31.2 C
Jakarta

Mantan Kombatan ISIS Suriah Kembali Dalam Pelukan NKRI

Artikel Trending

AkhbarDaerahMantan Kombatan ISIS Suriah Kembali Dalam Pelukan NKRI
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Jombang – Setelah membaca dan menganalisa secuil kisah nyata sosok Syahrul Munif dari seorang santri santri yang taat agama, lalu berubah haluan menjadi aktivis radikalisme, ada hal penting yang perlu jadi pelajaran. Yakni dengan siapa bergaul, itu sangat berpengaruh pada pikir dan perilaku seseorang.

Syahrul Munif sejatinya pemuda yang baik. Tidak ada dasar dirinya menjadi seorang yang berpikiran radikal. Tidak pernah terbersit dalam pikirannya melawan Pancasila sebagai ideologi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Demikian hal itu diungkapkan Abdul Muntholib selaku Penulis Buku Novel yang berjudul Api Jihad di Tanah Suriah, saat Bedah Buku dan Seminar Kebangsaan yang digelar di ruang Bung Tomo, Gedung Pemkab Jombang, Selasa (04/10/2022).

“Itu tercermin dari kisah dalam buku novel berjudul Api Jihad di Tanah Sunah (Tobatnya Mantan Tentara ISIS ke Pangkuan NKRI) yang ditulis oleh Abdul Muntholib. Di buku itu dipaparkan detail jika niat awal Syahrul ke Suriah untuk misi kemanusiaan,” ujarnya yang dihadiri langsung mantan kombatan ISIS dan Wakil Bupati Jombang Sumrambah.

Dijelaskan Abdul Muntholib, Syahrul Munif merasa terpanggil untuk membantu masyarakat sipil di Suriah yang menjadi korban konflik sesama bangsa. Sebagai kader sebuah organisasi pergerakan menurutnya hasil wawancaranya, jiwanya seperti berontak jika melihat kezaliman.

“Maka, ketika ada propaganda untuk berjuang di Suriah, dia pun tak kuasa menolak,” ucapnya.

Dengan demikian ketika mendengar pengakuan mantan kombatan ISIS di Suriah, melihat adanya doktrinasi jihad yang salah kaprah dari Abu Jandal, yang notaben salah satu tokoh ISIS yang ada di Indonesia berhasil meyakinkan Syahrul.

BACA JUGA  Pemkab Bekasi Gelar Kegiatan "War Takjil" sebagai Wujud Harmonisasi Umat Beragama

“Iming-iming mati syahid, masuk surga dengan disambut bidadari menjadi tawaran menggiurkan. Sehingga api jihad yang sudah membara dalam diri Syahrul, mengalahkan akal sehatnya. Dia sampai berani berbohong pada orang tua demi bergabung dalam perjuangan yang dilakukan tentara ISIS,” terang penulis.

Lambat laun kata Abdul Muntholib, Syahrul Munif baru sadar jika doktrin ISIS untuk mendirikan negara Islam dengan sistem khilafah itu tidak benar setelah dia melihat sendiri praktek amaliyah ISIS di Suriah. Dengan tega membunuh siapa saja yang tidak sepaham.

“Padahal, dalam Islam, membunuh adalah dosa besar. ISIS begitu memaksakan diri menerapkan konsep khilafah di Suriah dengan segala cara yang bertentangan dengan Islam,” jelaanya.

Alhasil kata penulis, kepulangan Syahrul dari Suriah itu sebenarnya juga sebagai bentuk kesadarannya bahwa apa yang telah dia lakukan salah total. Dia merasa terjebak dalam lingkungan yang salah. Pergaulannya dengan orang-orang berpikiran radikal membuat “wajah aslinya” sebagai santri yang ramah, toleran menjadi tertutupi.

“Dia berubah menjadi pemuda yang serba hitam putih. Setiap tindakan hanya dihukumi salah dan benar. Tapi beruntung, Syahrul sudah kembali ke pangkuan NKRI. Sepulang dari Suriah, dia sudah banyak merenung dan mempelajari tentang Islam yang benar,” tuturnya.

Lanjutnya, Dia sudah memahami nilai-nilai luhur Pancasila dan menyampaikan selamat kepada Syahrul yang sudah kembali ke wajah aslinya sebagai pemuda muslim yang bisa membawa Islam Rahmatan Lil Alamin.

“Sebagai mantan napi kasus terorisme, Syahrul saya kira sudah cukup paham bagaimana mematahkan argumen soal Islam radikal itu,” imbuhnya.

Ahmad Fairozi
Ahmad Fairozihttps://www.penasantri.id/
Mahasiswa UNUSIA Jakarta, Alumni PP. Annuqayah daerah Lubangsa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru