27.3 C
Jakarta

Khilafahisasi: Musuh Bersama yang Wajib Diperangi Generasi Milenial

Artikel Trending

Milenial IslamKhilafahisasi: Musuh Bersama yang Wajib Diperangi Generasi Milenial
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Sudah lama tidak membahas tentang khilafahisasi. Padahal, bersamaan dengan iklim Pemilu 2024 yang semakin memanas, juga konflik Palestina yang tak juga temukan ujung penyelesaian, para aktivis khilafah—terutama dari kalangan HTI—melakukan gerilya secara terstruktur di tengah-tengah masyarakat. Generasi milenial dan Z adalah target mereka, sebagai investasi masa depan propaganda khilafah di Indonesia.

Perlu digarisbawahi, HTI hanyalah satu dari sekian gerakan Islam yang menuntut pendirian khilafah islamiah, sebuah konsep ideologis kekuasaan tunggal Islam di bawah panji ‘Daulah’. Meski secara deklaratif mengidentifikasi diri sebagai partai politik, para aktivis khilafah di HTI memilih jalur yang unik dalam menjalankan agenda politiknya. Mereka menolak dengan tegas demokrasi dan sistem pemerintahan selain Islam.

Target, penyusunan pesan, media, metode, dan komunikator adalah elemen dalam agenda khilafahisasi itu sendiri. Konsep khilafah islamiah sebagai inti pesan mereka, yang sebenarnya lebih pas dibahasakan sebagai khilafah tahririyah, disebarkan lewat berbagai cara. Dalam konteks itulah, agenda khilafahisasi memberikan posisi tawar yang kuat dalam hubungannya antarorganisasi Islam pegiat khilafah.

Penggunaan media yang intensif, baik cetak maupun online, kajian intensif dan kajian umum, dan daya tarik komunikator sebagai elemen pendukung strategi komunikasi adalah hal-hal yang kerap kali luput dari sorotan bersama. Untuk itulah, generasi milenial mesti terlibat dalam upaya kontra-narasi dan kontra-propaganda khilafah. Jika tidak, masa depan negara ini sudah dapat terbaca: perpecahan bangsa.

Milenial adalah Otoritas

Generasi-generasi tua, yang hari ini bergiat di politik dan pemerintahan, akan segera tergantikan. Itu jelas. Politisi berpengaruh seperti Mahfud MD yang selama ini gencar melawan propaganda khilafah, memerlukan regenerasi. Dua puluh tahun ke depan, generasi mereka sudah habis. Milenial pegang kendali, memiliki otoritas, dan bertugas untuk menentukan arah negara. Pertanyaannya, apakah generasi milenial sudah layak?

Jawabannya iya. Hari ini, generasi milenial telah memasuki era keemasan mereka, ketika banyak bermunculan tokoh-tokoh muda yang hebat, sukses membangun startup atau aktif di politik. Namun, dari kebanyakan mereka, harus diakui, banyak yang tidak berasal dari kalangan Muslim. Jadi pertanyaannya, dalam posisinya sebagai otoritas masa depan, apa peran generasi milenial Muslim?

BACA JUGA  New-Khilafah dan Pemerkosaan Demokrasi di Indonesia

Ternyata, banyak generasi Muslim yang terjebak oleh kungkungan ideologi khilafah. Artinya, khilafahisasi telah menghambat kemajuan generasi milenial Muslim, karena menjerumuskan mereka pada mindset utopis: kembali pada kejayaan masa lalu. Setiap waktu, mereka dituntut untuk menyuarakan era keemasan Islam yang diklaim sebagai kejayaan khilafah. Akhirnya, mereka abai terhadap kemajuan masa depan.

Dalam konteks itulah, khilafahisasi telah menggembosi generasi milenial sebagai otoritas masa depan. Para aktivis khilafah mengerangkeng mereka dalam bayang-bayang masa lalu yang sebenarnya bukan kejayaan khilafah, melainkan kejayaan monarki Islam. Karenanya, ini menjadi kewajiban bersama, bahwa generasi milenial mesti memutus rantai propaganda khilafah, sehingga mereka menjadi otoritas yang progresif untuk kemajuan negara ini.

Khilafahisasi Terget Pemuda

Sudah lama dideklarasikan oleh para ideolog khilafah bahwa mereka menargetkan para pemuda dalam setiap propagandanya. Artinya, generasi milenial merupakan aset masa depan mereka, yang akan mereka pengaruhi untuk masuk ke barisannya. Jika tidak berbenah, maka generasi milenial berada dalam ancaman yang nyata, yaitu krisis identitas sebagai otoritas masa depan negara.

Milenial sering kali dikenal sebagai generasi yang peduli terhadap isu-isu sosial dan politik. Partisipasi mereka dalam aktivisme dapat memengaruhi kebijakan pemerintah, memperjuangkan hak asasi, dan mendorong transformasi positif dalam tatanan sosial dan politik—menuju terpenuhinya sila-sila dalam Pancasila. Generasi milenial itu tulang punggung sumber daya manusia yang berkualitas, kelak.

Peran mereka dalam politik dapat membentuk arah perubahan dalam tata kelola pemerintahan. Partisipasi politik dan keterlibatannya memengaruhi kebijakan yang mencerminkan aspirasi dan kebutuhan mereka, baik maupun buruk, positif maupun negatif, dan yang menuju persatuan maupun perpecahan. Maka, apa jadinya ketika ternyata mereka, sebagai generasi muda hari, terjerumus ideologi khilafah? Sangat bahaya.

Dengan demikian, khilafahisasi merupakan musuh bersama yang wajib diperangi generasi milenial. Mereka tengah dibidik, maka tidak ada cara pertahanan diri kecuali dengan melawannya. Dengan cara apa pun dan dalam bentuk apa pun, jika khilafahisasi dibiarkan, masa depan pemuda Indonesia akan hancur. Dengan alasan itulah, generasi milenial mesti berada di garda terdepan melawan propaganda khilafah. Ini tidak bisa ditawar. Wajib.

Wallahu A’lam bi ash-Shawab…

Ahmad Khoiri
Ahmad Khoiri
Analis, Penulis

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru