27.6 C
Jakarta

Menanam Kembali Kalimatun Sawa pada Generasi Muda Indonesia

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanMenanam Kembali Kalimatun Sawa pada Generasi Muda Indonesia
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Mungkin wacana implementasi Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa sudah lama bergema di Indonesia. Tetapi wacana implementasi Pancasila tersebut sudah bena-benar sukses atau belum kita tidak tahu pastinya, yang jelas hari ini masih banyak orang yang menginginkan untuk tidak menggunakan Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa Indonesia. Lebih tragis, Negara Kesatuan Republik Indonesia yang didirikan berdasar konsensus ingin dibubarkan.
Bukankah adalah kenyataan yang tragis di mana Pancasila sebagai dasar falsafah hidup bangsa hasil kerja intelektual yang tidak mudah ingin diganti, bahkan wadahnya sekalipun NKRI ingin dihapuskan dari muka bumi? Apa ini bukan kekeliruan pandanngan yang nyata?

Untuk menjawab pertanyaan itu, kita mungkin bisa belajar kepada Ali Masykur Musa yang masih begitu jujur untuk menyebut jika bangsa Indonesia hari ini tengah menghadapi kepongahan gerakan. Rakyat Indonesia terasa begitu lebay. Sejak dulu, bangsa Indonesia telah bersepakat dengan rumusan Pancasila yang tidak menyantumkan menjalankan syariat islam tetapi dengan Ketuhanan Yang Maha Esa. Kok tiba-tiba rakyat Indonesia merasa bahwa mereka pernah bersepakat. Seperti kehilangan pikirandan mungkin amnesia sampai menjadi gila.

Kegilaan rakyat Indonesia yang berkeinginan untuk mengganti Pancasila dan NKRI menjadi suatu hal lain sama sekali menjadi hantaman keras para founding fathers. Mereka, para founding fathers, pasti merasa sangat kecewa dan malu melihat rakyat Indonesia hari ini saling bertengkar. Padahal sudah diberi warisan Pancasila yang begitu sakti mandra guna masih menginginkan hal yang lain. Sungguh kepongahan ini tergambar jelas dalam ulasan Ali Masykur Musa pada kalimat warisan besar, generasi kerdil.

Jiwa besar founding fathers yang menjunjung persatuan di atas keyakinan kelompok semakin memudar di tingkat generasi penerus dewasa ini. Berbagai survei yang dilakukan menunjukkan menguatnya radikalisme keagamaan di kalangan generasi muda. Semakin generasi penerus bangsa yang ragu terhadap Pancasila karena Pancasila hanya berhenti sebagai ideologi prinsip yang direproduksi secara verbal, dan belum menjadi ideologi kerja.

BACA JUGA  Mengulik Model Lebaran Ketupat di Madura

Jelas kondisi seperti ini harus menjadi perhatian serius, bukan hanya kalangan para nasionalis saja, kalangan lain yang masih punya jiwa patriotisme. Letupan-letupan kecil semacam ini bisa menjadi bencana besar yang meluluhlantakkan daratan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Berbeda dengan yang lain, Ali Masykur Musa mencoba memberikan tawaran untuk problematika bangsa yang cukup kronis ini dengan menggunakan pendekatan pemikir asli Indonesia. Adalah Almarhum Prof. Dr. Kuntowijo.

Gagasan radikalisasi milik Kuntowijoyo dipercaya dapat mencairkan ketegangan-ketegangan anatar anak bangsa. Terutama bukan hanya karena Kuntowijoyo kembali kepada Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa, tetapi Pancasila harus (1) dijadikan ideologi negara, (2) mengganti persepsi dari Pancasila sebagai Ideologi menjadi Pancasila sebagai ilmu, (3) mengusahakan Pancasila mempunyai konsistensi dengan produk-produk perundangan, koherensi antarsila, dan korespondenai dengan realitas sosial, dan (4) Pancasila yang semula melayani kepentingan vertikal menjadi Pancasila yang melayani kepentingan horizontal serta menjadikan Pancasila sebagai kritik kebijakan negara.

Tentu gagasan Kuntowijoyo yang dinukil oleh Dr Ali Masykur Musa tersebut tidak begitu saja bisa diterima. Hadirnya kenyataan perebutan makna tafsir paling benar pernah terjadi selama periode Indonesia pertama berdiri sampai masa reformasi. Sederhananya, Dr. Ali Masykur Musa hendak mengatakan jika bangsa Indonesia, khususnya rakyat Indonesia butuh kerja Pancasila yang lebih dari pada hari ini. Tentu saja bukan untuk melayani kepentingan kapitalisme begitu saja, radikalisasi Pancasila adalah pendalaman nilai-nilai Pancasila hingga ke akar-akarnya sehingga, dengan kuatnya akar, akan tumbuh pohon yang kokoh, daun yang rindang, dan buah yang segar.

Terakhir kali, Ali Masykur Musa mengingatkan bahwa generasi muda untuk melakukan pendalaman Pancasila, bukan hanya sebagai ideologi negara tetapi nilai-nilai yang tumbuh subur di tengah masyarakat dalam rangka menandingi gerakan-gerakan radikal yang hendak menghancurkan Pancasila sebagai kalimatun sawa. Dan, pada akhirnya akan tercipta kesesuaian antara das sollen dengan das sein.

 

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru