31.5 C
Jakarta

Luka dan Trauma pada Anak Korban Teror

Artikel Trending

KhazanahTelaahLuka dan Trauma pada Anak Korban Teror
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com-Hal yang paling membekas dalam peristiwa tragis adalah trauma yang akan dihadapi oleh orang-orang yang masih hidup dari suatu kejadian. Kejadian bom adalah salah satu peristiwa tragis yang dirasakan oeh para korban. Mereka yang masih hidup, akan mengalami trauma berkepanjangan. Bahkan, waktu seumur hidupnya dihabiskan untuk berdamai dengan trauma yang dimiliki pasca kejadian mengerikan. Namun, apakah hal serupa akan terjadi pada anak-anak?

Pada berbagai kesempatan, kita sering mendengarkan pengalaman trauma korban teroris selama bertahun-tahun. Selamat dari ledakan bom, bukanlah hal yang mudah. Mereka bercerita bahwa dalam seumurnya hidupnya, perlu berdamai dengan kondisi traumatis ketika mendengarkan ledakan, bunyi sirine, keramaian atau apapun yang menyangkut peristiwa bom. Jika orang dewasa saja akan melalui proses panjang untuk menyembuhkan trauma, apalagi anak-anak?

Trauma pada Anak-Anak

Pada dasarnya, peristiwa traumatik akan mengubah struktur fisik otak dan mempengaruhi cara berpikir anak. Otak anak dibentuk berdasarkan kejadian atau pengalaman yang dialami dan dihadapi. Ledakan bom adalah peristiwa buruk dalam hidupnya, yang ibarat racun yang akan mematikan perkembangan anak. Otak seorang anak hanya berpikir untuk melindungi diri sendiri. Perhatiannya terpusatkan pada pengenalan lingkungan di sekitarnya. Proses menuju dewasa pada anak-anak, didasarkan pada pengalaman yang sudah dilalui.

Namun, kondisi anak-anak sangat berbeda dengan orang dewasa. Minimnya pengalaman, serta kejadian yang belum banyak dialami, menyebabkan kondisi psikis anak-anak belum sepenuhnya sempurna. Maka dari itu, anak-anak yang mengalami trauma akibat ledakan bom, membutuhkan pendampingan khusus, untuk menyembuhkan luka batin yang dialaminya.

Pasca terjadinya bom, kita bisa membayangkan betapa banyak korban pada tempat tersebut. Apabila titik ledakan dekat dengan rumah warga, maka bisa dipastikan banyak anak-anak yang mendengar ledakan tersebut. Apabila ledakan terjadi pada pusat keramaian, seperti mall, atau pelayanan publik atau sejenisnya, banyak anak-anak yang menjadi korban, baik secara langsung ataupun tidak langsung.

Anak-anak yang menjadi korban ledakan bom, akan mengalami kecemasan dan gangguan tidur selama beberapa bulan, terutama ketika mendengar suara benda berat yang jetuh, seperti kembang apai ataupun mercon. Mereka akan mengingat suara tersebut karena hampir sama dengan suara ledakan bom yang pernah dialami. Kondisi ini harus diketahui oleh keluarga. Pembiaran dari keluarga akan berdampak buruk terhadap perkembangan anak karena luka batin yang dimiliki, tidak disembuhkan dengan baik.

BACA JUGA  Memburuknya Demokrasi dalam Pemilu: Potensi Khilafahisasi Semakin Besar

Berdasarkan penanganan psikologi, pendampingan yang perlu diberikan kepada anak-anak yakni adanya trauma healing. Biasanya hal ini dilakukan oleh para sukarelawan yang bertugas pada saat terjadinya bencana, ataupun peristiwa ledakan bom. Mereka melakukan berbagai kegiatan yang bisa membuat anak-anak senang, sehingga pengalaman pahit seperti ledakan bom, perlahan bisa disembuhkan.

Selain itu, anak-anak butuh pendampingan bagi orang tua, terutama yang rumahnya dekat dengan peristiwa ledakan bom ataupun mereka yang menjadi korban bom. Mereka harus diberi edukasi, berkenaan dengan pendampingan yang bisa dilakukan kepada anak dalam keluarga. Para orang tua, perlu mengetahui kondisi psikologis anak agar bisa memberikan pendampingan untuk pertumbuhan anak.

Munculnya kesadaran tentang peran keluarga, terutama orang tua untuk mendeteksi trauma pada anak, bisa diberikan melalui penyadaran dan diskusi. Para orang tua perlu turut serta melaporkan perkembangan anak, supaya bisa saling bekerja sama memberikan treatment kepada anak untuk menyembuhkan trauma yang dialami. Perubahan perilaku yang dimiliki oleh anak, harus juga diperhatikan oleh orang tua agar lebih cepat tanggap mendeteksi kondisi anak berdasarkan trauma yang dialaminya.

Tidak hanya itu, adanya kelompok orang tua dalam rangka saling memberikan informasi tentang perkembangan anak, khususnya anak-anak yang menjadi korban ledakan bom, sangat perlu untuk dilakukan. Kelompok orang tua ini sangat penting dibentuk oleh lembaga masyarakat untuk lebih peduli dengan kondisi anak-anak sekitar. Tidak hanya itu, lembaga keagamaan juga perlu diajak kerja sama dalam memperhatikan perkembangan anak, terutama pasca terjadinya ledakan.

Tidak hanya peran keluarga, masyarakat juga seharusnya lebih peduli dengan perkembangan kesehatan anak-anak secara mental dan emosional. Menciptakan lingkungan yang ramah anak, adalah hak dasar yang harus dimiliki oleh anak. Maka dari itu, masyarakat perlu memperhatikan kondisi traumatis anak yang menjadi korban ledakan bom. Wallahu A’lam.

Muallifah
Muallifah
Aktivis perempuan. Bisa disapa melalui Instagram @muallifah_ifa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru