31.9 C
Jakarta

Muslimah di Bawah Naungan Khilafah: Diperkosa Ideologi Berkedok Islam

Artikel Trending

KhazanahTelaahMuslimah di Bawah Naungan Khilafah: Diperkosa Ideologi Berkedok Islam
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Kiprah perempuan pada zaman Rasulullah Saw, khususnya dalam perjuangan Islam, tidak hanya di rumah dan berdiam diri, hanya untuk mendapat predikat Muslim sejati. Beberapa tokoh perempuan, bersinergi bahkan ikut andil dalam sebuah peperangan serta berpengaruh dalam perjuangan Islam.

Khadijah binti Khuwailid, misalnya. Ia adalah sosok perempuan yang diperistri oleh Rasulullah Saw, dan memiliki kemuliaan begitu besar. Dalam perjuangan Islam, ia mewariskan harta yang sangat banyak untuk dakwah Islam dan menjadi orang pertama yang beriman kepada Allah.

Kiprah Khadijah dalam dunia bisnis tidak perlu diragukan lagi. Sepak terjangnya dalam dunia bisnis, membawanya pada pertemuan dengan Rasulullah Saw. Dalam bahasa masa kini, Khadijah adalah perempuan progresif, yang sudah mandiri secara ekonomi. Tentu, hal itu ditopang oleh kemandirian berpikir dan bertindak dalam memutuskan segala jenis kebijakan dalam persoalan bisnis yang dijalankan.

Selain Khadijah, ada pula Hafshah binti Umar bin Khaththab. Seorang anak perempuan dari tokoh pemimpin yang dikenal adil. Dalam kisah perjalanan hidup Hafshah, dengan kemampuannya yang bisa membaca maupun menulis, ia melestarikan tulisan asli Al-Qur’an yang terkumpul dalam bentuk suhuf atau lembaran-lembaran pelepah kurma. Bahkan ia diberi gelar sebagai ‘penjaga Al-Qur’an’.

Ada pula Nusaibah binti Kaab. Ia adalah perempuan yang ikut andil di medan perang. Beberapa pertempuran yang dilakukan oleh umat Muslim, ia ikut, seperti perang Hunayn, perang Yamamah, perang Uhud, dan perjanjian Hudaibiyah. Bahkan dalam perang Uhud, ia bertugas untuk melindungi Rasulullah Saw dari serangan musuh. Nusaibah melakukan peran tersebut dengan baik.

Tiga tokoh perempuan di atas, adalah perempuan tangguh di samping Rasulullah Saw yang berkiprah sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Seyogyanya, kita menyadari bahwa kesempatan perempuan mengambil peran terhadap sesuatu, adalah kebebasan yang dimiliki setiap manusia, untuk memaksimalkan potensi dirinya, untuk kemaslahatan manusia. Akan tetapi, narasi yang selalu dikampanyekan oleh para aktivis khilafah, tidak demikian. Bagi para aktivis khilafah, hanya khilafahlah yang akan menyelamatkan perempuan dari kehancuran dan yang menjaga kehormatannnya.

Benarkah Khilafah?

Khilafah dan ajaran Islam, adalah dua hal yang berbeda. Dalam konteks ini, khilafah adalah sistem pemerintahan Islam yang dibawa oleh para aktivis khilafah, politis dan mengatasnamakan Islam. Ajaran khilafah dibawa oleh para aktivis Islam dengan melakukan propaganda terhadap pemerintah dan menjelek-jelekkan ideologi Barat. Mereka anti terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan kapitalisme, liberalisme, feminisme, ataupun ideologi yang datangnya bukan dari Islam.

BACA JUGA  Halal Bihalal: Cara Merawat Persatuan Melalui Tradisi

Sementara itu, ajaran Islam adalah ajaran yang memuliakan perempuan dan memberikan penghormatan besar kepada perempuan. Baik laki-laki atau perempuan, mendapatkan kesempatan yang sama dalam pendidikan,  memaksimalkan potensinya, bahkan untuk menjalankan karir yang lebih baik.

Menurut para aktivis khilafah, hanya khilafah yang akan menciptakan keamanan bagi perempuan untuk tetap bekerja dan melakukan aktivitas sebagai perempuan. Padahal di Indonesia, kebijakan terhadap pelaku pelecehan dan kekerasan seksual ada. Jika hari ini masih banyak perempuan yang kerapkali menjadi korban pelecehan seksual, bukan karena sistem pemerintahan yang salah, tapi karena faktor dari individu itu sendiri. Artinya, penerapan khilafah-pun, tidak menutup kemungkinan masih banyak pelaku kekerasan seksual di publik.

Jika kita menyadari bahwa setiap individu bertanggung jawab atas kehormatan dirinya sendiri, maka belajar ajaran Islam, akan mengantarkan seseorang menjadi terhormat karena bisa memperlakukan dirinya sebagai manusia. Seperti para perempuan yang berada di dekat Rasulullah Saw, mereka adalah perempuan terhormat karena pengetahuan yang dimilikinya. Artinya, beraktivitas di ruang publik dan memaksimalkan potensi dalam diri, tidak akan membuat seorang Muslimah menjadi tidak terhormat.

Dengan begitu, mindset yang harus ditanamkan menjadi terhormat atas pengetahuan agama. Maka proses belajar harus dilakukan oleh seseorang untuk terus menjalankan kehidupan terhormat tersebut. Yang sangat tidak masuk akal ketika mengatakan bahwa khilafah akan menjaga kehormatan para perempuan. Justru, manusia itu sendiri yang mampu menjaga kehormatannya melalui pengetahuan agama yang dimiliki.

Para aktivis khilafah, melalui narasi yang dikampanyekan, merupakan upaya pemerkosaan terhadap para Muslimah. Mereka terus melakukan propaganda dengan jubah ‘kehormatan’ untuk para perempuan. Padahal, itu merupakan strategi licik mereka, supaya mendapat dukungan tegaknya sistem khilafah di Indonesia. Wallahu A’lam.

Muallifah
Muallifah
Aktivis perempuan. Bisa disapa melalui Instagram @muallifah_ifa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru