28.4 C
Jakarta

Membangun Toleransi Pelajar dengan Sekolah Moderasi

Artikel Trending

AkhbarNasionalMembangun Toleransi Pelajar dengan Sekolah Moderasi
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Jakarta – Moderasi beragama adalah jalan untuk membentuk masyarakat yang moderat, masyarakat jauh dari radikalisme. Forum Keberagaman Umat Beragama (FKUB) Purbalingga menggelar sosialisasi sekolah moderasi bagi siswa siswi SMA-SMK-MA Kabupaten Purbalingga, di SMA Negeri 1 Kutasari, Rabu 27 September 2023.

Kegiatan sosialisasi sekolah moderasi ini dihadiri oleh perwakilan siswa-siswi SMA Negeri 1 Kutasari, SMK Negeri 1 Kutasari dan SMK Negeri 1 Bojongsari. Narasumber yang datang adalah perwakilan dari forum keberagaman umat beragama (FKUB) yaitu, Bapak Pendeta Bagus imam cahyono, S. TH dan Bapak Muakhor Abdu Salam, S. Si.

Ibu Kurnianingsih selaku ibu kepala SMA Negeri 1 Kutasari memberikan sedikit sambutan untuk memulai acara sosialisasi sekolah moderasi ini.

“Alhamdulillah, hari ini kita bisa mengikuti kegiatan yang luar biasa, yaitu sosialisasi sekolah moderasi, saya juga mengucapkan terimakasih kepada forum keberagaman umat beragama kabupaten Purbalingga yang telah berkenan menggelar kegiatan ini di SMA Negeri 1 Kutasari,” kata Ibu Kurnianingsih.

“Anak-anaku, Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan budaya, tradisi, suku, keyakinan, bahasa, dan masih banyak lagi,” lanjutnya.

“Jadi anak-anak, mulailah pada kesempatan yang berbahagia ini kita belajar bersama para narasumber hebat dari FKUB, Kabupaten Purbalingga, mengenai moderasi keberagaman,” imbuhnya.

Melanjutkan acara, Bapak Pendeta Bagus Imam Cahyo selaku narasumber pertama mulai menyampaikan materi tentang Kepancasilaan dan apa hubungannya dengan keberagaman agama di Indonesia.

Beliau menjelaskan tentang tantangan yang kita hadapi dalam beragama yaitu teknologi. Pemakaian sosial media ini sudah hampir mencapai 125% pengguna. Dan bahayanya masyarakat Indonesia masuk kedalam jajaran yang suka internet. Sebagai buktinya semua manusia tidak bisa lepas dari teknologi, contohnya seperti HP. Teknologi ini dapat membantu manusia untuk mengembangkan diri dan memajukan diri tetapi jangan sampai melupakan dasar negara kita yaitu Pancasila.

Kemudian bapak Pendeta menjelaskan mengenai hubungan Pancasila dengan keberagaman agama. Yang pertama adalah sila pertama, yang berbunyi “Ketuhanan yang maha Esa”.

“Kenapa kita harus berketuhanan?” Tanyanya.

“Karena di Indonesia itu banyak keberagaman agamanya atau kepercayaan,” jawabnya.

BACA JUGA  Intelijen BNPT Sebut Patriarkisme Perkuat Sebaran Paham Radikal Pada Perempuan

Yang kedua, beliau menjelaskan tentang sila kedua, yang berbunyi “Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab”. Bapak Bagus menjelaskan bahwa ia yakin semua agama atau kepercayaan pasti mengajarkan kebaikan kepada umat-umatnya.

Beliau juga menjelaskan sila ketiga Pancasila, yang berbunyi “Persatuan Indonesia”.

“Inti dari sila keempat adalah musyawarah, dengan adanya musyawarah akan terbentuknya interaksi. Interaksi tersebut akan membuat kita mampu mewujudkan kerukunan, kesatuan dan persatuan. Sehingga munculah sila yang kelima,” jelas Bapak Bagus terhadap sila keempat.

Terakhir, beliau menjelaskan tentang Pancasila sila kelima, yang berbunyi “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”.

“Jika semua warga Indonesia sejahtera, adil, yang senang adalah kita semua,” katanya.

Melanjutkan materi dari Bapak Bagus, narasumber yang kedua yaitu Bapak Muakhor, mulai memaparkan materinya.

“Karena sangat luasnya wilayah Indonesia ini, seringkali menimbulkan sebuah konflik. Kita itu tidak harus menyamakan menjadi satu dengan sebuah perbedaan. Karena kita sudah sangat berbeda, jadi kita tidak mudah untuk bersatu,” ucapnya.

Katanya, moderasi beragama ini adalah cara pandang. Moderasi keberagaman adalah sikap dan perilaku yang selalu memposisikan diri di tengah-tengah.

“Salah satu konflik yang sempat terjadi di Indonesia adalah serangan teroris. Contohnya bom Bali, pelakunya adalah orang Islam. Permasalahannya adalah Islamnya terlalu keras atau ekstrim,” jelasnya.

“Alasan mereka melakukan penyerangan tersebut, adalah karena mereka tidak menyukai Kristen,” lanjut Bapak Muakhor.

Beliau menjelaskan kenapa harus ada moderasi agama, yaitu karena kita hari ini kita masih ada di dunia digital. Jika kita semua tidak mempunyai jiwa moderasi atau di tengah-tengah, kita akan sangat mudah terpengaruh dengan suatu hal, termasuk hoax.

“Nah, keragaman, yang ada itu adalah fitrah. Itu adalah takdir, ini tidak kita minta tapi ini adalah pemberian Tuhan,” katanya.

Beliau juga menjelaskan ada 3 alasan mengapa perlunya moderasi agama. Yang pertama adalah esensi kehadiran agama itu menjaga martabat manusia. Lalu yang kedua, manusia bertambah dan beragama. Dan yang ketiga adalah sebagai strategi kebudayaan untuk merawat kebhinekaan.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru