan B, maka kemungkinan besarnya hasil pemenang pemilu tidak akan jauh dari pengaruh besar tersebut.

Kemudian ditarik di Indonesia, akan sama kesimpulannya. Masyarakat mayoritas Islam kemungkinan besar akan memilih pemimpin yang juga Islam. Bisa juga masyarakat yang beragama lain juga akan memilih yang berbeda dari agamanya.

Hal utama yang menjadi kontestasi besar kemudian beralih pada kualitas calon Presiden dan Partai. Bisa jadi jika calon pemimpin Indonesia memiliki kualitas yang jauh lebih besar, agama pun akan teralihkan dan bisa jadi Presiden Indonesia ada yang beragama tidak Islam.

Kembali lagi, Indonesia yang menjadi bagian negara dengan mayoritas Warganya memeluk agama Islam ini turut serta mulai terusik dengan faktor kefanatikan agama Islam. Sisi fanatik di dalam agama Islam ini yaitu mengajak kepada para umatnya memilih pemimpin yang seagama. Dalam arti lebih jauh, pemimpin yang berbeda agama disarankan untuk tidak dipilih. Nampak jelas ada sisi tidak toleransi antarumat beragama jika melihat fakta tersebut.

BACA JUGA  Mengubur Egoisme Politik, Mewujudkan Indonesia Harmoni

Agama yang kuat itu bagus, namun jika sisi keagamaan yang kuat tersebut dijatuhkan pada lingkaran bangsa, maka akan memunculkan sisi tidak toleransi bangsa yang artinya itu dapat memecah belah bangsa. Dalam hal ini bangsa Indonesia yang faktanya di dalamnya ada beragam penganut agama, meskipun agama Islam menjadi agama yang mayoritas, namun tetap keragaman agama ini ada di Indonesia. Sebab itu, sisi keagamaan harus diperbaiki dalam sistem bangsa.

Calon pemimpin yang akan mencalonkan di Pemilu 2024 inilah yang diharapkan kuat dapat menghadirkan sisi toleransi antar umat beragama di Indonesia seperti yang ada pada sisi kepemimpinan Gus Dur.

Pemimpin yang dapat memberi contoh baik pada segi toleransi umat beragama ini berpengaruh kuat pada masyarakat yang dipimpin untuk mengikuti pemimpinnya dalam segi toleransi seperti contoh masa kepemimpinan Gus Dur di Indonesia sebagai presiden.

Presiden keempat bernama lengkap Abdurrahman Wahid dan akrab dipanggil Gus Dur tersebut merupakan presiden yang memberi teladan baik terkait toleransi di Indonesia. Melalui kiprah Gus Dur, segi toleransi di Indonesia semakin kuat. Hal ini dapat di buktikan seperti adanya kerukunan antar umat beragama di Papua, kemudian lahirnya berbagai komunitas yang toleran umat beragama di Indonesia.

Gus Dur merupakan Presiden yang memiliki ke-Islaman yang kuat namun juga merupakan presiden yang memiliki sisi toleransi kuat. Sosok seperti Gus Dur ini jika dikaitkan pada bangsa Indonesia yang akan menghadapi tahun politik ini terbelah menjadi banyak golongan. Ada golongan yang toleransi antarumat beragama dalam memilih bangsa kuat. Namun ada juga yang seperti paragraf atas, sisi toleransi yang kurang kuat.

Jalan tengah menuju segi ke Islaman bangsa Indonesia menuju segi toleransi yang kuat sebelum adanya pemimpin selanjutnya seperti Gus Dur, kita dapat mengambil contoh pada masyarakat umum. Contohnya para aktivis lintas iman yang dapat menularkan ilmu toleransi lintas iman kepada masyarakat luas di luar lingkungan aktivis paling utama. Dalam hal ini menuju Pemilu 2024, dapat turut serta lebih kuat menyebarkan ajaran toleran.

Melalui penyebaran toleransi antarumat beragama dalam memilih calon pemimpin bangsa Indonesia di tengah keislaman bangsa yang kuat, dapat turut serta membangun Indonesia yang lebih baik dari segi toleransi. Perdamaian antarumat beragama dapat lebih terwujud kembali, sehingga bangsa Indonesia yang mayoritas pemeluk agama Islam ini dapat tetap merdeka dalam berbagai sudut, terutama sudut agama.

Nur Hanifah Ahmad
Nur Hanifah Ahmad
Mahasiswa Prodi Studi Agama-agama, Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru